Terbit: 27 July 2022 | Diperbarui: 8 August 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Superiority complex adalah perilaku seseorang yang merasa lebih hebat dari orang lain. Orang dengan kondisi ini memiliki pandangan jika kemampuan dan pencapaian yang telah diraihnya melebihi orang lain. Simak lebih jauh seputar perilaku ini dalam ulasan berikut!

Mengenal Superiority Complex, Perilaku Merasa Lebih Hebat dari Orang Lain

Apa itu Superiority Complex?

Pada mulanya, istilah superiority complex muncul pada awal abad ke-20. Istilah ini diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama Alfred Adler. Ia mengidentifikasi perilaku ini dalam teorinya tentang psikologi individu.

Adler menjelaskan jika superiority complex timbul sebagai reaksi dari perasaan rendah diri yang mendalam. Artinya, perilaku ini muncul sebagai respons terhadap rasa kurang percaya diri yang terus-menerus terjadi.

Menurut teori ini juga, seseorang akan mengatasi kepercayaan diri yang rendah tersebut dengan cara bekerja keras untuk meraih suatu prestasi atau menguasai suatu keterampilan.

Kendati demikian, orang dengan kondisi ini biasanya tidak pernah puas dengan pencapaian yang diraihnya. Padahal, hal itu bagi sebagian besar orang sudah merupakan pencapaian yang luar biasa.

Baca JugaGod Complex, Sifat Berlebihan Mencintai Diri Sendiri

Terkait dengan hal tersebut, ada sebagian psikolog yang memiliki pandangan lain mengenai kondisi ini, misalnya seseorang yang  memiliki kondisi ini malah bisa sangat percaya diri bahwa mereka benar-benar lebih sukses daripada orang lain.

Sayangnya, teori ini masih kurang bukti sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

Sementara itu, dari segi psikologi sendiri sebenarnya tidak ada diagnosis gangguan mental yang merujuk pada superiority complex. Artinya, fenomena ini belum masuk dalam diagnosis resmi. 

Istilah ini hanya untuk mendeskripsikan perilaku seseorang yang memiliki sikap sombong karena merasa lebih unggul daripada orang lain. Padahal, sikap ini hanyalah tameng untuk menutupi perasaan kurang atau gagal dalam hidup orang tersebut.

Tanda-tanda yang Mesti Diperhatikan

Merasa memiliki perilaku lebih baik dari orang lain? Daripada menduga-duga, simak beberapa tanda superiority complex berikut ini:

1. Selalu Memiliki Kontrol Terhadap Sesuatu

Orang dengan perilaku ini biasanya akan memaksakan keinginannya. Tak jarang, ia akan memaksa orang lain untuk melakukan apa yang dikehendakinya.

Jika orang lain menolak, orang yang merasa dirinya lebih unggul dari orang lain akan marah dan tidak menerima.

2. Percaya Jika Dirinya Lebih Baik Daripada Orang Lain

Sudah sangat jelas jika perilaku superiority complex memiliki pandangan bahwa dirinya jauh lebih unggul dibandingkan orang lain. Namun, jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini malah bisa berujung pada gangguan kesehatan mental lain.

Menurut  Sterlin Mosley, Ph.D., seorang asisten profesor dari Universitas Oklahoma, merasa hebat memiliki sejumlah bakat atau keahlian memang normal, apalagi jika Anda betul-betul ahli dalam hal itu.

Namun, bila menganggap jika Anda lebih hebat karena keterampilan yang meningkat, ini dapat berkembang menjadi narsisisme.

Narsisme bisa menjadi suatu sifat, atau bisa juga menjadi bagian dari gangguan kepribadian Narcissistic Personality Disorder (NPD).

Baca Juga: Narsistik: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Marah dan Terhina Jika Orang Lain Tidak Menganggap Dirinya Berbakat

Wajar jika Anda merasa bakat yang dimiliki kurang dihargai. Namun, reaksi berlebihan bisa timbul jika Anda memiliki perilaku superiority complex.

Bahkan, orang yang memiliki perilaku ini tak segan akan melontarkan kritikan pedas atau omelan kepada orang yang tidak menganggap bakat atau keterampilan mereka.

4. Tidak Mampu Menerima Kritikan

Salah satu ciri orang dengan superiority complex adalah ketidakmampuan untuk menerima kritik dari orang lain.

Seseorang dengan kepribadian ini tidak akan percaya pada kritik membangun yang diterimanya, padahal kritikan tersebut bisa membantunya untuk meningkatkan kualitas diri.

5. Merasa Berhak Akan Sesuatu

Orang dengan perilaku ini akan sering merasa bahwa dirinya berhak mendapat pengakuan, cinta, dan perhatian lebih baik dibandingkan dengan orang lain.

Sering kali, kepribadian ini membuat seseorang berperilaku ‘sombong’ ketika memiliki suatu kemampuan atau keterampilan.

Baca JugaSelfitis Syndrome: Penyebab, Ciri, dan Cara Penanganannya

Dampak Bila Seseorang Memiliki Superiority Complex

Perilaku merasa superior dari orang lain akan berdampak terhadap kesehatan mental seseorang. Dampak tersebut akan bergantung pada penyebabnya, bisa karena rendah diri atau harga diri yang tinggi.

  • Dampak pada orang yang rendah diri

Apabila superiority complex muncul karena seseorang memiliki harga diri rendah, bisa dipastikan jika harga diri tersebut berisiko memburuk.

Menurut studi, jika Anda berbohong tentang suatu keterampilan atau pencapaian, tetapi orang lain menyadari bahwa Anda hanya melebih-lebihkan cerita, orang lain akan kurang menghargai Anda.

Pada akhirnya, hal tersebut malah akan memperburuk rasa rendah diri yang sudah ada. Ini dapat terjadi ketika Anda mulai menyadari jika orang lain tidak lagi menaruh kepercayaan kepada Anda.

  • Dampak terhadap Orang dengan Harga diri Tinggi

Perilaku merasa lebih unggul yang terjadi akibat harga diri terlalu tinggi bisa menyebabkan sikap terlalu percaya diri. Hal ini membuat Anda kurang bekerja keras dalam mencapai sesuatu; yang mungkin membuat Anda tidak bisa menerima kegagalan dengan baik.

Rasa percaya diri yang terlalu tinggi juga bisa menjauhkan Anda dari orang-orang di sekitar. Pasalnya, orang dengan perilaku ini kerap kali mengagung-agungkan diri sendiri dan meremehkan orang lain. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan memperkecil lingkaran sosial orang tersebut.

Baca JugaSelf-Deprecation, Sikap Rendah Diri yang Bisa Berdampak Buruk!

Cara Menangani Superiority Complex

Superiority complex tidak dapat terdiagnosis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5). DSM-5 sendiri merupakan indikator yang digunakan untuk mendiagnosis sejumlah gangguan mental dan menentukan perawatan yang tepat.

Meskipun begitu, penanganan melalui terapi bisa dilakukan untuk mengatasi masalah superiority complex tersebut. Jadi, jika Anda kesulitan dalam menangani perilaku ini, konsultasi dengan psikolog dapat membantu Anda mendapatkan solusi yang tepat.

Anda bisa mencegah perilaku ini dengan mengurangi persepsi tidak masuk akal terhadap diri sendiri.

Mulailah menyadari apa saja kemampuan diri tanpa melebih-lebihkan. Hindari juga terlalu keras ada diri sendiri ketika menghadapi kegagalan dan cobalah untuk lebih menerimanya.

 

  1. Anonim. 2020. Narcissism: Symptoms and Signs. https://www.webmd.com/mental-health/narcissism-symptoms-signs. (Diakses pada 26 Juli 2022).
  2. Anonim. 2021. What Is a Superiority Complex? https://www.webmd.com/mental-health/what-is-a-superiority-complex. (Diakses pada 26 Juli 2022).
  3. Barnes, Stephanie. 2021. This Is What It Really Means To Have A “Superiority Complex”. https://www.mindbodygreen.com/articles/superiority-complex/. (Diakses pada 26 Juli 2022).
  4. Holland, Kimberly. 2019. What Is a Superiority Complex? https://www.healthline.com/health/mental-health/superiority-complex#. (Diakses pada 26 Juli 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi