Terbit: 11 June 2019 | Diperbarui: 20 April 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Kesulitan membedakan antara imajinasi dan kenyataan merupakan gejala gangguan mental. Ketika seseorang mengalami kondisi ini, dapat dikatakan ia mengalami gejala psikosis. Ketahui selengkapnya tentang psikosis mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, hingga pengobatannya berikut ini!

Psikosis: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Apa Itu Psikosis?

Psikosis dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Psikosis tidak umum disebut penyakit psikosis, karena psikosis sendiri pada dasarnya merupakan sebuah kumpulan gejala penyakit mental.

Seorang individu yang mengalami psikosis dapat mengalami halusinasi dan / atau delusi. Halusinasi adalah ketika seseorang mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sedangkan delusi adalah ketika seseorang berpegang pada kepercayaan yang aneh atau tidak benar.

Gejala psikosis dapat sangat berbahaya dan dapat memicu munculnya keinginan untuk melukai diri sendiri atau orang lain.

Psikosis paling umum dikatakan dengan skizofrenia. Psikosis memang merupakan gejala yang pasti ada pada skizofrenia, tapi bukan merupakan satu-satunya gejala. Psikosis juga bisa terkait dengan gangguan mental lain selain skizofrenia.

Munculnya gejala psikosis pertama kali disebut dengan first episode (episode pertama psikosis) atau early psychosis. Sebelum ini terjadi, seseorang bisa saja mengalami tanda-tanda berupa perubahan perilaku yang mungkin memang tidak terlalu jelas terlihat.

Periode ini disebut dengan periode prodromal dan dapat berlangsung selama berhari-hari atau bahkan hingga bertahun-tahun.

Penyebab Psikosis

Penyebab psikosis sulit untuk diketahui secara pasti. Kondisi psikologis hingga kondisi fisik dan faktor lainnya dapat memicu psikosis. Berikut adalah beberapa kondisi yang dipercaya dapat menjadi penyebab psikosis:

1. Kondisi psikologis

Psikosis dapat mengindikasikan gejala kondisi psikologis tertentu seperti berikut ini:

  • Skizofrenia, kondisi kesehatan mental yang menyebabkan halusinasi dan delusi.
  • Gangguan bipolar, kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami suasana hati terendah (depresif) dan dapat tiba-tiba berubah pada posisi suasana hati tertinggi (manik).
  • Stres atau gangguan kecemasan berat
  • Depresi berat, termasuk depresi pasca melahirkan yang banyak dialami wanita.
  • Kurang tidur.
  • Ketidakseimbangan hormon.

Episode psikotik seseorang dapat berbeda berdasarkan kondisi psikologis yang mendasarinya. Seseorang dengan gangguan bipolar cenderung mengalami grandiose delusions (delusi keagungan), sedangkan seseorang dengan depresi atau skizofrenia cenderung mengalami persecutory delusions (delusi penganiayaan).

2. Kondisi fisik

Selain kondisi psikologis, beberapa kondisi fisik juga dapat memicu psikosis. Kondisi fisik yang dapat menyebabkan gangguan jiwa psikosis adalah seperti berikut ini:

  • HIV/AIDS
  • Malaria
  • Sifilis
  • Penyakit Alzheimer
  • Penyakit Parkinson
  • Hipoglikemia
  • Lupus
  • Tumor otak
  • Multiple sclerosis

3. Penggunaan zat tertentu

Penggunaan atau penyalahgunaan zat tertentu seperti alkohol dan narkotika juga dapat menjadi penyebab psikosis. Seseorang yang sudah kecanduan alkohol dan obat-obatan juga dapat mengalami psikosis ketika tiba-tiba berhenti menggunakannya.

Jenis obat-obatan yang dapat menjadi penyebab psikosis adalah seperti:

  • Amfetamin
  • Methamphetamine
  • Mephedrone
  • Ekstasi
  • LSD
  • Ketamin
  • Psilosibin (magic mushrooms)

Psikosis juga sering kali muncul sebagai efek samping dari penggunaan obat tertentu. Hal ini yang membuat penggunaan jenis obat tertentu harus dilakukan di bawah pengawasan dokter. Konsultasikan dengan dokter ketika Anda harus mulai atau berhenti mengonsumsi obat-obatan tertentu.

4. Perubahan di otak

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa psikosis dapat disebabkan oleh perubahan pada otak. Kondisi ini dipengaruhi oleh dopamin yang merupakan neurotransmitter yang memiliki peran penting dalam otak.

Pengaruh dopamin pada psikosis diketahui dari beberapa penelitian. Obat-obatan yang dapat mengurangi efek dopamine diketahui juga mampu mengurangi gejala psikosis.

Gejala Psikosis

Perkembangan gejala psikosis pada setiap orang dapat berbeda-beda bergantung pada penyebab psikosis dan kondisi pasien itu sendiri. Secara umum, gejala psikosis adalah sebagai berikut ini:

  • Halusinasi
  • Delusi
  • Bingung dan pikiran terganggu
  • Kesadaran diri berkurang dan kesulitan berkonsentrasi
  • Gangguan berpikir
  • Tidak responsif

Diagnosis Psikosis

Diagnosis psikosis didapatkan melalui pemeriksaan klinis dan melihat pada riwayat kesehatan pasien. Dokter mungkin akan menanyakan gejala, pengalaman, pikiran, dan kegiatan pasien, riwayat keluarga, dan riwayat penyakit kejiwaan.

Pemeriksaan biologis umumnya dilakukan untuk memastikan apakah benar gejala psikosis disebabkan oleh kondisi kejiwaan. Dokter akan mengawasi dan mengamati perilaku pasien untuk dapat memastikan gejala psikosis.

Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan untuk diagnosis psikosis adalah pemindaian otak.  Pemeriksaan EEG (electroencephalography) dilakukan untuk memastikan tidak adanya delirium, cedera otak, atau epilepsi sebagai penyebab psikosis.

Pengobatan Psikosis

Pengobatan psikosis dapat melibatkan kombinasi terapi dan obat psikosis. Sebagian orang dapat mengalami peningkatan gejala ketika menjalani pengobatan psikosis.

Langkah pengobatan psikosis yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut ini:

1. Obat penenang

Seseorang yang mengalami psikosis terkadang berpotensi menyakiti diri sendiri dan orang lain. Ketika kondisi ini terjadi, pasien mungkin membutuhkan obat penenang dengan cepat.

Dokter atau petugas UGD mungkin akan memberikan obat dalam bentuk cair atau suntikkan untuk membuat pasien segera rileks dan tenang.

2. Obat antipsikotik

Obat antipsikotik dapat membantu mengontrol gejala psikosis. Obat ini akan membantu mengurangi halusinasi atau delusi dan membantu untuk dapat berpikir lebih jernih. Dokter akan meresepkan obat antipsikotik berdasarkan gejala yang dialami pasien.

Jika penyebabnya adalah skizofrenia, seseorang mungkin membutuhkan obat antipsikotik seumur hidup. Dalam kasus lain, seseorang hanya membutuhkan obat antipsikotik jangka pendek untuk dapat mengatasi gejala.

3. Terapi perilaku kognitif

Pasien akan melakukan pertemuan secara berkala dengan konselor kesehatan mental. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah pemikiran dan perilaku pasien.

Terapi yang satu ini telah terbukti efektif untuk mengontrol psikosis dengan lebih baik. Terapi perilaku kognitif sering kali dapat membantu gejala psikotik yang tidak dapat sepenuhnya sembuh dengan menggunakan obat-obatan.

 

Sumber:

  1. Psychosis – https://www.nhs.uk/conditions/psychosis/ diakses 11 Juni 2019
  2. What Is Psychosis? – https://www.webmd.com/schizophrenia/guide/what-is-psychosis#1-4 diakses 11 Juni 2019
  3. What is psychosis? – https://www.medicalnewstoday.com/articles/248159.php diakses 11 Juni 2019
  4. Psychosis – https://www.healthline.com/health/psychosis diakses 11 Juni 2019

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi