Terbit: 27 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Penyakit radang usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau apendiks. Tanpa penanganan, kondisi yang bisa menyebabkan nyeri pada perut bagian kanan bawah ini dapat menimbulkan komplikasi serius. Simak penjelasan mengenai gejala awal hingga cara mengobatinya di bawah ini. 

Penyakit Usus Buntu: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Apa itu Penyakit Usus Buntu?

Usus buntu atau apendiks adalah organ menyerupai kantung dan tampak menonjol dari usus besar. Organ ini terletak di sisi kanan bawah perut.

Pada beberapa kasus, usus buntu bisa mengalami peradangan. Kondisi ini dikenal sebagai radang usus buntu atau apendisitis. Siapa saja berisiko terhadap apendisitis, tetapi orang yang berusia 10 hingga 30 tahun lebih rentan mengalaminya.

Gejala Penyakit Usus Buntu

Apendiks yang mengalami peradangan bisa mengakibatkan rasa sakit pada perut sebelah kanan bawah. Namun, lokasi nyeri bisa berbeda-beda pada setiap orang, bergantung pada posisi usus buntu sendiri.

Sebagai contoh, ibu hamil kemungkinan besar mengalami nyeri pada bagian atas perut, mengingat lokasi usus buntu lebih tinggi selama kehamilan.

Rasa nyeri memang merupakan gejala utama dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah gejala lain yang bisa dialami penderita.

Berikut ini adalah gejala nyeri usus buntu yang bisa diamati:

  • Nyeri dimulai di area sekitar pusar, lalu menuju ke sisi kanan bawah perut. Anda juga bisa merasakan nyeri yang muncul pada sisi kanan bawah perut lebih dulu.
  • Nyeri memburuk seiring berjalannya waktu.
  • Nyeri memburuk ketika Anda beraktivitas, menarik napas, disentuh, atau pada saat Anda batuk dan bersin.

Gejala lain penyakit usus buntu, di antaranya:

  • Muntah.
  • Kehilangan selera makan.
  • Demam.
  • Kedinginan.
  • Sembelit (sulit buang air besar).
  • Diare.
  • Perut kembung dan sulit mengeluarkan gas.
  • Perut membengkak.

Baca JugaSistem Pencernaan Manusia: Fungsi, Organ, dan Cara Jaga Kesehatannya

Penyebab Penyakit Usus Buntu

Hingga kini, penyebab terjadinya apendisitis masih belum pasti. Namun, tersumbatnya organ ini menjadi faktor pemicunya.

Berikut ini adalah berbagai kemungkinan penyebab radang usus buntu:

  • Adanya sumbatan pada usus buntu bisa karena benda asing, misalnya penumpukan tinja atau feses yang mengeras.
  • Tumor pada perut (inflammatory bowel disease).
  • Pembengkakan akibat infeksi virus, parasit, atau bakteri di saluran pencernaan.
  • Cedera pada perut.

Faktor Risiko Radang Usus Buntu

Meski bisa menimpa siapa saja, namun melihat beberapa kasus yang sudah ada, terdapat berbagai faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami kondisi, antara lain:

  • Berusia antara 10-30 tahun.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
  • Pria.
  • Anak-anak dengan cystic fibrosis.

Diagnosis Penyakit Usus Buntu

Dokter atau tenaga medis akan melakukan serangkaian tes untuk menentukan diagnosis. Selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien.

Setelah itu, pemeriksaan penunjang akan dilakukan. Berbagai pemeriksaan tersebut, yaitu:

  • Tes darah: pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya kemungkinan infeksi.
  • Tes urine: tindakan ini dilakukan untuk mengecek adanya infeksi saluran kemih.

Tes pencitraan juga dapat disarankan untuk menegakkan diagnosis. Beberapa tes yang kemungkinan disarankan, antara lain:

  • Ultrasonografi: tes dilakukan untuk memberikan gambaran organ di perut. Dengan begitu, dokter bisa mengidentifikasi adanya masalah pada organ tersebut.
  • CT scan: tes ini dilakukan untuk memberikan gambaran detail dari setiap organ tubuh, baik itu otot, tulang, lemak, dan organ.
  • MRI: tes ini terkadang bisa sangat diperlukan untuk mendiagnosis radang usus buntu, terutama pada wanita hamil.

Pengobatan Usus Buntu

Penanganan yang bisa dilakukan ntuk penyakit radang usus buntu adalah prosedur bedah atau operasi.

Kondisi ini juga termasuk keadaan darurat medis sehingga harus segera ditangani. Jika tidak, ada kemungkinan usus buntu bisa pecah sehingga mengakibatkan infeksi serius yang mengancam nyawa.

Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Berikut adalah penjelasannya:

1. Pembedahan Terbuka

Pada metode operasi ini, langkah-langkah pengambilan usus buntu, di antaranya:

  • Pemberian anestesi agar pasien tidak merasakan nyeri selama pembedahan berlangsung.
  • Dokter akan membuat sayatan di sisi kanan bawah perut.
  • Usus buntu akan dikeluarkan.
  • Jika usus buntu sudah pecah, stunt atau tabung kecil akan dipasangkan.
  • Stunt akan dikeluarkan setelah beberapa hari tindakan. Tentu saja jika dokter sudah memeriksa apakah infeksi telah benar-benar hilang.

Baca Juga10 Ciri-ciri Pencernaan Sehat dan Bekerja dengan Baik

2. Pembedahan Laparoskopi

Beberapa langkah tindakan operasi laparoskopi, antara lain:

  • Pemberian anestesi agar pasien tidak merasakan nyeri selama operasi berlangsung.
  • Dokter akan memberikan sayatan kecil dan memasukan kamera (laparoskop) untuk melihat organ di dalam perut.
  • Dokter juga akan memberikan beberapa sayatan kecil lainnya untuk menempatkan alat-alat bedah.
  • Tindakan ini dapat dilakukan meskipun usus buntu telah pecah.

Jika usus buntu belum pecah, waktu pemulihan akan lebih singkat dibandingkan dengan organ yang sudah pecah. Selain itu, antibiotik juga kemungkinan besar akan diresepkan jika apendiks sudah pecah.

Pada akhirnya, jika nyeri pada perut bagian kanan bawah mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, segera periksakan kondisi ke dokter untuk mendapatkan yang tepat. 

 

  1. Anonim. 2022. Appendicitis. https://www.nhs.uk/conditions/appendicitis/. (Diakses pada 26 Oktober 2022).
  2. Anonim. Appendicitis. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/appendicitis. (Diakses pada 26 Oktober 2022).
  3. Anonim. 2021. Appendicitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/appendicitis/symptoms-causes/syc-20369543. (Diakses pada 26 Oktober 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi