Guilt trip adalah tindakan manipulatif yang memuat orang lain merasa bersalah agar mengubah perilaku, pola pikir, dan perasaan. Simak penjelasan selengkapnya, mulai dari definisi, ciri-ciri hingga cara menghadapinya di bawah ini!
Apa itu Guilt Trip?
Guilt trip adalah bentuk komunikasi verbal atau nonverbal di mana seseorang berusaha menimbulkan perasaan bersalah dan perasaan bertanggung jawab pada target, dalam upaya mengendalikan perilaku dan tindakan mereka. Dengan demikian, perasaan bersalah adalah bentuk manipulasi dan paksaan secara psikologis.
Rasa bersalah dapat menjadi dorongan yang kuat dari perilaku manusia, sehingga seseorang dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengubah cara orang lain untuk berpikir, merasa, dan berperilaku. Singkatnya, ini adalah cara menyalahkan seseorang untuk meyakinkannya agar melakukan sesuatu atau menuruti permintaan.
Ciri-Ciri Guilt Trip
Guilt trip tindakan yang dapat disengaja, tetapi bisa juga tidak disengaja. Kemungkinan seseorang bahkan membuat orang lain merasa bersalah untuk melakukan sesuatu sebelumnya. Terkadang perilaku tersebut mudah dikenali, tetapi juga bisa jauh lebih halus dan sulit dikenali.
Ciri-ciri utama bahwa orang lain membuat Anda merasa bersalah, termasuk:
- Melontarkan komentar yang menunjukkan bahwa Anda belum melakukan tugas sebanyak yang telah mereka lakukan.
- Mengungkit kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu.
- Mengingatkan tentang bantuan yang telah mereka lakukan untuk di masa lalu.
- Bertingkah seolah-olah marah tetapi kemudian menyangkal bahwa ada masalah.
- Menolak berbicara dengan Anda atau menunjukan perlakuan diam.
- Menunjukan sesuatu melalui bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah bahwa seseorang tidak setuju dengan apa yang orang lain lakukan.
- Menunjukan perilaku pasif-agresif.
- Pelaku membuat orang lain merasa berhutang.
- Memberikan komentar sarkastik tentang usaha atau kemajuan Anda.
Jenis komunikasi tidak langsung ini dapat terjadi dalam hubungan interpersonal. Namun, ini lebih mungkin terjadi dalam hubungan yang ditandai hubungan emosional yang erat.
Baca Juga: Gaslighting: Definisi, Ciri-Ciri, Penyebab, Cara Mengatasi, dll
Jenis Guilt Trip
Guilt trip memiliki banyak jenis yang dapat dimanfaatkan pelaku tergantung pada tujuannya atau tujuan dari perilaku tersebut.
Beberapa tujuan yang berbeda dari tindakan ini, termasuk:
- Manipulasi. Terkadang, tujuan utama dari seseorang dengan guilt trip adalah untuk memanipulasi seseorang agar melakukan sesuatu yang biasanya tidak ingin mereka lakukan.
- Menghindari konflik. Dalam kasus lain, pelaku mungkin menggunakan tindakan ini untuk menghindari pembicaraan langsung tentang suatu masalah. Hal ini membuat pelaku mendapatkan apa yang diinginkan tanpa harus terlibat dalam konflik secara langsung.
- Pendidikan moral. Guilt trip juga dapat menjadi cara untuk membuat orang lain terlibat dalam perilaku yang menurut pelaku lebih bermoral atau benar.
- Menimbulkan simpati. Meskipun jarang, tindakan ini memungkinkan pelaku mendapatkan simpati orang lain, dengan berperan sebagai seseorang yang telah dirugikan oleh tindakan yang seharusnya membuat orang lain merasa bersalah.
Namun, rasa bersalah tidak selalu buruk. Meskipun sering kali meresahkan dan tidak menyenangkan, tetapi ini dapat berperan penting dalam membimbing perilaku moral.
Ketika orang mengalami rasa bersalah, mereka bisa memperbaiki kesalahannya dan berusaha tidak mengulangi kesalahan di kemudian hari.
Baca Juga: Pathological Liar (Pembohong Patologis): Definisi, Gejala, Penyebab, dll
Dampak Buruk Guilt Trip
Memunculkan perasaan bersalah untuk mengubah perilaku seseorang bisa menimbulkan berbagai macam efek buruk. Baik rasa bersalah yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, tindakan ini menghambat komunikasi dan hubungan yang sehat dengan orang lain.
Beberapa efek paling langsung dari guilt trip, berikut di antaranya:
1. Merusak hubungan
Penelitian menunjukkan bahwa membuat orang lain merasa bersalah dapat merusak hubungan dekat. Satu penelitian menemukan bahwa orang yang terluka oleh komentar atau kritik pasangannya cenderung menggunakan perasaan terluka untuk membuat pasangannya merasa bersalah.
Namun, penelitian ini juga telah menemukan bahwa pasangan yang merasa bersalah karena memberikan jaminan lebih mungkin merasa jauh lebih buruk tentang hubungan tersebut.
2. Menimbulkan kebencian
Salah satu alasan mengapa guilt trip bisa mengganggu hubungan adalah karena tindakan ini dapat menyebabkan perasaan dendam yang bertahan lama.
Dalam satu kesempatan seseorang mungkin menggunakan tindakan ini untuk mengubah perilaku Anda tidak berdampak serius pada hubungan. Melakukan tindakan ini secara berulang dapat membuat Anda merasa tidak enak.
Jika merasa pasangan akan selalu membuat Anda bersalah pada sesuatu yang tidak ingin Anda lakukan, hal itu mengurangi keintiman, mengurangi kedekatan emosional, dan pada akhirnya membuat Anda mulai membenci pasangan.
3. Mengganggu kesehatan mental
Perasaan bersalah yang berlebihan terkait dengan beberapa kondisi kesehatan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif. Seseorang yang menjadi target guilt trip dapat memicu pada perkembangan atau memburuknya kondisi kesehatan tersebut.
Mengalami rasa bersalah juga menyebabkan banyak emosi dan gejala langsung dan tidak menyenangkan seperti kecemasan, kesedihan, penyesalan, kekhawatiran, ketegangan otot, dan insomnia.
4. Akibatnya berbalik pada pelaku
Membuat seseorang merasa bersalah dapat menjadi bumerang dan membuat pelakunya berperilaku berlawanan dengan keinginan orang lain.
Misalnya, seseorang yang membuat Anda merasa bersalah untuk menelepon mereka lebih sering sebenarnya bisa mengakibatkan jarang terhubung.
Baca Juga: Crab Mentality: Perilaku Buruk yang Menghambat Keberhasilan Orang Lain
Cara Menghadapi Guilt Trip
Ada sejumlah cara yang bisa membantu ketika menghadapi seseorang dengan perilaku membuat orang lain merasa bersalah.
Beberapa langkah yang bisa membantu dilakukan, berikut di antaranya:
1. Menerima permintaannya
Biarkan pelaku guilt trip tahu bahwa Anda memahami bahwa itu penting baginya. Merespons dengan empati dan menunjukkan bahwa Anda melihat kebutuhan pelaku bisa membantunya merasa bahwa ia tidak merasa diabaikan begitu saja. Membenarkan emosinya dapat membantu mengurangi intensitas perasaan tersebut.
2. Berbagi perasaan
Tunjukan bahwa Anda juga melihat bagaimana pelaku mencoba membuat Anda merasa bersalah sehingga akan melakukan apa yang pelaku inginkan. Kemudian beri tahu dia bagaimana jenis manipulasi itu membuat Anda merasa.
Sarankan bahwa berinteraksi dengan cara itu akan memunculkan kebencian dan bentuk komunikasi yang lebih langsung akan lebih efektif.
3. Menentukan batasan
Batasan bisa membantu menentukan batasan pada apa yang akan dan tidak akan Anda terima. Bahkan jika Anda akhirnya membantu pelaku dengan permintaannya, pastikan Anda dengan jelas menyebutkan batasan dan menjelaskan akibat melanggar batasan.
Itulah penjelasan tentang guilt trip yang mungkin Anda tidak sadari pernah menjadi korban atau melakukannya. Semoga Informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!
- Cherry, Kendra. 2021. What Is a Guilt Trip?. https://www.verywellmind.com/what-is-a-guilt-trip-5192249. (Diakses pada 10 Desember 2021)
- Gordon, Sherri. 2021. Why Using Guilt Trips Is an Ineffective Parenting Strategy. https://www.verywellfamily.com/why-parents-should-not-use-guilt-trips-5193251. (Diakses pada 10 Desember 2021)
- Raypole, Crystal. 2020. Think Guilt-Tripping Isn’t a Big Deal? Think Again. https://www.healthline.com/health/relationships/guilt-trip. (Diakses pada 10 Desember 2021)
- Winch, Guy. 2013. 7 Ways to Get Out of Guilt Trips. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-squeaky-wheel/201305/7-ways-get-out-guilt-trips. (Diakses pada 10 Desember 2021)