Terbit: 4 June 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Sindrom Stevens Johnson (SSJ) adalah kondisi darurat medis yang seringkali memerlukan rawat inap. Perawatannya untuk menekan reaksi alergi, merawat luka, mencegah infeksi, mengendalikan rasa sakit, dan mengurangi komplikasi ketika kulit tumbuh kembali. Simak informasi lengkap tentang definisi SSJ, gejala, penyebab, pengobatan, dan pencegahan!

Sindrom Stevens-Johnson: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Sindrom Stevens-Johnson?

Sindrom Stevens-Johnson adalah kelainan serius pada kulit dan membran mukosa karena reaksi alergi terhadap obat atau alergen. Membran mukosa adalah selaput lendir atau jaringan lunak yang melapisi mulut, hidung, bola mata, anus, dan alat kelamin. Walaupun jarang terdengar di Indonesia dan juga bukan penyakit menular, penyakit ini perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian.

Penyakit ini seringkali merupakan reaksi alergi terhadap obat yang dimulai dengan kemunculan gejala ringan, diikuti ruam gatal atau nyeri yang luas dan melepuh. Lapisan atas kulit yang terkena akan mati, mengelupas, dan mulai sembuh setelah beberapa hari.

Sindrom Stevens-Johnson adalah penyakit yang harus segera mendapatkan pertolongan medis untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan masa pemulihannya bisa memakan waktu berminggu-minggu.

Gejala Sindrom Stevens-Johnson 

Sebelum ruam timbul, gejala ringan seperti flu biasanya akan muncul selama tahap awal, di antaranya:

  • Demam/greges
  • Sakit kepala
  • Mulut dan tenggorokan sakit
  • Batuk
  • Kelelahan
  • Mata terasa terbakar
  • Nyeri sendi

Setelah satu hingga tiga hari mengalami gejala tersebut, muncul tanda dan gejala berikut:

  • Nyeri kulit yang meluas
  • Ruam merah atau keunguan yang menyebar
  • Melepuh pada kulit dan selaput lendir di mulut, hidung, mata, alat kelamin, dan anus
  • Kulit mengelupas dalam beberapa hari setelah melepuh
  • Buang air besar bercampur lendir atau darah

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Jika mengalami tanda dan gejala sindrom Stevens-Johnson, sesegera mungkin dapatkan pertolongan darurat medis. Reaksi yang diinduksi oleh obat dapat terjadi selama penggunaan obat atau hingga dua minggu setelah menghentikannya.

Penyebab Sindrom Stevens-Johnson

Sindrom Stevens Johnson adalah penyakit yang langka dan sulit diprediksi, sehingga dokter mungkin tidak dapat memastikan penyebabnya. Tetapi, biasanya penyakit ini dipicu oleh reaksi obat, infeksi, atau keduanya. Seseorang dapat bereaksi terhadap obat saat menggunakannya atau hingga dua minggu setelah berhenti menggunakannya.

1. Anak-Anak

Penyakit sindrom Stevens-Johnson pada anak-anak biasanya dipicu oleh infeksi virus, di antaranya:

  • Flu
  • Penyakit gondong (mumps)
  • Virus herpes-simpleks, yang menyebabkan luka dingin
  • Virus Coxsackie, yang menyebabkan penyakit Bornholm
  • Virus Epstein-Barr, yang menyebabkan demam kelenjar

2. Dewasa

Sedangkan pada orang dewasa seringkali disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan, di antaranya:

  • Allopurinol
  • Carbamazepine
  • Lamotrigine
  • Nevirapine
  • Antiinflamasi (meloxicam dan piroxicam)
  • Phenobarbital
  • Phenytoin
  • Sulfamethoxazole dan antibiotik sulfa lainnya
  • Sertraline
  • Sulfasalazine
  • Antibiotik atau obat lainnnya

Faktor Risiko Sindrom Stevens-Johnson

Berikut ini sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit sindrom Stevens-Johnson:

  • Infeksi HIV
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah
  • Kanker
  • Memiliki riwayat SSJ
  • Memiliki keluarga yang mengalami SSJ
  • Faktor genetik

Diagnosis Sindrom Stevens-Johnson

Penyakit ini harus didiagnosis oleh dokter kulit (spesialis kulit). Tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis SSJ meliputi:

  • Meninjau riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Dokter biasanya dapat mengidentifikasi SSJ berdasarkan riwayat kesehatan pasien, termasuk peninjauan terhadap obat yang sedang dikonsumsi dan yang baru saja dihentikan, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik.
  • Biopsi kulit. Guna memastikan diagnosis dan mengesampingkan kemungkinan penyebab lain, dokter akan mengambil sampel kulit untuk dilakukan pengujian laboratorium (biopsi).
  • Kultur jaringan kulit. Kultur kulit atau mulut atau kultur dari bagian kulit lainnya untuk mengetahui bakteri yang tumbuh pada permukaan kulit yang mengelupas
  • Pencitraan. Berdasarkan gejalanya, dokter mungkin menyarankan pasien menjalani pencitraan seperti rontgen dada untuk memeriksa adakah pneumonia.
  • Tes darah. Tes ini digunakan untuk memastikan infeksi atau kemungkinan penyebab lainnya. Bisa didapatkan peningkatan leukosit, eosinofil, dan hematokrit

Pengobatan Sindrom Stevens-Johnson

Jika diduga mengalami gejala penyakit ini, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Tanpa perawatan, gejalanya bisa menjadi sangat parah dan dapat mengancam jiwa. Mengobati SSJ memerlukan rawat inap, mungkin di unit perawatan intensif atau unit luka bakar.

Berikut beberapa perawatan untuk penyakit sindrom Stevens-Johnson:

1. Menghentikan Penggunaan Obat-Obatan yang Memicu Alergi

Langkah awal yang paling penting untuk perawatan sindrom Stevens-Johnson adalah menghentikan penggunaan obat apa pun yang mungkin menjadi penyebab. Karena sulit memastikan dengan tepat obat mana yang mungkin memicu masalah kesehatan, dokter mungkin menyarankan pasien berhenti minum semua obat yang tidak diperlukan.

2. Perawatan Suportif

Berikut beberpa perawatan suportif yang mungkin akan didapatkan di rumah sakit:

  • Penggantian cairan dan nutrisi. Kulit yang mengelupas dapat menyebabkan hilangnya banyak cairan tubuh. Itu sebabnya, mengganti cairan adalah hal yang penting untuk perawatan. Selain itu, pasien mungkin mendapatkan cairan dan nutrisi melalui tabung yang dimasukkan ke dalam hidung dan diarahkan ke perut (tabung nasogastrik).
  • Perawatan luka. Menerapkan kompres dengan cairan isotonik (NaCl 0,9%) dapat membantu meredakan kulit yang melepuh. Petugas medis mengangkat kulit mati dengan lembut dan mengoleskan petroleum jelly atau krim antibiotik pada area kulit yang mengelupas.
  • Perawatan mata. Selain spesialis kulit, pasien mungkin juga memerlukan perawatan dari spesialis mata (ophthalmologist).

3. Obat-Obatan

Berikut sejumlah obat yang digunakan dalam perawatan sindrom Stevens-Johnson:

  • Obat pereda nyeri (analgetic) untuk mengurangi ketidaknyamanan.
  • Obat untuk mengurangi radang mata dan selaput lendir (steroid topikal).
  • Antibiotik untuk mengendalikan infeksi (bila diperlukan).
  • Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, obat sistemik lain mungkin dapat diberikan seperti kortikosteroid oral dan imunoglobulin intravena (meskipun penggunaannya masih diperdebatkan). Namun, penelitian sekarang menunjukkan bahwa obat-obatan seperti cyclosporine dan etanercept lebih berhasil dalam mengobati penyakit ini.

Kulit baru mungkin mulai tumbuh kembali dalam beberapa hari, jika penyebab yang mendasar dari SSJ dapat dihilangkan dan reaksi kulit berhenti. Sedangkan dalam kasus yang parah, pemulihan penuh mungkin memerlukan waktu beberapa minggu.

Komplikasi Sindrom Stevens-Johnson

Penyakit ini sangat memengaruhi kondisi kulit dan selaput lendir. Jika dibiarkan dan tidak diobati akan menyebabkan komplikasi berikut:

  • Dehidrasi dan malnutrisi. Pemberian cairan yang tidak adekuat, ataupun asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pasien mengalami kekurangan cairan dan kurang gizi.
  • Perubahan kulit. Kerusakan pada kulit akan tumbuh kembali, namun kemungkinan warnanya tidak merata, lebih jarang, dan terbentuk jaringan parut. Apabila pengelupasan kulit terjadi pada daerah lipatan misal pada sela jari, siku atau lutut, dan ketiak atau selangkangan dapat menimbulkan kontraktur atau perlengketan.
  • Masalah pada organ dalam. Organ dapat meradang seperti paru-paru (pneumonia), jantung (miokarditis), ginjal (nefritis), hati (hepatitis), dan kerongkongan juga dapat menjadi menyempit dan tercekik (edema laring).
  • Masalah pada mata. Ruam pada mata dapat menyebabkan masalah dengan mata yang dalam kasus-kasus ringan, dapat menyebabkan iritasi dan mata kering, uveitis (radang uvea/lapisan tengah mata) yang menyebabkan ulserasi kornea dan mungkin mengalami kebutaan.

Pencegahan Sindrom Stevens-Johnson

Seringkali tidak ada cara untuk mengetahui bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap penggunaan obat-obatan tertentu, bahkan obat yang diresepkan dokter sekalipun. Jika memiliki riwayat atau gen yang meningkatkan risiko SJS. Konsultasikan dengan dokter tentang tes gen sebelum mengonsumsi obat-obatan seperti carbamazepine.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit sindrom Stevens-Johnson:

  • Setiap kali diperiksa beri tahu dokter bahwa alergi terhadap suatu obat-obatan, makanan, atau bahan-bahan kimia tertentu, atau pernah menderita SSJ.
  • Ketahui nama obat yang menyebabkan penyakit SSJ atau alergi (gatal-gatal, kemerahan, sesak napas setelah meminumnya).
  • Jangan minum obat sembarangan.

 

  1. Anonim. 2018. Stevens-Johnson syndrome. https://www.nhs.uk/conditions/stevens-johnson-syndrome/. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  2. Anonim. 2019. Stevens-Johnson Syndrome (SJS). https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/stevens-johnson-syndrome#1. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  3. Mayo Clinic Staff. 2020. Stevens-Johnson syndrome. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/stevens-johnson-syndrome/symptoms-causes/syc-20355936. (Diakses pada 3 Juni 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi