Istilah generasi strawberry sering kali digunakan pada remaja yang memiliki ide dan gagasan kreatif, tetapi mudah sakit hati. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan strawberry generation? Simak seputar fenomena ini dalam ulasan berikut.
Apa itu Generasi Strawberry?
Generasi strawberry adalah generasi yang penuh ide dan gagasan kreatif, tetapi mudah sakit hati dan gampang menyerah saat menghadapi situasi tertentu.
Istilah ini berasal dari bahasa Cina yang merujuk pada orang Taiwan yang lahir setelah tahun 1982. Kini istilah ini digunakan pada generasi baru yang dianggap lunak seperti buah stroberi.
Generasi Z—yang merupakan generasi penerus generasi milenial dan generasi X—dianggap cocok untuk analogi ini. Faktanya, gen Z dianggap cukup jauh dari era peperangan dan hidup saat perkembangan teknologi sudah maju.
Nah, dua kondisi tersebut menjadikan generasi ini “tidak tahan banting” sehingga sangat rentan ketika menghadapi tekanan.
Baca Juga: Quarter Life Crisis, Krisis Kehidupan di Usia 20-an
Karakteristik Generasi Strawberry
Meski dianalogikan seperti buah stroberi yang lunak dan mudah dihancurkan, generasi ini juga memiliki sejumlah nilai positif. Berikut adalah berbagai karakteristik yang umum menyertai generasi ini, di antaranya:
1. Lebih Kreatif
Karakteristik yang mudah dikenali dari generasi ini adalah ide dan gagasan yang out of the box. Oleh sebab itu, banyak inovasi yang diusung oleh anak-anak muda saat ini.
Ide dan gagasan kreatifnya tentunya lebih mudah dituangkan berkat kemajuan teknologi yang ada.
2. Melek Teknologi
Setiap generasi memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan dirinya. Pada kasus generasi strawberry yang hidup di tengah kemajuan teknologi, mereka cenderung berekspresi dengan memanfaatkan teknologi.
Generasi ini kebanyakan sudah melek teknologi dan pandai untuk menggunakannya. Inilah yang membuat mereka menjadi pribadi dengan pola pikir terbuka dan up-to-date pada perkembangan berita.
3. Sering Melakukan Self-diagnosis
Saat ini informasi kesehatan semakin mudah diakses, termasuk soal isu kesehatan mental. Semakin meleknya anak-anak muda dengan isu ini memang baik, tetapi tak jarang hal ini berujung pada self-diagnosis.
Berkat mudahnya akses terhadap informasi, sebagian besar anak-anak muda mencocok-cocokkan gejala yang diperoleh dari informasi tersebut dengan apa yang dialami.
4. Gampang Menyerah
Analogi buah stroberi di sini tampak nyata, mengingat buah ini sering kali tumbuh di rumah kaca dan tidak memiliki fondasi yang kuat. Kondisi inilah yang dianggap cukup menggambarkan strawberry generation.
Sebab faktanya, generasi ini hidup di zaman yang serba mudah sehingga cenderung tumbuh menjadi pribadi yang arogan, manja, hanya memikirkan jangka pendek, kurang cekatan, dan banyak mau.
Pada akhirnya, anak-anak muda yang termasuk ke dalam generasi ini sering kali mudah menyerah saat menghadapi sejumlah tekanan.
5. Rentan Mengalami Stres
Mudahnya akses terhadap sejumlah informasi tak jarang memicu stres dan overthinking.
Sebagai catatan, overthinking yang menimpa kaum muda berusia 25 tahun dikenal sebagai quarter life crisis. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kecemasan karena melihat teman seusianya sudah sukses atau sudah berkeluarga.
Berbagai pencapaian tersebut tidak jarang disebarluaskan melalui media sosial. Inilah yang akhirnya akan memicu teman sebayanya yang lain merasa cemas karena belum sampai pada tahap itu.
6. Mempunyai Jaringan Sosial yang Luas
Anak yang termasuk strawberry generation cenderung memiliki jaringan sosial yang luas. Tentu saja hal ini berkat kemajuan teknologi yang ada.
Saat ini teknologi sudah mempermudah setiap orang untuk saling terhubung, baik itu melalui media sosial, pesan teks, dan media-media lainnya.
Menyikapi Perkembangan Strawberry Generation
Prof. Renald Kasali memaparkan sejumlah solusi alternatif untuk mengatasi fenomena generasi strawberry yang kian menjamur. Berikut ini beberapa tindakan yang bisa dilakukan:
1. Perbaharui Literasi
Perkembangan teknologi semakin memudahkan anak-anak muda untuk mengakses berbagai informasi, mulai dari yang sangat penting hingga yang tidak penting.
Tak jarang, banyaknya informasi yang beredar langsung dipercayai sebagai kebenaran. Padahal, informasi tersebut bisa saja sebatas hoaks semata.
Nah, perubahan yang harus dilakukan untuk menangani masalah ini adalah memvalidasi kebenaran dari setiap informasi yang diperoleh.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan, salah satunya adalah memperbanyak membaca buku mengenai topik yang sesuai.
2. Hati-hati dalam Melakukan Self-diagnosis
Masalah di lingkungan keluarga dan menumpuknya tugas di sekolah atau kampus cenderung “membebani” sebagian besar anak muda. Alhasil, hal ini membuat mereka mudah mengeluh dan mengaitkannya dengan masalah kesehatan mental.
Menurut Highland Springs Clinic, hal ini bisa membahayakan kesehatan seseorang. Saat seseorang self-diagnosis, penanganan yang diberikan bisa saja tidak sesuai dengan kondisi yang diderita.
Hadapilah situasi dengan kepala dingin. Ingat, setiap masalah yang menghampiri merupakan ujian di dalam kehidupan yang biasa terjadi.
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Agar Remaja Tidak Terjerat Narkoba
3. Hindari Memanjakan Anak
Peran orang tua tentu saja sangat penting dalam mencegah terbentuknya generasi strawberry.
Salah satu tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari memanjakan anak secara berlebihan. Jika anak melakukan kesalahan, berikan konsekuensi yang sudah disepakati di awal.
Selain itu, sebagai orang tua, Anda juga bisa memberikan pemahaman kepada anak mengenai berbagai hal.
4. Buat Situasi Belajar Nyaman
Salah satu solusi untuk mencegah terbentuknya generasi strawberry juga berhubungan dengan tenaga pendidik.
Agar pembelajaran sampai dengan baik kepada anak, cobalah untuk menciptakan situasi yang menyenangkan.
Perlu diingat juga bahwa keberhasilan sejatinya tidak melulu soal prestasi di kelas, melainkan berbagai aspek di kehidupan.
Demikian penjelasan seputar generasi strawberry yang sebaiknya diketahui. Jika mengalami masalah yang cukup pelik hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog.
- Anonim. 2022. Generasi Z: The Strawberry Generation. https://binus.ac.id/malang/ebc/generasi-z-the-strawberry-generation/. (Diakses pada 18 Oktober 2022).
- Anonim. Strawberry Generation. https://artsandculture.google.com/entity/strawberry-generation/m02w80m6. (Diakses pada 18 Oktober 2022).
- Prihatina, Ratih. 2022. Generasi Strawberry, Generasi Kreatif Nan Rapuh dan Peran Mereka Di Dunia Kerja Saat Ini. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pekalongan/baca-artikel/14811/Generasi-Strawberry-Generasi-Kreatif-Nan-Rapuh-dan-Peran-Mereka-Di-Dunia-Kerja-Saat-Ini.html. (Diakses pada 18 Oktober 2022).
- Sameer C. Are We Raising The ‘Strawberry Generation’ — Entitled and Rude Brats? https://sg.theasianparent.com/things-parents-need-to-avoid-that-encourage-the-strawberry-generation. (Diakses pada 18 Oktober 2022).
- Thatcher, Todd. 2021. Dangers of Self Diagnoses. https://highlandspringsclinic.org/dangers-of-self-diagnoses. (Diakses pada 18 Oktober 2022).