Terbit: 13 January 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Dalam merawat bayi, Anda perlu hati-hati dan lembut karena tubuh anak yang masih ringkih. Namun, ada beberapa orang tua memperlakukan bayi dengan kekuatan yang berlebihan. Hal ini tentu berbahaya bagi bayi karena dapat menyebabkan adanya cedera kepala atau yang dikenal dengan shaken baby syndrome.  

Shaken Baby Syndrome: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Apa itu Shaken Baby Syndrome?

Shaken baby syndrome adalah cedera kepala serius karena mengguncang bayi dengan keras dan kasar. Tindakan ini akan menyebabkan kerusakan otak, meskipun hanya dilakukan sesaat atau kurang dari lima detik. 

Bahkan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan shaken baby syndrome sebagai bentuk kekerasan pada anak. 

Cedera umum ditemukan pada bayi usia enam sampai delapan minggu, di mana pada usia ini bayi banyak menangis. 

Baca JugaJangan Salah, Begini Cara Menjemur Bayi yang Benar

Gejala Shaken Baby Syndrome

Gejala dari sindrom ini dapat muncul segera setelah bayi diguncangkan. Beberapa gejala juga dapat muncul setelah beberapa tahun.

Anak dapat memiliki masalah dalam kelakuan dan perhatian dalam beberapa tahun mendatang karena hal ini.

Beberapa gejala yang bisa terjadi, antara lain:

  • Tidak tersenyum, berbicara, atau babbling.
  • Muntah.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Sulit bernapas.
  • Lelah berlebihan.
  • Warna kulit menjadi biru atau pucat.
  • Memar pada area lengan atau dada.
  • Kepala yang membesar.
  • Tidak mampu mengangkat kepala.
  • Pupil mata membesar.
  • Tremor.
  • Koma.

Segera bawa ke IGD atau dokter jika bayi Anda mengalami gejala di atas. Kondisi ini tidak bisa dianggap sepele karena bisa berdampak fatal. Si Kecil juga mungkin bisa mengalami dampak jangka panjang berupa kerusakan otak permanen. 

Penting untuk diketahui, gejala shaken baby syndrome yang parah bisa berupa kehilangan kesadaran, kejang, dan syok. 

Penyebab Shaken Baby Syndrome

Kondisi ini muncul ketika seseorang mengguncangkan bayi secara kasar. Orang dewasa dapat mengguncangkan bayi karena marah atau frustasi, umumnya terjadi ketika bayi tidak mau berhenti menangis. 

Bayi memiliki otot leher yang lemah serta kepala yang lebar dan berat. Ketika bayi diguncang dengan keras dan kasar, otak bayi dalam kepala akan bergerak ke depan dan ke belakang sesuai arah guncangan. 

Gerakan ini akan menyebabkan memar, bengkak, dan pendarahan yang berujung pada kerusakan otak permanen atau kematian. 

Perlu diketahui bahwa interaksi dengan bayi untuk bermain; seperti mengangkat-angkat bayi ke udara atau mengayunkan bayi tidak akan menyebabkan cedera yang berhubungan dengan shaken baby syndrome. Cedera ini terjadi ketika mengguncangkan bayi dengan penuh kemarahan.

Komplikasi yang Bisa Terjadi

Shaken Baby Syndrome dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan pada bayi, termasuk:

  • Pendarahan otak. Kondisi di mana terjadi pendarahan pada area antara otak dan tengkorak akibat pembuluh darah yang robek.
  • Kerusakan otak. Kondisi ini terjadi ketika asupan oksigen berkurang saat tubuh diguncangkan. Akibatnya terjadi kerusakan sel saraf otak. 
  • Pendarahan retina. Terjadi pendarahan pada bagian belakang retina bayi.
  • Cedera leher dan sumsum tulang belakang. Cedera ini akan menyebabkan cedera pada saraf tulang belakang. 
  • Patah tulang. Patah tulang dapat terjadi, tulang rusuk, lengan, kaki, hingga tengkorak. 

Cara Mencegah Shaken Baby Syndrome

Anda dapat mencegah kondisi ini dengan tidak mengguncangkan bayi dalam kondisi apapun. Anda mungkin bisa merasa frustasi ketika si Kecil tidak berhenti menangis. Namun, kebiasaan menangis pada bayi adalah hal yang normal. 

Jika Anda sudah merasa tidak sanggup menanganinya, mintalah bantuan pasangan atau anggota keluarga lain untuk menolong Anda selama beberapa waktu. Tindakan ini bisa mencegah Anda untuk kehilangan kesabaran dan kendali.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat menenangkan bayi menangis:

  • Memberikan empeng.
  • Menggendong bayi dengan lembut sambil mengusap punggungnya dengan penuh kasih.
  • Membiarkannya menyusu.
  • Memberikan selimut atau bedong jika bayi di bawah dua bulan.
  • Memasang suara white noise, agar dapat membuatnya lebih nyaman.
  • Mandi air hangat.
  • Mengayunkan bayi secara perlahan atau ajak berkendara menggunakan mobil tapi tetap di atas car seat.

Perlu diketahui, dalam kasus yang berat, diperlukan operasi untuk mengatasi pendarahan di otak. Oleh sebab itu, Anda perlu berhati-hati dalam merawat bayi  agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

 

  1. Anonim. Shaken Baby Syndrome. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/shaken-baby-syndrome. (Diakses pada 12 Januari 2023). 
  2. Anonim. 2016. Shaken Baby Syndrome. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/shaken-baby-syndrome. (Diakses pada 12 Januari 2023).
  3. Anonim. 2021. Overview: Subdural Haematoma. https://www.nhs.uk/conditions/subdural-haematoma/. (Diakses pada 12 Januari 2023).
  4. Anonim. 2022. Shaken Baby Syndrome. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/13779-shaken-baby-syndrome. (Diakses pada 12 Januari 2023).
  5. Higuera, Valencia. 2016. Shaken Baby Syndrome. https://www.healthline.com/health/shaken-baby-syndrome. (Diakses pada 12 Januari 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi