Terbit: 10 November 2017 | Diperbarui: 28 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Penyebab alkoholisme belum dapat ditentukan. Ada bukti yang berkembang bahwa terdapat kecenderungan faktor genetik dan biologis untuk penyakit ini. Saudara kandung dengan gangguan penggunaan alkohol dapat mengalami 4-7 kali kemungkinan untuk mengembangkan alkoholisme daripada populasi umum. Penelitian yang melibatkan gen (gen reseptor dopamin D2) yang, diwarisi secara genetik dalam bentuk tertentu, dapat meningkatkan kesempatan seseorang mengembangkan alkoholisme.

Kecanduan Alkohol/ Alkoholisme – Penyebab dan Gejala

Biasanya, berbagai faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan masalah dengan alkohol. Faktor-faktor sosial seperti pengaruh keluarga, teman sebaya, dan masyarakat, dan ketersediaan alkohol, dan faktor-faktor psikologis seperti peningkatan kadar stres, mekanisme koping yang tidak memadai, dan penguatan penggunaan alkohol dari peminum lain dapat berkontribusi untuk alkoholisme. Juga, faktor-faktor yang berkontribusi untuk memulai penggunaan alkohol dapat berbeda untuk setiap orang, setelah penyakit berkembang.

Meskipun mungkin tidak kausatif, laki-laki dua kali lebih banyak untuk ketergantungan alkohol. Satu studi menunjukkan sepertiga dari pria usia 18-24 tahun memenuhi kriteria untuk ketergantungan alkohol, dan mereka yang mulai minum sebelum usia 15 tahun empat kali lebih mungkin untuk mengembangkan ketergantungan alkohol. Pria lebih mungkin untuk terlibat dalam pesta minuman keras atau minum berat. Mereka juga lebih mungkin terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain seperti kekerasan yang berhubungan dengan alkohol, menggunakan obat lain seperti ganja dan kokain, berhubungan seks dengan enam pasangan atau lebih, dan mendapatkan nilai sebagian besar D-F, atau di bawah rata-rata.

Apakah gejala dan tanda alkoholisme?
Alkoholisme adalah penyakit. Alkoholisme sering didiagnosis lebih melalui perilaku dan efek buruk pada fungsi daripada dengan gejala medis tertentu. Hanya dua dari kriteria diagnostik fisiologis (toleransi dan gejala putus).

Gangguan penggunaan alkohol dikaitkan dengan berbagai efek kesehatan, kejiwaan, dan sosial, serta masalah hukum, pekerjaan, ekonomi, dan keluarga. Misalnya, alkoholisme orangtua mendasari banyak masalah keluarga seperti perceraian, kekerasan pasangan, pelecehan anak, dan penelantaran, serta ketergantungan pada bantuan publik, dan perilaku kriminal.

Sebagian besar individu dengan alkoholisme tidak dikenali oleh dokter dan profesional kesehatan. Hal ini terutama karena orang dengan gangguan penggunaan alkohol mampu menyembunyikan jumlah dan frekuensi minum, menyangkal masalah yang disebabkan oleh atau diperparah oleh minum, ada onset bertahap penyakit dan efek pada tubuh, dan tubuh memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan peningkatan jumlah alkohol sampai titik tertentu.

Anggota keluarga sering menolak atau meminimalkan masalah alkohol dan tanpa disadari berkontribusi terhadap kelanjutan dari alkoholisme dengan melindungi anggota keluarga yang terkena alkoholisme, seperti mengambil alih tanggung jawab si pengguna alkohol, misalnya seorang istri yang mengetahui suaminya adalah peminum, maka si istri menutupi kondisi itu, sampai-sampai istri bekerja membantingtulang agar keluarganya tampak baik-baik saja di luar. Seringkali perilaku minum tersembunyi dari keluarga dan profesional kesehatan.

Individu dengan gangguan penggunaan alkohol, ketika dikonforntasi, sering akan menyangkal kelebihan konsumsi alkohol. Alkoholisme adalah penyakit yang beragam dan sering dipengaruhi oleh kepribadian alkoholisme penderita dan juga oleh faktor-faktor lain. Tanda-tanda masalah minum dan gejala sering bervariasi dari orang ke orang. Ada perilaku tertentu dan tanda-tanda yang menunjukkan seseorang mungkin memiliki masalah dengan alkohol, termasuk insomnia, sering jatuh, memar dari berbagai usia, depresi kronis, kecemasan, mudah tersinggung, sering terlambat atau tidak masuk di tempat kerja atau sekolah, kehilangan pekerjaan, perceraian, kesulitan keuangan, sering mabuk, penurunan berat badan, atau kecelakaan lalu lintas.

Gejala keracunan alkohol termasuk bicara cadel, kurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan, kurangnya kontrol otot, masalah dengan koordinasi, kebingungan, atau masalah dengan memori atau konsentrasi. Meminum alkohol terus menerus menyebabkan peningkatan kadar alkohol dalam darah (BAC/blood alcohol content) dan BAC yang tinggi dapat menyebabkan masalah pernapasan, koma, dan bahkan kematian.

Tanda dan gejala penyalahgunaan alkohol kronis termasuk kondisi medis seperti pankreatitis, gastritis, sirosis hati, neuropati, anemia, atrofi cerebellar (otak), kardiomiopati alkohol (penyakit jantung terkait alkohol), encephalopathy Wernicke (fungsi otak yang abnormal), demensia Korsakoff, mielinolisis pons sentral (degenerasi otak), kejang, kebingungan, malnutrisi, halusinasi, ulkus lambung, dan perdarahan gastrointestinal.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi