Terbit: 5 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Sindrom antifosfolipid atau antiphospholipid syndrome (APS) adalah kondisi di mana antibodi tubuh menyerang fosfolipid (komponen utama pada membran sel lapisan lemak). Simak penjelasan mengenai gejala hingga cara mengobatinya di bawah ini.

Sindrom Antifosfolipid: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Komplikasi

Apa itu Sindrom Antifosfolipid?

Antifosfolipid sindrom adalah kondisi di mana tubuh menciptakan antibodi yang justru menyerang jaringan di dalam tubuh. Antibodi yang salah sasaran ini dapat menyebabkan pembekuan darah di pembuluh vena dan arteri.

Pembekuan darah dapat terjadi di sekitar kaki, paru-paru, dan organ tubuh lainnya, termasuk ginjal dan limpa. Kondisi ini sangat jarang terjadi dan sebagian besar penderitanya tidak menunjukkan tanda apa pun. Sindrom ini lebih sering terjadi pada wanita usia muda, kebanyakan pasien mendapat diagnosa di usia 30-40 tahun. 

Perlu diketahui, seperti halnya penyakit autoimun lain, ada faktor genetik dalam penyakit ini. Meski begitu, belum ditemukan adanya perpindahan langsung dari orang tua kepada anaknya.

Sindrom antifosfolipid pada ibu hamil juga dapat membahayakan  janin dan ibu; serta menyebabkan keguguran dan kelahiran prematur.

Gejala Sindrom Antifosfolipid

Kondisi antifosfolipid sindrom tidak selalu menunjukkan gejala yang dapat dilihat jelas. Pada beberapa kasus, kondisi ini memerlukan pemeriksaan  mendalam karena serupa dengan gejala penyakit lain, misalnya preeklamsia. Beberapa gejala yang umum terjadi adalah:

  • Pembekuan darah di kaki. Termasuk rasa sakit, pembengkakan, dan kemerahan. Pendarahan tersebut dapat menjalar hingga ke paru-paru yang lazim disebut emboli paru.
  • Keguguran atau kelahiran prematur yang berulang. Pada ibu hamil yang mengalami dua kondisi ini, sering kali juga diiringi oleh tekanan darah tinggi atau preeklampsia.
  • Stroke. Umum terjadi pada usia muda, tetapi belum diketahui faktor risikonya bagi penderita penyakit kardiovaskular.
  • Transient ischemic attack (TIA) atau stroke ringan. Berlangsung beberapa menit dan efeknya tidak permanen.
  • Ruam pada kulit dengan bentuk seperti jaring.
  • Gejala neurologis, seperti sakit kepala kronis termasuk migrain. Demensia juga dapat terjadi pada seseorang yang memiliki sindrom ini karena terhambatnya aliran darah ke otak.
  • Penyakit kardiovaskular, kondisi ini juga dapat menyebabkan serangan jantung.
  • Rendahnya tingkat trombosit. Kurangnya trombosit pada sel darah akan menyebabkan perdarahan berulang, terutama dari hidung dan gusi. Pendarahan di bawah kulit sering terlihat seperti bercak merah kecil-kecil.

Baca Juga: Proses Pembekuan Darah (Koagulasi), Seperti Apa?

Kapan Waktu yang Tepat untuk Ke Dokter?

Segera dapatkan penanganan medis jika Anda mengalami pendarahan dari hidung atau gusi. Selain itu, Anda juga harus waspada jika darah menstruasi sangat banyak dan tak biasa, terutama jika terlihat merah segar atau justru hitam. Sakit perut yang tidak biasa juga bisa menjadi tanda penting bahwa Anda membutuhkan perawatan.

Pasien juga harus waspada jika darah menstruasi sangat banyak dan tak biasa, terutama jika terlihat merah segar atau justru hitam. Anda juga harus tanggap pada sakit pada perut yang tidak biasa. Semakin cepat ditangani, semakin besar pula peluang pasien untuk membaik. 

Penyebab Sindrom Antifosfolipid

Antifosfolipid sindrom terjadi saat imun sistem tubuh memproduksi protein antibodi yang membuat darah menggumpal. Penyakit ini dapat disebabkan oleh penyakit autoimun seperti lupus. Namun bisa juga terjadi tanpa penyebab pasti.

Faktor Risiko

Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini adalah:

  • Wanita lebih rentan terserang sindrom ini dibandingkan pria.
  • Kehamilan, terutama yang pernah atau sedang mengalami komplikasi.
  • Tidak bergerak dalam waktu yang lama. Seperti bed rest karena sakit atau baru saja menjalani penerbangan yang panjang.
  • Usai menjalani pembedahan.
  • Merokok, racun di dalam rokok dapat merusak sistem antibodi tubuh.
  • Menjalani terapi estrogen untuk mencegah menopause.
  • Memiliki kadar kolesterol dan asam urat tinggi.

Pengobatan Sindrom Antifosfolipid

Jika Anda mengalami pembekuan darah, pengobatan awal biasanya melibatkan kombinasi obat pengencer darah; obat yang paling umum digunakan adalah heparin dan warfarin

Saat Anda menggunakan pengencer darah, Anda memiliki peningkatan risiko episode perdarahan. Dokter akan memantau dosis dengan tes darah untuk memastikan darah mampu menghentikan pendarahan luka atau pendarahan di bawah kulit dari memar.

Terdapat beberapa bukti bahwa obat lain mungkin membantu dalam mengobati kondisi ini, seperti hydroxychloroquine, rituximab, dan statin. Meski begitu masih diperlukan studi lanjutan untuk membuktikan klaim ini.

Perawatan selama kehamilan

Sindrom antifosfolipid pada ibu hamil tidak membahayakan ibu dan janin apabila mendapatkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan biasanya melibatkan heparin atau heparin dengan aspirin. Warfarin tidak diberikan pada ibu hamil karena dapat mempengaruhi janin.

Baca Juga: 8 Cara Menghentikan Pendarahan saat Luka dengan Cepat

Komplikasi Sindrom Antifosfolipid

Sindrom ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, di antaranya:

  • Gagal ginjal
  • Stroke. 
  • Masalah kardiovaskular
  • Masalah pada paru-paru, termasuk tekanan darah yang tinggi di paru-paru.
  • Komplikasi kehamilan. Termasuk keguguran, kelahiran prematur, kesulitan saat proses melahirkan, pertumbuhan janin yang lambat, dan preeklampsia.
  • Kerusakan beberapa organ tubuh dalam waktu singkat. Komplikasi ini adalah yang paling mengkhawatirkan, tetapi jarang terjadi.

Meski sindrom ini tidak dapat disembuhkan, akan tetapi penanganan yang tepat dapat memperbesar harapan hidup.

 

  1. Anonim. 2021. Antiphospholipid Syndrome. https://www.rheumatology.org/I-Am-A/Patient-Caregiver/Diseases-Conditions/Antiphospholipid-Syndrome. (Diakses pada 02 April 2022).
  2. Anonim. 2022. Antiphospholipid syndrome. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/antiphospholipid-syndrome/symptoms-causes/syc-20355831. (Diakses pada 02 April 2022).
  3. Movva, Suneel. 2020. Antiphospholipid Syndrome. https://emedicine.medscape.com/article/333221-overview. (Diakses pada 02 April 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi