Terbit: 1 September 2020 | Diperbarui: 17 March 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Sleepwalking atau tidur berjalan adalah gangguan tidur yang membuat seseorang berjalan dalam tidur. Ini dapat menyebabkan komplikasi jika dibiarkan atau tidak segera ditangani. Ketahui selengkapnya mulai dari definisi, gejala, penyebab, cara mengobati, dan lainnya di bawah ini!

Tidur Berjalan (Sleepwalking): Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dll

Apa Itu Tidur Berjalan?

Tidur berjalan adalah gangguan tidur yang menyebabkan berjalan dan melakukan aktivitas kompleks ketika dalam keadaan tidur. Gangguan tidur ini biasanya terjadi selama tidur nyenyak. Puncaknya pada awal malam dan cenderung terjadi pada beberapa jam pertama setelah tertidur.

Gangguan tidur yang juga dikenal sebagai somnambulisme ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa, dan biasanya sudah tidak terjadi lagi ketika menginjak usia remaja.

Tidur berjalan adalah kondisi yang sering kali tidak menandakan adanya masalah kesehatan serius atau memerlukan perawatan. Namun, jika terjadi secara berulang mungkin menandakan gangguan tidur yang mendasari.

Tanda dan Gejala Tidur Berjalan

Tidur berjalan cenderung terjadi di awal malam dan sering kali satu hingga dua jam setelah tertidur. Kondisi ini tidak mungkin terjadi ketika tidur siang. Sleepwalking bisa sering terjadi atau jarang, dan jika terjadi biasanya berlangsung beberapa menit, tetapi dapat berlangsung lebih lama.

Berikut ini sejumlah tanda dan gejala tidur berjalan:

  • Bangkit dari tempat tidur dan berjalan.
  • Duduk di tempat tidur dan membuka matanya.
  • Tidak merespons atau berkomunikasi dengan orang lain.
  • Memiliki ekspresi mata berkaca-kaca.
  • Sulit untuk bangun selama episode somnambulisme.
  • Menjadi bingung atau disorientasi untuk waktu yang singkat setelah dibangunkan.
  • Memiliki teror tidur selain berjalan dalam tidur.
  • Tidak mengingat episode somnambulisme ketika pagi hari.
  • Mengalami kesulitan fungsi pada siang hari karena tidur yang terganggu.

Selain itu, terkadang orang yang mengalami episode gangguan tidur ini akan mengalami hal berikut:

  • Melakukan aktivitas rutin seperti berpakaian, berbicara, atau makan.
  • Mengendarai mobil.
  • Meninggalkan rumah.
  • Melakukan perilaku yang tidak biasa seperti buang air kecil di lemari.
  • Melakukan aktivitas seksual tanpa sadar.
  • Cedera, misalnya jatuh dari tangga atau melompat keluar jendela.
  • Melakukan kekerasan selama periode kebingungan singkat segera setelah bangun tidur atau terkadang selama episode sleepwalking.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Episode tidur berjalan sesekali tidak perlu dikhawatirkan karena biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika episode gangguan tidur ini menyebabkan sejumlah hal berikut:

  • Sering terjadi, misalnya lebih dari satu hingga dua kali seminggu atau beberapa kali dalam semalam.
  • Menyebabkan perilaku berbahaya atau cedera pada penderitanya atau orang lain.
  • Menyebabkan gangguan tidur yang signifikan bagi penderitanya atau anggota keluarga.
  • Menyebabkan gejala kantuk berlebihan atau kesulitan berfungsi di siang hari.
  • Berjalan dalam tidur berlanjut ke masa remaja.
  • Mulai mengalami gangguan tidur ini untuk pertama kalinya ketika menginjak usia dewasa.

Penyebab Tidur Berjalan

Berjalan dalam tidur atau somnambulisme sering kali terjadi ketika seseorang sedang tidur nyenyak dan sebagian terbangun dengan cara yang memicu aktivitas fisik sambil tertidur.

Berbagai berikut ini sejumlah hal yang menjadi penyebab tidur berjalan:

  • Kurang tidur. Kurang tidur terkait dengan peningkatan risiko berjalan dalam tidur, yang mungkin disebabkan oleh lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur nyenyak setelah mengalami gangguan ini.
  • Obat-obatan. Obat yang menimbulkan efek sedatif dapat memicu orang mengalami jenis tidur yang meningkatkan kemungkinan mengalami episode somnambulisme.
  • Alkohol. Minum alkohol di malam hari memicu tahap tidur tidak stabil dan meningkatkan risiko somnambulisme.
  • Demam. Demam pada anak-anak terbukti membuat somnambulisme lebih mungkin terjadi dan ini terkait dengan peningkatan jumlah gairah yang dipicu penyakit pada malam hari.
  • Cedera otak. Kondisi yang memengaruhi otak seperti pembengkakan otak (ensefalitis), dapat menjadi pemicu somnambulisme.
  • Stres. Berbagai jenis stres dapat mengganggu kualitas tidur, termasuk menyebabkan tidur lebih terfragmentasi atau terganggu yang meningkatkan kecenderungan somnambulisme. Stres dapat bersifat fisik seperti dari rasa sakit atau emosional. Beberapa jenis stres mungkin terkait ketidaknyamanan atau perubahan seperti ketika bepergian dan tidur di tempat yang asing.
  • Obstructive sleep apnea (OSA). OSA adalah gangguan tidur di mana saluran pernapasan tersumbat, yang menyebabkan sesak napas. Kondisi ini dapat terjadi puluhan kali per malam dan menyebabkan gangguan tidur yang dapat mengakibatkan somnambulisme.
  • Restless Leg Syndrome (RLS). RLS adalah salah satu jenis gangguan tidur yang menyebabkan dorongan kuat untuk menggerakkan anggota tubuh, terutama kaki ketika berbaring. Kondisi ini menyebabkan gairah malam hari di mana seseorang dapat memasuki episode somnambulisme.

Faktor Risiko Tidur Berjalan

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko somnambulisme, meliputi:

  • Usia. Somnambulisme lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa dan awal masa dewasa lebih mungkin terkait dengan kondisi mendasar lainnya.
  • Genetika. Somnambulisme dapat diturunkan dari keluarga. Ini lebih umum jika memiliki satu orang tua yang memiliki riwayat somnambulisme dan jauh lebih umum jika kedua orang tua memiliki riwayat gangguan tidur ini.

Diagnosis Tidur Berjalan

Somnambulisme biasanya mudah didiagnosis oleh dokter dengan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien. Dokter mungkin perlu beberapa tes untuk mengetahui apakah suatu kondisi medis menyebabkan berjalan dalam tidur.

Berikut ini beberapa tes untuk mendiagnosis somnambulisme:

  • Pemeriksaan fisik. Dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kondisi apa pun yang mungkin menyebabkan somnambulisme seperti kejang di malam hari, serangan panik, atau gangguan tidur lainnya.
  • Menanyakan gejala. Jika tinggal sendiri dan tidak menyadari somnambulisme, kemungkinan besar Anda akan diberi tahu orang lain bahwa Anda mengalaminya. Sedangkan jika Anda datang bersama pasangan tidur ketika janji temu, dokter dapat bertanya kepadanya apakah Anda mengalami gangguan tidur ini. Dokter mungkin juga meminta Anda dan pasangan mengisi kuesioner tentang perilaku tidur Anda.
  • Mengamati tidur (polisomnografi). Pasien akan disarankan untuk bermalam di lab tidur, di mana para tenaga medis akan merekam beberapa hal seperti detak jantung, gelombang otak, dan gerakan saat tidur.
  • Elektroensefalografi (EEG). Jika dokter mencurigai bahwa kondisi serius membuat pasien mengalami somnambulisme, mungkin diperlukan tes yang mengukur aktivitas otak.

Cara Mengobati Tidur Berjalan

Perawatan somnambulisme yang terjadi sesekali biasanya tidak diperlukan. Anak-anak yang mengalaminya, sering kali akan hilang pada usia remaja.

Namun, jika somnambulisme berpotensi menimbulkan cedera, mengganggu anggota keluarga, atau menyebabkan rasa malu atau gangguan tidur bagi penderitanya, perawatan mungkin diperlukan. Perawatan biasanya fokus untuk meningkatkan keamanan dan menghilangkan penyebab atau pemicunya.

Berikut ini adala cara mengatasi tidur berjalan:

  • Mengobati kondisi yang mendasari. Jika somnambulisme terkait dengan kurang tidur, gangguan tidur, atau kondisi medis yang mendasari.
  • Menyesuaikan pengobatan. Jika diduga bahwa somnambulisme merupakan efek samping dari obat, penggunaan obat dapat disesuaikan.
  • Kurangi minum menjelang tidur. Kurangi jumlah cairan yang diminum anak di malam hari dan pastikan buang air kecil sebelum tidur karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan somnambulisme.
  • Bangun yang diantisipasi. Membangunkan orang yang mengalami somnambulisme sekitar 15 menit sebelum dia biasanya berjalan dalam tidur, kemudian tetap terjaga selama beberapa menit sebelum kembali tertidur.
  • Terapi atau konseling. Seorang profesional kesehatan mental dapat membantu dengan memberikan saran untuk memperbaiki kualitas tidur, teknik mengurangi stres, dan relaksasi.
  • Obat-obatan. Jika perawatan di atas tidak efektif, penggunaan obat-obatan dapat dipertimbangkan seperti obat benzodiazepin atau antidepresan tertentu.

Komplikasi

Sleepwalking atau somnambulisme belum tentu menjadi hal yang diperhatikan, tetapi penderitanya dapat mengalami komplikasi berikut dapat:

  • Mengalami gangguan tidur berkepanjangan dapat menyebabkan kantuk berlebihan di siang hari dan mengganggu aktivitas.
  • Melukai diri sendiri, terutama jika berjalan di dekat furnitur atau tangga, berkeliaran di luar ruangan, mengendarai mobil, atau makan sesuatu yang tidak wajar selama episode somnambulisme.
  • Merasa malu atau mengalami masalah dengan hubungan sosial.
  • Mengganggu tidur orang lain.
  • Meskipun jarang, somnambulisme dapat melukai orang lain di sekitarnya.

Pencegahan Tidur Berjalan

Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah sleepwalking:

  • Menjaga area rumah di mana seseorang mungkin mengalami somnambulisme bebas dari benda yang dapat pecah dengan menyingkirkan barang apa pun yang membuatnya tersandung.
  • Mengunci jendela dan pintu rumah.
  • Jika anak somnambulisme, jangan membiarkannya tidur di atas tempat tidur tingkat.
  • Memberi tahu babysitter atau pengasuh anak, kerabat, atau teman yang merawat anak Anda di malam hari bahwa ia mungkin berjalan dalam tidur dan hal apa yang harus mereka lakukan jika itu terjadi.

 

  1. Anonim. 2018. Sleepwalking. https://www.nhs.uk/conditions/sleepwalking/. (Diakses pada 1 September 2020)
  2. Anonim. 2020. Sleepwalking. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14292-sleepwalking. (Diakses pada 1 September 2020)
  3. Anonim. 2019. Sleepwalking (Somnambulism). https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleepwalking-causes. (Diakses pada 1 September 2020)
  4. Mayo Clinic Staff. 2017. Sleepwalking. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sleepwalking/symptoms-causes/syc-20353506. (Diakses pada 1 September 2020)
  5. Suni, Eric. 2020. Sleepwalking. https://www.sleepfoundation.org/articles/sleepwalking. (Diakses pada 1 September 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi