Terbit: 31 December 2021
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Jika kamu merasa berbeda belakangan ini—tidak benar-benar sedih atau tertekan—tetapi seperti kehilangan jati diri. Kamu juga tidak bisa memotivasi diri dan bekerja bagai robot. Rasanya hampa dan kosong, bisa jadi kamu sedang mengalami languishing. Cek di sini!

Languishing, Rasa Kosong dan Hampa yang Membingungkan

Apa Itu Languishing?

Languishing adalah perasaan dimana seseorang merasa ada yang salah dengan dirinya tetapi tidak bisa mendeskripsikan masalah tersebut dengan kata-kata. Penyandangnya akan merasa kosong, hampa, tidak berguna, namun tidak bisa mengatakannya sehingga orang lain pun tidak bisa membantunya.

Kondisi ini adalah kebalikan dari flourishing—dimana seseorang merasa sangat terkoneksi, memiliki tujuan yang jelas, dan cukup bersemangat.

Languishing adalah saat seseorang merasa tidak terkoneksi dengan apapun atau siapapun. Kehilangan tujuan dan semangat, namun tidak benar-benar tertekan.

  • Kata ‘languishing’ sendiri berasal dari bahasa latin Languere yang berarti merasa tidak baik atau gagal. Pada tahun 2002, seorang psikolog dan sosiolog Corey Keyes mendeskripsikan languishing sebagai salah satu masalah mental.
  • Namun ahli kejiwaan lain, Adam Grant, menyebutkan languishing adalah masalah emosional. Ini berada di tengah-tengah antara depresi dengan flourishing. Orang yang mengalaminya merasa hampa, tidak tertekan, namun juga tidak bisa memotivasi diri.
  • Dalam psikologi positif yang berpusat pada pengalaman dan kontribusi seseorang pada sekitarnya, flourishing (lawan dari languishing) adalah saat seseorang merasakan energi positif. Energi ini akan membuatnya dapat berfungsi secara baik secara mental, emosional, dan sosial. Flourishing adalah gambaran mental yang sehat.

Sebaliknya, seseorang yang mengalami languishing tidak merasakan dorongan positif di dalam hidupnya. Tidak ada sesuatu yang bisa membuatnya bersemangat, menjalin relasi, maupun tindakan emosional lainnya. Sekilas, mereka yang mengalami languishing terlihat sangat malas dan kehilangan gairah hidup.

Baca Juga: 21 Cara Mengatasi Kesedihan Mendalam dan Berkepanjangan

Ciri-Ciri Languishing

Languishing tampak dari perilaku penyandangnya. Namun setiap orang bisa jadi memiliki gejala yang berbeda-beda.

Secara umum ciri-ciri languishing adalah:

  • Tiba-tiba tidak menyukai hal-hal yang tadinya sangat disukai
  • Kehilangan semangat untuk bekerja dan berkontribusi dalam kelompok.
  • Selalu ingin menyendiri dan tidak memiliki motivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.
  • Memiliki mood yang tidak jelas. Bahagia tidak, sedih juga tidak.
  • Merasa tidak nyaman berada di lingkungan yang sekarang, tapi tidak ingin pergi.
  • Kehilangan fokus pada pekerjaan
  • Merasa tercampakkan dari kelompok atau hidup seseorang, tapi tidak membenci mereka.
  • Memandang hidup secara apatis dan segala sesuatu dari sisi negatif.
  • Rasa tidak nyaman, pegal dan nyeri otot, serta sangat lelah.
  • Kehilangan koneksi dengan tujuan yang telah dirancangnya dalam hidup serta merasa stagnan, tanpa kemajuan apapun.

Baca Juga: Gangguan Suasana Hati: Gejala, Jenis, Penyebab, Cara Mengobati, dll

Dampak Languishing pada Penyandangnya

Secara resmi languishing memang belum dikategorikan sebagai penyakit atau gangguan mental. Namun mengalaminya secara jangka panjang dapat memberi efek negatif yang tidak dapat diabaikan begitu saja, di antaranya:

  • Kehilangan motivasi dalam mencapai tujuan.
  • Kehilangan gairah dan arti hidup
  • Produktivitas akan semakin menurun.
  • Hubungan dengan pasangan, anak-anak, atau kerabat akan terganggu.
  • Languishing juga dapat berdampak pada ekonomi dan pendapatan, karena motivasi untuk meraih pendapatan lebih juga ikut tergerus.
  • Walaupun languishing bukan gangguan mental, namun pembiaran terhadap kondisi ini berpeluang menjadikan penyandangnya mengalami masalah mental.

Baca Juga: 9 Tanda Anda Harus Konsultasi ke Psikiater Secepatnya

Languishing di Masa Pandemi dan Cara Mengatasinya

Languishing ternyata mengalami peningkatan di masa pandemi COVID-19. Terutama bagi mereka yang tiba-tiba harus menjalankan WFH (work from home) pada sebagian atau seluruh jam kerjanya.

Kondisi selama WFH yang monoton dan pembatasan mobilitas yang mengakibatkan orang tidak bebas bepergian, menjadikan banyak orang yang merasakan kosong, kehilangan target, dan tidak bahagia.

Hal ini karena masa pandemi membuat hari-hari terasa berulang dalam suasana yang sama, tidak berubah. Sehingga motivasi dan usaha untuk melakukan sesuatu pun dirasakan sia-sia saja.

Uniknya, mereka yang ekstrovert lebih berpeluang mengalami languishing di masa pandemi yang identik dengan kesendirian dan jarak personal yang membentang. Sedangkan mereka yang introvert justru lebih sering merasa flourishing di tengah keramaian seperti masa liburan.

Jika ditilik, pandemi ternyata belum benar-benar berakhir. Dengan kondisi seperti ini, penting sekali untuk menjaga kondisi emosional tetap sehat.

Ketika mengalami languishing atau menyadari beberapa cirinya, segera lakukan hal-hal berikut agar gangguan tidak semakin berat:

  • Terima dan validasi perasaan yang dirasakan. Jangan denial karena hal itu akan menjadikan kamu jauh dari usaha mengatasinya.
  • Cobalah untuk meninggalkan sejenak beban pekerjaan atau hal lain yang membuat lelah. Beristirahat tidak harus tidur. Berolahraga, melakukan hal baru, atau sekadar berjalan-jalan juga bisa menjadi momen beristirahat bagi pikiran yang lelah.
  • Ubah suasana ruang kerja, kamar, atau mungkin kubikel kamu. jika selama ini bekerja dari rumah, carilah tempat bekerja lain. Di taman atau di teras dengan secangkir kopi bisa menjadi pilihan.
  • Ketika beban semakin berat dan cara-cara yang disarankan tidak berhasil. Jangan ragu dan carilah bantuan dari psikolog atau terapis profesional. Berkonsultasi dengan mereka bukan berarti kamu mengalami masalah mental atau kejiwaan, melainkan berusaha menjaga kesehatan emosi untuk mempertahankan kebahagiaan.

Languishing adalah hal yang berpotensi besar melanda setiap orang di masa pandemi. Bukan hanya pekerja, para pelajar juga mengalami hal ini. Dibutuhkan sistem pendukung dari sekolah, perusahaan, keluarga, serta masyarakat.

Jika sistem pendukung itu tidak memadai, maka keluarga dan diri sendiri adalah komponen yang harus mengusahakan agar kondisi ini tidak semakin berat.

 

  1. Newport Institute. 2021. 7 Signs of Languishing, and How Young Adults Can Move Toward Flourishing. https://www.newportinstitute.com/resources/mental-health/languishing-young-adults/. (Diakses pada 21-12-2021)
  2. Psych Central. 2021. Are You Languishing? These Are the Signs and What to Do. https://psychcentral.com/depression/what-is-languishing#Is-it-an-existential-crisis? (Diakses pada 21-12-2021)
  3. Simon, Sarah. 2021. What Is Languishing, and What Can We Do About It? https://www.verywellhealth.com/what-is-languishing-5181172. (Diakses pada 21-12-2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi