Terbit: 18 August 2020 | Diperbarui: 27 January 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Sindrom Sjogren adalah gangguan sistem kekebalan kronis yang terjadi pada kelenjar yang memproduksi cairan seperti kelenjar air liur, kelenjar air mata, dan jaringan eksokrin lainnya. Ketahui apa itu sindrom Sjogren, penyebab, gejala, pengobatan, dll.

Sindrom Sjogren: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Sindrom Sjogren?

Sindrom Sjogren adalah kelainan kronis pada sistem kekebalan tubuh sistemik yang memengaruhi jaringan atau kelenjar penghasil cairan seperti kelenjar air mata, kelenjar air liur, dan jaringan eksokrin lainnya (kelenjar sebagai saluran zat sekresi tubuh).

Gangguan sistem imun berarti sel darah putih yang seharusnya bertindak sebagai pelindung tubuh dari patogen penyebab infeksi malah menyerah sel-sel tubuh yang sehat. Dalam kasus sindrom Sjogren, sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar yang memproduksi cairan sehingga menyebabkan penurunan produksi air liur dan air mata.

Komplikasi sindrom Sjogren juga menyebabkan kekeringan pada mulut, hidung, kulit, saluran pernapasan bagian atas, mata, vagina, dan selaput lendir. Sindrom ini dapat terjadi pada siapa saja namun lebih umum dialami oleh orang berusia di atas 40 tahun ke atas.

Gejala Sindrom Sjogren

Secara umum, gejalanya adalah tubuh tidak dapat menghasilkan kelembapan karena kelenjar cairan tidak bekerja dengan baik.

Berdasarkan Sjogren Foundation, gejalanya berupa:

  • Mata kering
  • Hidung kering
  • Mulut kering
  • Sulit menelan atau bicara
  • Kelelahan
  • Nyeri sendi

Sjogren Foundation juga melaporkan gejala lain berupa disfungsi organ seperti:

  • Ginjal
  • Pembuluh darah
  • Paru-paru
  • Liver
  • Pankreas
  • Sistem pencernaan
  • Sistem saraf pusat

Sebagian pasien juga mengalami gejala lain, berupa:

  • Sendi kaku atau bengkak
  • Pembengkakan kelenjar ludah
  • Ruam kulit
  • Batuk kering
  • Tenggorokan kering
  • Sensasi mata seperti terbakar atau perih
  • Perubahan rasa atau bau
  • Sakit kepala
  • Kesulitan konsentrasi
  • Kerusakan gigi
  • Suara serak
  • Sariawan
  • Vagina kering
  • Mati rasa

Beberapa pasien mungkin mengalami gejala lain seperti neuropati perifer, neuropati serat kecil, Fenomena Raynaud, atau kabut otak tergantung pada gangguan autoimun lain yang mendasari sindrom ini.

Kapan Harus ke Dokter?

Sebagian besar pasien sindrom Sjogren telah menderita penyakit autoimun lain. Jadi, sebaiknya selalu konsultasi pada dokter tentang pengobatan penyakit autoimun yang Anda alami agar tidak mengembangkan komplikasi sindrom Sjogren yang mungkin terjadi.

Selain itu, gejala sindrom ini mirip dengan penyakit lain seperti fibromyalgia (sindrom kelelahan kronis). Konsultasi gejala yang Anda alami pada dokter lebih awal akan membantu diagnosis yang lebih tepat dan efektif.

Penyebab Sindrom Sjogren

Para ilmuwan belum mengetahui penyebab penyakit autoimun secara pasti, namun faktor infeksi bakteri, infeksi virus, dan kelainan gen diduga sebagai pemicu utama. Pada kasus autoimun sindrom Sjogren, sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari sel darah putih tidak bekerja sebagai mestinya.

Sistem kekebalan tubuh melawan sel-sel tubuh yang sehat di kelenjar penghasil air liur dan air mata. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan kelembapan pada jaringan tersebut.

 

Faktor Risiko Sindrom Sjogren

Anda lebih rentan mengembangkan penyakit Sjogren bila memiliki beberapa faktor risiko ini, sebagai berikut:

  • Jenis Kelamin: Berdasarkan data, wanita 10 kali lebih rentan terhadap penyakit Sjogren daripada pria.
  • Usia: Penyakit Sjogren lebih rentan dialami orang berusia lebih dari 40 tahun.
  • Riwayat Penyakit Autoimun: Sebagian besar pasien penyakit Sjogren memiliki penyakit autoimun lain seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
  • Infeksi Tertentu: Infeksi yang menyebabkan masalah kekebalan tubuh seperti infeksi hepatitis C atau virus Epstein-Barr.
  • Masalah pada Sistem Saraf: Gangguan pada sistem saraf dan sistem endokrin (penghasil hormon) dapat berisiko penyakit Sjogren.
  • Menopause: Penurunan kadar hormon yang umum terjadi pada wanita menopause dapat mengubah sistem kekebalan tubuh dan mengembangkan penyakit Sjogren.

Bila Anda memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko tersebut, belum tentu Anda akan mengalami penyakit Sjogren namun hanya memiliki risiko yang lebih tinggi dari orang lain yang tidak memiliki faktor risiko tersebut.

Diagnosis Sindrom Sjogren

Gejala penyakit Sjogren sangat umum dan kadang mirip dengan sindrom kelelahan fibromyalgia. Dokter akan memeriksa gejala Anda dengan bertanya gejala yang Anda rasakan, seperti:

  • Seberapa sering Anda mengalami mata kering, gatal, iritasi, atau sensasi mata terbakar?
  • Bagaimana gejala mulut kering yang dialami?
  • Apakah ada gigi yang berlubang?
  • Apakah mengalami nyeri sendi?

Bila dokter mencurigai adanya indikasi penyakit Sjogren, dokter akan memeriksa dengan beberapa tes kesehatan, termasuk:

  • Tes Darah: Dibutuhkan untuk mengetahui kadar setiap jenis darah yang berbeda, adanya antibodi yang aktif bila mengalami sindrom Sjogren, dan efek inflamasi.
  • Tes Mata: Menggunakan Schirmer tear test untuk mengukur kadar produksi kelenjar air mata. Dokter juga akan memeriksa bila adanya risiko gangguan mata lainnya.
  • Biopsi Bibir: Mengambil sampel jaringan kelenjar ludah yang biasanya ada di bibir.
  • Slit Lamp: Dokter menggunakan alat pembesar (slit lamp) untuk memeriksa permukaan mata.
  • Dye Tests: Menggunakan tetes pewarna khusus untuk memeriksa bintik-bintik kering pada mata.
  • Salivary Flow Test: Pemeriksaan untuk mengukur produksi air liur.
  • Sialogram: Menggunakan sinar X-khusus pada kelenjar ludah untuk mengukur produksi air liur.
  • Skintigrafi Ludah: Mengukur seberapa cepat sejumlah kecil zat radioaktif masuk ke semua kelenjar ludah Anda.

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan lainnya sesuai dengan kebutuhan diagnosis.

Jenis Sindrom Sjogren

Sindrom Sjogren dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Sjogren Primer: Gangguan autoimun pada kelenjar penghasil cairan yang berkembang sendiri.
  • Sjogren Sekunder: Gangguan autoimun pada kelenjar penghasil cairan yang berkembang akibat dari penyakit gangguan autoimun lainnya seperti lupus, artritis reumatoid, dan kolangitis bilier primer.

Kedua jenis Sjogren ini memiliki gejala yang sama. Gejalanya mungkin lebih mengkhawatirkan pada penderita Sjogren sekunder karena ada gejala penyakit autoimun lain di waktu yang sama.

Pengobatan Sindrom Sjogren

Belum ada obat sindrom Sjogren, namun beberapa pilihan perawatan dan obat dapat mengontrol gejalanya, termasuk:

1. Perawatan di Rumah

Gejala utama sindrom ini adalah mata, kulit, hidung, dan mulut kering. Anda dapat mengatasi gejala tersebut di perawatan di rumah, seperti:

Cara Mengatasi Mulut Kering

  • Sering minum air.
  • Kunyah permen karet.
  • Makan permen untuk menstimulasi produksi kelenjar ludah.
  • Gunakan air liur artifisial, terutama sebelum tidur.
  • Konsultasi dengan dokter gigi untuk produk pasta gigi atau obat kumur yang membantu meningkatkan kelembapan mulut.

Selain itu, Anda juga disarankan untuk rajin konsultasi ke dokter gigi agar tidak mengembangkan komplikasi gigi berlubang akibat gigi dan mulut kering.

Cara Mengatasi Mata Kering

  • Gunakan obat tetes mata yang dijual bebas.
  • Gunakan artifisial air mata yang diresepkan oleh dokter, seperti emulsi mata siklosporin dan pelet hidroksipropil selulosa.
  • Jangan terlalu lama menatap layar ponsel atau komputer Anda.
  • Berikan mata istirahat.

Cara Mengatasi Hidung dan Kulit Kering

  • Gunakan humidifier atau vaporizer di malam hari untuk menjaga kelembapan kulit.
  • Gunakan pelembap gel hidung untuk hidung kering.
  • Gunakan air hangat saat mandi.
  • Sebaiknya tidak menggunakan handuk setelah mandi. Biarkan sisa air menyerap kelembapan air hingga kering dengan sendirinya.

Selebihnya, tetap konsultasi pada dokter untuk mengatasi penyakit Sjogren dengan gejala lain yang lebih serius. Perawatan di rumah seperti ini hanya membantu mengelola gejala, bukan menyembuhkannya.

2. Obat-obatan Medis

Dokter akan memberi resep beberapa obat sesuai dengan gejala Anda, seperti:

  • Obat untuk meningkatkan kelembapan mata, seperti cyclosporine (Restasis) atau lifitegrast (Xiidra).
  • Obat peningkat produksi air liur, seperti pilocarpine (Salagen) dan cevimeline (Evoxac).
  • Obat untuk kondisi spesifik seperti gejala radang sendi, infeksi jamur, atau kestabilan sistem imun tubuh.

Dokter mungkin akan memberikan resep obat lain untuk mengatasi gejala spesifik yang Anda alami.

 

Komplikasi Sindrom Sjogren

Berikut ini beberapa komplikasi sindrom Sjogren yang mungkin terjadi, termasuk:

  • Produksi air liur yang rendah memicu gigi berlubang, radang gusi, dan kerusakan gigi lainnya.
  • Hidung kering dapat memicu mimisan dan sinusitis.
  • Mata kering memicu komplikasi kerusakan kornea.

Sindrom Sjogren dapat memicu komplikasi lain (jarang terjadi), seperti:

  • Peradangan di paru-paru, hati, dan ginjal Anda.
  • Limfoma, atau kanker kelenjar getah bening.
  • Gangguan saraf.

Komplikasi mungkin terjadi, namun sesungguhnya pasien sindrom Sjogren dapat tetap hidup sehat dan normal bila dapat mengontrol gejala utamanya.

Pencegahan Sindrom Sjogren

Tidak ada cara mencegah penyakit ini, namun Anda dapat mengontrol gejalanya dengan menjaga kelembapan mata dan mulut. Selain itu, Anda disarankan untuk rajin kontrol ke dokter bila Anda memiliki riwayat gangguan autoimun seperti lupus atau radang sendi.

Itulah pembahasan tentang apa itu sindrom Sjogren. Sindrom Sjogren adalah gangguan autoimun pada kelenjar penghasil cairan pada tubuh. Kondisi ini tidak mengancam jiwa dan sebagian besar penderita sindrom Sjogren tetap dapat hidup sehat.

 

  1. Felman, Adam. 2018. What you need to know about Sjogren’s syndrome. https://www.medicalnewstoday.com/articles/233747. (Diakses pada 18 Agustus 2020).
  2. Mayo Clinic. 2020. Sjogren’s syndrome. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sjogrens-syndrome/diagnosis-treatment/drc-20353221. (Diakses pada 18 Agustus 2020).
  3. Sjogrens. 2020. Understanding Sjögren’s. https://www.sjogrens.org/understanding-sjogrens. (Diakses pada 18 Agustus 2020).
  4. WebMD. 2020. Sjogren’s Syndrome. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/sjogrens-syndrome#1-1. (Diakses pada 18 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi