Terbit: 22 March 2022 | Diperbarui: 23 March 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan terhadap sikap, pemikiran, dan perilaku yang bertentangan. Simak penjelasan mengenai ciri-ciri seseorang yang memiliki kondisi ini hingga cara mengatasinya.

Disonansi Kognitif: Ciri-Ciri, Penyebab, Dampak, Cara Mengatasi, dll

Apa itu Disonansi Kognitif?

Disonansi kognitif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan mental yang disebabkan mengambil dua keyakinan, nilai atau sikap yang saling bertentangan. Orang cenderung mencari konsistensi dalam sikap dan persepsinya, sehingga konflik ini menimbulkan perasaan ketidaknyamanan.

Ketidakkonsistenan antara apa yang orang percaya dan bagaimana berperilaku mendorong orang untuk terlibat dalam tindakan yang membantu mengurangi perasaan tidak nyaman. Hal inilah yang membuat seseorang berusaha untuk meredakan ketegangan  dengan cara yang berbeda, seperti menolak, menjelaskan, atau menghindari informasi baru.

Ciri-Ciri Disonansi Kognitif

Sebagian besar orang mungkin mengalami kondisi ini sampai tingkat tertentu, tetapi tidak berarti bahwa hal ini selalu mudah dikenali, jadi kapan disonansi kognitif terjadi?

Beberapa ciri yang mungkin terkait dengan disonansi, termasuk:

  • Merasa tidak nyaman sebelum melakukan sesuatu atau mengambil suatu keputusan.
  • Mencoba membenarkan atau merasionalisasi keputusan yang telah dibuat atau tindakan yang telah diambil.
  • Merasa malu tentang sesuatu yang telah dilakukan dan berusaha menyembunyikan tindakan dari orang lain.
  • Merasa bersalah atau menyesal tentang sesuatu yang telah dilakukan di masa lalu.
  • Melakukan sesuatu karena tekanan sosial atau takut ketinggalan informasi, bahkan jika itu bukan sesuatu yang ingin dilakukan.

Penyebab Disonansi Kognitif

Ada sejumlah situasi berbeda yang dapat menimbulkan konflik yang mengarah pada kondisi ini. Berikut ini beberapa penyebabnya:

1. Kedisiplinan yang dipaksa

Terkadang Anda mungkin terlibat dalam perilaku yang bertentangan dengan keyakinan diri sendiri karena ekspektasi eksternal, biasanya untuk pekerjaan, sekolah, atau situasi sosial.

Hal tersebut mungkin melibatkan Anda untuk mengikuti sesuatu karena tekanan teman sebaya atau melakukan sesuatu di tempat kerja untuk menghindari dipecat.

2. Informasi baru

Terkadang mempelajari informasi baru bisa menyebabkan perasaan disonansi kognitif. Misalnya, jika terlibat dalam perilaku yang kemudian Anda pelajari berbahaya, hal itu dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman.

Seseorang terkadang menghadapi hal ini dengan mencari cara bagaimana membenarkan perilaku atau menemukan cara untuk menghujat atau mengabaikan informasi baru.

3. Keputusan

Setiap hari seseorang pasti membuat keputusan, baik besar maupun kecil. Ketika dihadapkan pada dua pilihan yang serupa, seseorang biasanya membiarkan perasaan ini karena dua pilihan tersebut sama-sama menarik.

Namun, begitu seseorang menentukan pilihan, ia perlu menemukan cara untuk mengurangi perasaan tidak nyaman ini. Hal yang biasanya dilakukan adalah membenarkan mengapa pilihannya adalah yang terbaik; sehingga dapat percaya bahwa keputusannya adalah sesuatu yang tepat.

Baca Juga: 10 Jenis Distorsi Kognitif yang Mungkin Anda Alami

Dampak Buruk Disonansi Kognitif

Disonansi kognitif adalah situasi yang bisa membuat orang mengalami ketidaknyaman, terutama jika perbedaan antara keyakinan dan perilaku melibatkan sesuatu yang penting bagi perasaannya.

Misalnya, berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman yang intens. Perilaku tidak hanya bertentangan dengan keyakinan yang Anda miliki tentang dunia, tetapi juga keyakinan tentang diri sendiri.

Ketidaknyamanan ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi mental, berikut di antaranya:

  • Kecemasan.
  • Merasa malu.
  • Penyesalan.
  • Merasa sedih.
  • Stres.

Teori disonansi kognitif bisa memengaruhi perasaan dan pandangan orang tentang dirinya sendiri yang mengarah pada perasaan negatif tentang harga diri.

Beberapa hal yang mungkin dilakukan orang untuk mengatasi perasaan tersebut, antara lain:

  • Memiliki keyakinan atau ide untuk membantu membenarkan atau menjelaskan konflik antara keyakinan atau perilaku. Hal ini terkadang bisa melibatkan menyalahkan orang lain atau faktor luar.
  • Menyembunyikan keyakinan atau perilaku dari orang lain. Seseorang mungkin merasa malu dengan keyakinan dan perilakunya yang bertentangan, jadi menyembunyikan perbedaan dari orang lain membantu mengurangi perasaan malu dan bersalah.
  • Hanya mencari informasi yang memastikan keyakinan. Fenomena ini dikenal sebagai bias konfirmasi, yang dapat memengaruhi kemampuan untuk berpikir kritis tetapi membantu mengurangi perasaan disonansi.
  • Merasa berpikir logis, konsisten, dan pandai membuat keputusan. Disonansi kognitif bisa mengganggu persepsi orang tentang dirinya sendiri dan kemampuannya. Inilah sebabnya mengapa hal itu sering kali terasa sangat tidak nyaman dan tidak menyenangkan.

Contoh Disonansi Kognitif

Contoh situasi di mana disonansi kognitif dapat terjadi, berikut di antaranya:

  • Merokok. Meskipun mengetahui efek buruk bagi kesehatan dari penggunaan tembakau.
  • Memilih untuk mamamerkan perilaku palsu. Misalnya, menunjukkan bahwa ia pribadi yang rajin berolahraga
  • Berbohong meskipun menganggap dirinya jujur.
  • Membeli mobil baru yang tidak irit bahan bakar, meski sadar akan lingkungan.
  • Tetap mengonsumsi daging sementara menganggap dirinya sebagai penyayang binatang.

Baca Juga: Pentingnya Manajemen Stres bagi Kesehatan Mental dan Fisik

Cara Mengatasi Disonansi Kognitif

Orang yang mengalami disonansi dapat mengambil langkah-langkah untuk menguranginya. Berikut ini cara mengatasinya disonansi:

1. Menolak atau menghindari informasi yang bertentangan

Biasanya, orang mengatasi disonansi dengan mengurangi dan membuang informasi yang saling bertentangan. Mereka mungkin membatasi paparan terhadap informasi baru yang tidak sesuai dengan keyakinannya, ini sebuah fenomena yang disebut bias konfirmasi.

Salah satu contohnya adalah mengurangi sumber berita tertentu dengan menggambarkannya sebagai bias atau salah.

2. Membujuk dan membenarkan

Seseorang dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada konflik. Hal ini membuatnya mencari dukungan dari orang lain yang memiliki keyakinan sama atau mencoba meyakinkan orang lain bahwa informasi tersebut tidak akurat.

Seseorang mungkin menemukan cara untuk membenarkan perilaku yang bertentangan dengan keyakinannya. Contoh disonansi kognitif bisa terlihat dari seorang perokok.

Meskipun perokok tahu bahwa merokok adalah sesuatu yang tidak sehat, ia dapat merasionalisasi perilakunya atas dasar bahwa hal tersebut membantunya bersosialisasi dengan orang lain.

3. Mendamaikan perbedaan

Cara ini melibatkan seseorang untuk mengubah perilakunya sehingga konsisten dengan keyakinannya yang lain. Mendamaikan perbedaan antara keyakinan yang bertentangan; atau antara tindakan dan keyakinan, merupakan bentuk pengembangan diri.

Salah satu contoh mendamaikan perbedaan adalah ketika seseorang berhenti makan daging karena mencintai binatang atau tidak memikirkan pembunuhan terhadap hewan.

 

  1. Anonim. Cognitive Dissonance. https://www.psychologytoday.com/us/basics/cognitive-dissonance. (Diakses pada 22 Maret 2022)
  2. Cherry, Kendra. 2022. What Is Cognitive Dissonance?. https://www.verywellmind.com/what-is-cognitive-dissonance-2795012. (Diakses pada 22 Maret 2022)
  3. Leonard, Jayne. 2019. Cognitive dissonance: What to know.. https://www.medicalnewstoday.com/articles/326738 (Diakses pada 22 Maret 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi