Terbit: 17 January 2020 | Diperbarui: 17 January 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Withdrawal syndrome steroid adalah sindrom putus obat yang disebabkan pengggunaan steroid. Steroid withdrawal syndrome (SWS) atau sindrom putus obat steroid adalah sebuah kondisi yang menggambarkan kekambuhan penyakit yang sedang dirawat setelah penghentian terapi glukokortikoid. Glukokortikoid sendiri digunakan untuk mengontrol aktivitas peradangan, autoimun, alergi, dan neoplastic.

Steroid Withdrawal Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Penyebab Steroid Withdrawal Syndrome

Diperkirakan bahwa sindrom ini dapat terjadi akibat perkembangan toleransi terhadap glukokortikoid dan mediator yang dianggap penting dalam perkembangannya termasuk interleukin-6, hormon pelepas kortikotropin, vasopresin,  central noradrenergic dan dopaminergic systems.

Meski begitu, mekanisme yang mendasari terjadinya steroid withdrawal syndrome adalah sesuatu yang belum jelas. Namun, dengan meningkatnya rekomendasi untuk penggunaan dosis rendah glukokortikoid pengganti, insidensinya dapat meningkat.

Faktor Risiko Steroid Withdrawal Syndrome

Terapi glukokortikoid kronis digunakan dalam berbagai pengobatan karena efek antiinflamasinya yang kuat dan kadang-kadang dianggap memiliki aktivitas imunosupresan. Glukokortikoid sering digunakan untuk rheumatoid arthritis, vasculitis besar dan kecil, systemic lupus erythematosus, polymyalgia rheumatica, dan dalam beberapa kasus, artritis yang terkait dengan penyakit radang usus.

Terlepas dari manfaatnya, efek samping yang diinduksi steroid umumnya memerlukan pengurangan dosis obat segera setelah penyakit yang dirawat terkendali. Tapering (penurunan dosis secara berkala sesuai resep dokter)  harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari aktivitas berulang dari penyakit yang mendasarinya dan kemungkinan defisiensi kortisol yang dihasilkan dari penekanan hypothalamic-pituitary-adrenal axis (HPA) selama periode terapi steroid.

Gejala Steroid Withdrawal Syndrome

Gejala biasanya muncul setelah penggunaan steroid yang lama dengan penghentian obat secara cepat atau tiba-tiba. Steroid ini termasuk glukokortikoid, steroid anabolik dalam bentuk topikal, injeksi, dan transdermal. Gejala dan tanda-tanda berikut dapat terjadi pada individu yang menarik diri dari steroid:

  • Kelelahan.
  • Nafsu makan menurun.
  • Penurunan berat badan.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Sakit perut.
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Pusing atau pingsan.
  • Gula darah rendah (hipoglikemia).
  • Perubahan periode menstruasi.

Pada kasus yang jarang terjadi, sindrom putus obat ini dapat menyebabkan nyeri sendi, perubahan kondisi kulit, nyeri otot, demam, perubahan mental, atau peningkatan kalsium. Selain itu, dehidrasi, penurunan kontraksi gastrointestinal dapat terjadi dan mengarah ke pelebaran usus.

Diagnosis Steroid Withdrawal Syndrome

Karena gejala penarikan steroid bervariasi dan tidak spesifik, mendiagnosis sindrom putus obat bagi beberapa pakar adalah sesuatu yang sulit. Namun, cara terbaik untuk mendiagnosis withdrawal syndrome steroid adalah pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dengan penekanan pada penggunaan steroid di masa lalu. Tes lain yang dapat membantu dalam diagnosis adalah tingkat kortisol, tingkat kalsium serum, CBC (complete blood count), tingkat elektrolit, tingkat BUN (blood urea nitrogen), dan tingkat kreatinin.

Pengobatan Steroid Withdrawal Syndrome

Secara umum, pengobatan withdrawal syndrome steroid adalah dengan pemberian steroid yang dikurangi dosisnya secara berkala untuk menghilangkan gejala penarikan atau pemutusan obat, kemudian secara bertahap mengurangi jumlah steroid yang diberikan sehingga tubuh dapat menyesuaikan diri untuk mensintesis steroid secara normal.

Karena setiap kondisi pasien berbeda-beda, sehingga dokter akan mempertimbangkan gejala, jenis steroid (misalnya, steroid hormon dapat dikurangi lebih cepat daripada obat steroid lainnya), dan kepatuhan pasien. Waktu berhenti sangat bervariasi dan dapat memakan waktu beberapa minggu hingga satu tahun atau lebih tergantung pada ketergantungan pasien, kekuatan dan jenis steroid yang diberikan, dan masalah medis yang mendasarinya.

Beberapa pasien mungkin memerlukan peningkatan steroid selama penarikan dengan kondisi stres seperti operasi darurat. Peningkatan seperti itu biasanya merupakan kenaikan jangka pendek.

Pada akhirnya, jika kondisi ini cepat dikenali dan diobati, biasanya kondisi akan membaik. Kondisi akan sulit diatasi jika penarikan steroid tidak dikenali, muncul komplikasi seperti kelainan elektrolit, dehidrasi, dan gejala lainnya yang mengarah pada masalah kesehatan lebih lanjut, atau jika pasien menjadi tidak patuh dengan protokol pengobatan.

Pencegahan Steroid Withdrawal Syndrome

Cara terbaik untuk mencegah penarikan atau pemutusan obat steroid  adalah memastikan menggunakan steroid secara ketat dan untuk periode sesingkat mungkin. Penggunaan steroid jangka pendek (jangka waktu bervariasi dengan jenis steroid dan jumlahnya—bisa berhari-hari hingga berminggu-minggu) biasanya tidak memicu timbulnya gejala sindroma putus obat steroid.

Namun, dengan penggunaan steroid jangka pendek dan jangka panjang, penarikan steroid dapat dihindari pada sebagian besar pasien dengan mengurangi dosis seiring waktu. Metode ini juga dapat mencegah withdrawal syndrome steroid pada sebagian besar pasien.

 

  1. Anonim. Steroid withdrawal syndrome after successful treatment of Cushing’s syndrome: a reminder. https://eje.bioscientifica.com/view/journals/eje/153/2/1530207.xml. (Diakses pada 17 Januari 2020).
  2. Anonim. Steroid Drug Withdrawal Symptoms, Treatment, Cure, and Prevention. Davis, Charles Patrick, MD, PhD. https://www.medicinenet.com/steroid_withdrawal/article.htm. (Diakses pada 17 Januari 2020).
  3. Daniel E Furst, MDKenneth G Saag, MD, MSc. Glucocorticoid withdrawal. https://www.uptodate.com/contents/glucocorticoid-withdrawal. (Diakses pada 17 Januari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi