Terbit: 31 August 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Kepala bayi tampak datar bisa menjadi pertanda bawa si Kecil mengalami sindrom kepala datar. Apakah kondisi ini berbahaya? Simak selengkapnya melalui ulasan berikut.

Sindrom Kepala Datar: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Sindrom Kepala Datar?

Sindrom kepala datar adalah kondisi ketika bayi tampak memiliki kepala yang datar, baik pada salah satu sisi (kiri atau kanan) maupun pada bagian belakang. Kondisi ini juga dikenal sebagai plagiocephaly. Di Indonesia, plagiocephaly juga dikenal dengan istilah kepala peyang.

Kondisi ini pada umumnya tidak berbahaya karena tidak memengaruhi otak bayi. Selain itu, seiring berjalannya waktu, bentuk kepala si Kecil akan membaik dengan sendirinya.

Namun, satu hal yang perlu diperhatikan para orang tua bahwa plagiocephaly membuat wajah bayi bisa tampak tidak simetris.

Gejala Sindrom Kepala Datar

Plagiocephaly bisa dengan mudah terdeteksi lewat beberapa tanda di bawah ini:

  • Bagian belakang kepala bayi lebih rata pada salah satu sisi.
  • Pada bagian yang datar, rambut akan tumbuh lebih sedikit.
  • Telinga di bagian yang datar akan terlihat terdorong ke depan.

Selain beberapa gejala di atas; pada kasus yang parah, dahi bayi mungkin akan terlihat lebih menonjol ke arah sisi yang berlawanan dari bagian yang datar.

Baca JugaKangaroo Mother Care, Perawatan yang Efektif untuk Bayi Lahir Prematur

Penyebab Sindrom Kepala Datar

Secara umum, plagiocephaly terjadi pada bayi yang baru lahir. Pasalnya, bayi memiliki tulang tengkorak yang masih lunak.

Kondisi tersebut membuat bentuk kepala si Kecil mudah berubah saat menerima tekanan yang terus-menerus, termasuk saat tidur.

Bayi bisa tertidur selama beberapa jam dalam sehari dalam posisi telentang. Berada dalam posisi ini dalam waktu yang cukup lama menyebabkan kedataran pada salah satu sisi kepala bayi.

Jadi, posisi tidur merupakan penyebab umum terjadinya sindrom ini.

Sebagai catatan, hal ini tidak hanya dapat terjadi saat bayi yang tidur di atas kasur, melainkan di car seat, ayunan, hingga gendongan. 

Faktor Risiko Sindrom Kepala Datar

Ada sejumlah kondisi yang dapat meningkatkan risiko bayi Anda mengalami plagiocephaly, di antaranya:

  • Kelahiran prematur. Tulang tengkorak bayi yang lahir prematur lebih lunak dari bayi yang terlahir normal.
  • Bayi kembar. Tekanan pada tengkorak bayi di dalam kandungan dari panggul ibu atau kembarannya bisa terjadi.
  • Ketegangan otot leher (tortikolis). Kondisi ini membuat bayi kesulitan untuk memutar kepala sehingga berada dalam posisi yang sama terus-menerus.
  • Penyakit bawaan lahir. Beberapa penyakit seperti sindrom Pfeiffer, sindrom Apert, craniosynostosis, dapat menyebabkan kepala bayi tampak datar.
  • Cara bayi lahir. Bayi yang terlahir dengan bantuan vakum atau forsep.

Diagnosis Sindrom Kepala Datar

Dokter dapat mendiagnosis plagiocephaly dengan melakukan pemeriksaan pada kepala bayi. Tes medis umumnya tidak diperlukan karena dokter dapat melihat langsung bentuk kepala si Kecil.

Sementara itu, pada kasus tortikolis, dokter dapat mengamati cara bayi menggerakkan lehernya.

Pengobatan Sindrom Kepala Datar

Cara mengobati kondisi bergantung pada gejala, usia, dan kesehatan bayi secara umum. Namun, penanganan plagiocephaly biasanya berupa:

1. Terapi Fisik

Dokter akan menyarankan fisioterapi atau terapi fisik jika sindrom kepala datar terjadi akibat tortikolis atau ketegangan otot leher.

Terapi dapat membantu agar otot batang dan leher bayi berkembang seperti seharusnya.

2. Terapi dengan Helm Khusus

Terapi ini disarankan jika kondisi tidak membaik saat si Kecil menginjak usia 6 bulan. Ahli orthotist akan memantau berjalannya terapi. Durasi akan bergantung pada tingkat keparahan kondisi dan usia anak ketika mulai diterapi. 

Sayangnya, terapi dengan helm khusus tergolong mahal. Selain itu, masih dibutuhkan penelitian lebih banyak yang mendukung khasiatnya untuk mengatasi sindrom kepala datar.

Efek samping terapi juga harus dipertimbangkan, mengingat terapi ini dapat memicu masalah kulit seperti iritasi.

3. Tindakan Operasi

Apabila penyebab plagiocephaly adalah kelainan bawaan pada bayi, dokter dapat menyarankan tindakan operasi.

Selain memperbaiki bentuk tengkorak bayi, pembedahan bertujuan untuk mencegah adanya tekanan pada otak.

Baca Juga:Kenali Penyebab Bayi Menangis saat Tidur dan Cara Mengatasinya

Pencegahan Sindrom Kepala Datar

Berikut ini adalah beberapa tindakan yang bisa mencegah plagiocephaly:

1. Ubah Posisi Tidur Bayi

Posisi tidur menjadi penyebab umum plagiocephaly. Oleh karena itu, mengubah posisi tidur si Kecil ke sisi sebaliknya bisa menjadi cara mengatasi sindrom ini.

Selain itu, ketika bayi bergerak-gerak di tengah tidur malamnya, Anda bisa memosisikan si Kecil untuk tidur dalam posisi telentang dengan kepala menghadap ke atas.

Pastikan juga untuk tidak menggunakan bantal wedge atau bantalan lainnya yang akan mengangkat kepala bayi.

2. Maksimalkan Tummy Time

Tummy time adalah sesi latihan tengkurap pada bayi. Pada saat melakukannya, orang tua akan menempatkan bayi tengkurap dengan tetap mengawasinya.

Latihan ini dapat memberikan sejumlah manfaat berikut:

  • Membentuk bagian belakang kepala bayi agar normal.
  • Memperkuat otot leher bayi dan lengan.
  • Mengembangkan otot-otot yang dibutuhkan tubuh si Kecil untuk merangkak dan duduk.

3. Gendong Bayi Sesering Mungkin

Menggendong bayi bisa mencegah kepala bayi terus-menerus menekan kasur saat terbaring. Dengan begitu, risiko terjadinya sindrom ini bisa menurun.

Batasi waktu bayi berbaring telentang atau bersandar pada permukaan datar seperti stroller atau car seat.

Demikian penjelasan seputar sindrom kepala datar, mulai dari gejala hingga pengobatan yang dapat dilakukan.

Bila menemui kondisi ini terjadi pada si Kecil, jangan panik dahulu. Pasalnya, bentuk kepala bayi umumnya akan kembali normal seiring bertambahnya usia bayi.

Jika menemukan kejanggalan, atau si Kecil masih mengalaminya, segera periksakan kondisi ke dokter agar mendapatkan penanganan yang sesuai.

 

  1. Anonim. 2019. Flat Head Syndrome (Positional Plagiocephaly). https://kidshealth.org/en/parents/positional-plagiocephaly.html. (Diakses pada 31 Agustus 2022).
  2. Anonim. 2022. Plagiocephaly and Brachycephaly (Flat Head Syndrome). https://www.nhs.uk/conditions/plagiocephaly-brachycephaly/. (Diakses pada 31 Agustus 2022).
  3. Anonim. Deformational Plagiocephaly.  https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/deformational-plagiocephaly. (Diakses pada 31 Agustus 2022).
  4. Hoecker, Jay L. 2022. What’s The Importance of Tummy Time for a Baby? https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/expert-answers/tummy-time/faq-20057755. (Diakses pada 31 Agustus 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi