Terbit: 3 April 2022 | Diperbarui: 5 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Pernahkah Anda merasa lelah setelah bangun tidur di pagi hari? Jika iya, Anda mungkin mengalami sleep inertia. Simak penjelasan mengenai gejala hingga cara mencegahnya kondisi tersebut, selengkapnya di bawah ini.

Sleep Inertia: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Apa itu Sleep Inertia?

Sleep inertia adalah rasa sakit kepala, disorientasi, dan gangguan kognitif yang dialami seseorang segera setelah bangun tidur. Biasanya kondisi ini akan berlangsung selama 15 hingga 60 menit lamanya, namun bisa juga lebih dari itu. 

Alasan biologis terjadinya keadaan ini masih belum diketahui. Namun, para peneliti memperkirakan bahwa sleep inertia merupakan mekanisme perlindungan diri tubuh yang mencegah seseorang terbangun ketika waktu tidur masih belum terpenuhi.

Gejala Sleep Inertia

Gejala dapat terlihat jelas setelah bangun tidur, namun akan berkurang seiring berjalannya waktu. Kondisi ini bisa muncul ketika seseorang tidur terlalu lama atau tidur siang melebihi 30 menit. 

Gejala yang paling sering muncul antara lain:

  • Sakit kepala.
  • Keinginan untuk kembali tidur.
  • Gangguan kognitif.
  • Gangguan perhatian visual.
  • Gangguan memori spasial.

Baca Juga: Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Penyebab Sleep Inertia

Penyebab pasti dari keadaan ini belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, ada tiga teori umum yang dipercaya menyebabkan hal ini, di antaranya:

1. Peningkatan gelombang delta

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa keadaan ini disebabkan oleh peningkatan gelombang delta pada bagian belakang otak.

Gelombang delta atau yang disebut juga dengan gelombang lambat akan meningkat jika seseorang kurang tidur. Sleep inertia terjadi karena otak masih belum mengurangi jumlah gelombang delta menjelang bangun, sehingga tubuh masih merasa lelah dan mengantuk.

2. Tingginya level adenosin

Adenosin adalah senyawa asam nukleat yang ditemukan di otak. Senyawa ini merupakan bagian penting yang membuat manusia tidur atau terjaga. Ketika bangun tidur, kadar adenosin dalam otak seharusnya rendah. 

Namun menurut penelitian, sleep inertia bisa disebabkan oleh tingkat adenosin yang tinggi ketika bangun akibat kurang tidur berkepanjangan.

3. Kurangnya aliran darah ke otak

Aliran darah ke otak mengikuti pola tidur seseorang. Tinggi atau rendahnya aliran darah menuju otak sangat tergantung pada kualitas tidur. Chronic fatigue syndrome (CFS) atau sindrom kelelahan kronis mirip dengan sleep inertia, yaitu disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.

Meski begitu,penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan untuk menguatkan klaim ini.

Diagnosis Sleep Inertia

Keadaan ini dapat dialami oleh orang dewasa maupun remaja. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, serta memberikan dampat negatif pada aktivitas sehari-hari.

Diagnosis dapat dilakukan oleh dokter yang ahli dalam menangani gangguan tidur. Saat pemeriksaan, dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan seperti:

  • Apakah Anda saat ini sedang stres?
  • Apakah Anda punya gangguan tidur lain?
  • Apakah ada gangguan depresi?
  • Apakah Anda dalam masa pengobatan? Obat apa yang dikonsumsi?
  • Apakah pekerjaan Anda menggunakan sistem shift yang mengharuskan Anda bekerja di malam hari dan mengganggu pola tidur Anda?

Baca Juga: Tidur Berjalan (Sleepwalking): Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dll

Perawatan Sleep Inertia

Kunci untuk mengatasi sleep inertia adalah dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Berikut ini beberapa hal bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas tidur dan mengurangi efek buruk kondisi ini, di antaranya:

  • Tidur siang

Tidur siang sejenak selama jam istirahat kantor dapat membantu mengurangi keadaan ini. Tidur siang bisa menjadi cara yang tepat untuk memenuhi waktu tidur minimal jika di malam hari Anda kurang tidur.

Tapi pastikan waktu tidur siang tidak lebih dari 30 menit. Jika Anda tertidur lebih itu, sleep inertia justru akan menjadi semakin parah.

  • Konsumsi kafein

Menyesap secangkir kopi di pagi hari memang akan membuat Anda terjaga dan bersemangat sepanjang hari. Kafein bekerja dengan menghambat reseptor adenosin di dalam otak, hal itulah yang membuat Anda lebih fokus setelah bangun tidur.

Namun jangan berlebihan dalam mengonsumsi kafein, terutama jika sudah mendekat jam tidur agar kualitas tidur tidak terganggu

  • Tidur dan bangun di jam yang sama

Bangun dan tidur di waktu yang sama setiap hari bisa mengurangi dampak buruk kondisi ini. Pastikan Anda pergi tidur di malam hari dan bangun di pagi hari saat matahari terbit. Hindari tidur terlalu malam dan hentikan kebiasaan begadang.

  • Atur suhu kamar

Tidur di kamar yang terlalu panas mempersulit tubuh melakukan pendinginan saat akan tidur, sehingga membuat Anda merasa kelelahan. Sesuaikan suhu kamar senyaman mungkin, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Gunakan AC selama musim kemarau dan gunakan selimut tebal di musim penghujan.

  • Gentle waking

Gentle waking adalah bangun secara perlahan untuk mencegah Anda merasa pusing karena suara alarm yang terlalu keras dan mengejutkan. Pilih nada alarm yang lembut agar Anda bisa bangun secara perlahan dan membantu tubuh  untuk mengumpulkan kesadaran setelah terbangun dari tidur.

Pada akhirnya, jika Anda mengalami gangguan ini dalam waktu lama, segera temuai dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. 

 

  1. Larson, Jennifer dan Stephanie Watson. 2020. How to Deal with Sleep Inertia, That Groggy Feeling When You Wake Up. https://www.healthline.com/health/sleep/how-to-deal-with-sleep-inertia. (Diakses pada 31 Maret 2022).
  2. Pacheco, Danielle. 2022. Sleep Inertia. https://www.sleepfoundation.org/how-sleep-works/sleep-inertia. (Diakses pada 31 Maret 2022).
  3. Trotti, Lynn Marie. 2017. Waking up is the hardest thing I do all day: Sleep inertia and sleep drunkenness. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5337178/. (Diakses pada 31 Maret 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi