Terbit: 12 August 2020 | Diperbarui: 16 February 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Rematik menjadi salah satu penyakit yang kasusnya terbilang umum. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari gejala, penyebab, hingga pengobatan dan pencegahannya.

Rematik: Ciri-Ciri, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Rematik?

Rematik adalah kondisi ketika sendi-sendi tubuh mengalami radang (inflamasi). Alhasil, timbul rasa nyeri pada otot maupun sendi yang diikuti oleh pembengkakan. Rematik sendiri ada banyak jenisnya dan penyakit ini bisa menyerang sendi di seluruh tubuh.

Laporan dari American College of Rheumatology pada tahun 2013 menyebutkan bahwa penyakit ini umum dialami oleh kelompok usia dewasa muda hingga paruh baya (20-40 tahun). Sementara itu, wanita lebih rentan untuk terserang rematik ketimbang pria.

Jenis-Jenis Rematik

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, rematik terdiri dari banyak jenis. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), ada sekitar 150 sindrom atau penyakit yang berkaitan dengan rematik.

Dari sekian banyak jenis, ada beberapa yang kasusnya paling umum. Apa saja jenis rematik yang paling umum tersebut?

1. Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit gangguan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh justru menyerang persendian. Beberapa sendi dapat terdampak secara bersamaan. Sendi di tangan, pergelangan tangan, dan lutut merupakan yang paling rentan untuk mengalami kondisi ini.

Ketika sistem kekebalan menyerang persendian, muncullah gejala nyeri, pembengkakan, dan kekakuan. Pada perkembangannya, ini bisa menyebabkan degenerasi sendi. Orang dengan RA mungkin kehilangan fungsi sendi atau bahkan menderita kelainan bentuk pada sendi yang terdampak.

Nyeri dan peradangan biasanya terjadi selama periode yang dikenal sebagai flare atau eksaserbasi. Pada lain waktu, intensitas gejalanya bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali (remisi).

RA adalah penyakit sistemik dan dapat menyerang organ tubuh utama seperti mata, paru-paru, kulit, jantung, ginjal, serta sistem saraf dan pencernaan. Penyakit  juga dapat memengaruhi darah hingga menyebabkan anemia.

2. Osteoarthritis

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif, yakni ketika jaringan dalam sendi rusak seiring bertambahnya usia. Oleh sebab itu, radang sendi yang satu ini biasanya dialami oleh mereka yang telah berusia lanjut.

Orang dengan osteoarthritis biasanya mengalami nyeri sendi, bahkan saat istirahat. Selain itu, penderita juga akan merasakan kaku pada tubuhnya kendati dalam waktu yang singkat. Sendi yang paling rentan mengalami osteoarthritis meliputi:

  • Sendi tangan
  • Sendi lutut
  • Sendi pinggul
  • Sendi leher
  • Sendi punggung bawah

Osteoarthritis yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda. Bagi sebagian orang, osteoarthritis tergolong ringan dan tidak memengaruhi aktivitas sehari-hari. Sementara bagi sebagian lainnya, kondisi ini menyebabkan rasa sakit dan kecacatan yang signifikan. Kerusakan sendi biasanya berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun, meski bisa memburuk dengan cepat pada beberapa orang.

 

3. Lupus

Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang dapat menyebabkan peradangan di seluruh tubuh. Sama seperti gangguan autoimun lainnya, lupus disebabkan oleh abnormalitas sistem imun yang justru menyerang organ dan jaringan tubuh. Organ dan jaringan yang dimaksud seperti:

  • Sendi
  • Jantung
  • Kulit
  • Ginjal
  • Otak
  • Darah
  • Hati (liver)
  • Paru-paru
  • Rambut
  • Mata

Lupus tidak hanya menyebabkan peradangan dan rasa nyeri, namun juga kerusakan pada organ, sendi, dan jaringan, kendati jarang terjadi. Lupus bisa menjadi penyakit yang parah dan terkadang mengancam jiwa. Akan tetapi, kebanyakan kasus lupus masuk dalam kategori ringan.

4. Skleroderma

Skleroderma terjadi ketika terlalu banyak kolagen yang diproduksi sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan protein tersebut di dalam tubuh. Abnormalitas kinerja sistem kekebalan tubuh diduga menjadi pemicu dari jenis rematik yang satu ini.

Pada beberapa orang, skleroderma hanya menyerang kulit. Tapi ada juga kasus skleroderma yang sampai memengaruhi pembuluh darah, organ dalam, dan saluran pencernaan. Kondis ini dikenal sebagai skleroderma sistemik.

Orang dengan skleroderma mungkin mengalami keterbatasan gerak yang mana hal ini dikarenakan  kulit yang mengencang dan mengeras. Pengencangan kulit juga akan membuat organ tubuh ini tampak berkilau.

5. Sindrom Sjorgen

Sindrom Sjogren adalah jenis rematik yang juga disebabkan oleh gangguan autoimun. Pada kasus ini, sistem kekebalan menyerang kelenjar yang memproduksi air liur dan air mata. Gejala utamanya adalah mulut kering dan mata kering.

Sindrom Sjogren juga dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya termasuk persendian, kulit, dan saraf. Jika ini terjadi, penderita mungkin akan merasakan nyeri pada persendian atau otot, kulit kering, ruam, dan neuropati.

6. Asam Urat

Penyakit asam urat (gout) juga merupakan salah satu bentuk rematik. Penyakit ini terjadi ketika asam urat menumpuk di dalam tubuh. Asam urat yang terlalu banyak dapat membentuk kristal di bagian tubuh tertentu, terutama pada kulit dan persendian.

Orang dengan asam urat mengalami nyeri sendi, kemerahan, dan bengkak. Kondisi ini sering memengaruhi jempol kaki, tetapi juga dapat memengaruhi sendi lainnya. Serangan asam urat jika ditangani dengan benar bisa sembuh dalam waktu seminggu.

7. Ankylosing Spondylitis

Ankylosing spondylitis (AS) adalah jenis radang sendi yang menyerang tulang belakang. Penyakit ini menyebabkan kekakuan jangka panjang dan proliferasi tulang di sepanjang tulang belakang yang berujung pada imobilitas.

Selain menyebabkan nyeri dan kaku pada punggung bawah dan panggul, penyakit AS juga dapat menyebabkan peradangan pada persendian besar lainnya seperti pinggul, bahu, dan tulang rusuk. Indikator utama keterlibatannya adalah peradangan pada sendi sakroiliaka.

Pada kasus yang lebih parah, peradangan dari AS dapat menyebabkan tulang baru terbentuk di tulang belakang dan menyebabkan kekakuan serta penurunan rentang gerak. Radang dan sakit mata juga bisa dialami oleh penderita rematik yang satu ini.

8. Arthritis Psoriatik

Arthritis psoriatik terjadi pada orang yang menderita psoriasis, suatu kondisi autoimun yang menyerang kulit. Kondisi ini umumnya berkembang setelah beberapa tahun seseorang mengidap psoriasis. Sayangnya, hingga saat ini belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan penderita psoriasis bisa terserang arthritis psoriatik ini.

9. Juvenile Idiopathic Arthritis

Juvenile idiopathic arthritis (JIA) adalah salah satu jenis radang sendi yang umum terjadi pada anak-anak. Mirip dengan rheumatoid arthritis, penyakit ini disebabkan oleh sistem kekebalan yang menyerang sendi dan jaringan di sekitarnya. JIA paling sering menyebabkan nyeri sendi, kekakuan, dan sendi yang bengkak sekaligus terasa hangat.

Sebagian besar kasus JIA bersifat ringan. Akan tetapi, kasus yang parah dapat menyebabkan kerusakan sendi, pertumbuhan terhambat, anggota tubuh tidak rata, nyeri jangka panjang, anemia, dan radang mata.

10. Arthritis Infeksius

Artritis infeksius—disebut juga arthritis septik—disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur. Ketika infeksi menyebar ke sendi, sistem kekebalan bereaksi untuk melawannya. Peradangan yang terjadi dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan, yang menyebabkan kerusakan sendi.

Artritis infeksius biasanya hanya terjadi pada satu sendi. Kondisi ini sering memengaruhi sendi besar seperti pinggul, lutut, atau bahu. Ini cenderung lebih sering terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan orang-orang yang mengonsumsi narkoba.

11. Rematik Polimyalgia

Rematik polimyalgia adalah peradangan yang menyebabkan nyeri atau kaku pada bahu, leher, dan pinggul. Gejala seringkali memburuk di pagi hari. Penderita mungkin juga mengalami gejala mirip flu, termasuk demam dan kelemahan. Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab rematik polimyalgia ini.

12. Vaskulitis Sistemik

Vaskulitis adalah suatu kondisi di mana dinding pembuluh darah mengalami peradangan. Ketika banyak pembuluh darah dan sistem organ yang meradang, maka hal ini disebut sebagai vaskulitis sistemik.

Peradangan akibat vaskulitis dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh darah yang pada akhirnya dapat membatasi aliran darah. Ketika jaringan tertentu di dalam tubuh tidak mendapatkan cukup darah, jaringan tersebut akan mati. Banyak jenis vaskulitis yang juga ditandai dengan gejala nyeri sendi dan otot.

 

Ciri dan Gejala Rematik

Rematik memang terdiri dari berbagai macam jenis, namun ciri dan gejala yang dialami relatif sama. Ciri ciri-ciri dan gejala rematik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • Nyeri tubuh
  • Sendi membengkak
  • Gerak tubuh menjadi terbatas
  • Tubuh mudah merasa lelah
  • Demam
  • Berat badan menurun

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada peradangan sendi ini. Penanganan medis sedini mungkin perlu dilakukan guna mempermudah proses penyembuhan dan mencegah kondisi bertambah buruk.

Penyebab dan Faktor Risiko Rematik

Mayoritas penyebab rematik adalah gangguan pada sistem imun yang menyebabkannya justru menyerang jaringan tubuh. Belum dapat diketahui secara pasti mengapa hal ini bisa terjadi, namun para ahli menduga hal ini berkaitan dengan sejumlah faktor seperti:

  • Genetik
  • Paparan asap rokok
  • Paparan polusi udara
  • Infeksi

Selain itu, jenis kelamin juga disinyalir berperan dalam meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini. Ya, perempuan lebih rentan untuk terserang rematik ketimbang pria. Faktor risiko lainnya adalah usia di mana peradangan sendi umum terjadi pada mereka yang berusia antara 20-40 tahun.

Diagnosis

Diagnosis rematik dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dialami. Pertanyaan meliputi:

  • Gejala apa saja yang dirasakan?
  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah pernah mengalami kondisi ini sebelumnya?
  • Apakah ada anggota keluarga dengan riwayat keluhan yang sama?

Sampaikan informasi sedetail mungkin pada dokter Anda. Informasi yang jelas dibutuhkan guna membantu dokter mengenal lebih jauh tentang kondisi Anda.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara langsung. Dokter akan meraba area tubuh di mana terdapat sendi dan menganalisis apakah ada abnormalitas berupa pembengkakan, nyeri tekan pada sendi, maupun perabaan hangat yang mengindikasikan telah terjadinya peradangan.

3. Pemeriksaan Penunjang

Dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan penunjang guna memastikan kondisi pasien. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ada beberapa macam, salah satunya pemeriksaan darah. Nantinya, sampel darah pasien akan diteliti di laboratorium untuk melihat apakah ada faktor rematik di dalamnya.

Pengobatan  Rematik

Pengobatan rematik dilakukan dengan sejumlah obat-obatan. Obat rematik yang dimaksud meliputi:

  • Obat pereda nyeri (analgesik) seperti acetaminophen.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
  • Obat kortikosteroid.
  • Obat antirematik.

Selain obat-obatan, penderita juga biasanya akan diminta untuk menjalani sejumlah terapi pengobatan seperti:

  • Terapi fisik.
  • Terapi otot dan sendi.
  • Menggunakan alat bantu selama pemulihan sendi.
  • Terapi relaksasi.
  • Operasi.

 

 

  1. Anonim. Rheumatology and Rheumatic Diseases. https://www.webmd.com/rheumatoid-arthritis/an-overview-of-rheumatic-diseases (Diakses pada 12 Agustus 2020)
  2. Benington-Castro, J. 2017. Rheumatic Disease Diagnosis and Treatment. https://www.everydayhealth.com/rheumatic-diseases/guide/diagnosis-and-treatment/ (Diakses pada 12 Agustus 2020)
  3. NIH. Osteoarthritis. https://www.niams.nih.gov/health-topics/osteoarthritis/advanced (Diakses pada 12 Agustus 2020)
  4. Seladi-Schulman, J. 2019. What Are the Different Types of Rheumatic Diseases? https://www.healthline.com/health/rheumatic-diseases#rheumatoid-arthritis (Diakses pada 12 Agustus 2020)
  5. WHO. Chronic rheumatic conditions. https://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/ (Diakses pada 12 Agustus 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi