Terbit: 22 March 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Inflammatory bowel disease (IBD) atau sering disebut radang usus adalah kondisi yang menyebabkan usus mengalami inflamasi atau peradangan. Penyakit ini terbagi menjadi dua, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Crohn. Kedua kondisi ini diakibatkan oleh peradangan kronis pada bagian gastrointestinal (sistem pencernaan) karena reaksi keliru dari sistem kekebalan tubuh terhadap jaringan pencernaan yang normal dan sehat.

Radang Usus: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Penyebab Radang Usus

Hingga kini penyebab pasti penyakit radang usus masih belum diketahui. Stres dan diet adalah faktor-faktor yang bisa memperburuk. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah ketidaknormalan respon sistem kekebalan tubuh yang dalam bahasa medis disebut sebagai autoimun.

Ketika sistem kekebalan tubuh Anda normal, maka sistem kekebalan tubuh mencoba melawan virus atau bakteri yang menyerang, namun pada respons kekebalan tubuh yang abnormal akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang jaringan tubuh sendiri salah satunya jaringan tubuh di saluran pencernaan. Selain itu, faktor genetik tampaknya memiliki peran dalam munculnya radang usus.

Jenis Radang Usus

Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn adalah kondisi jangka panjang. Berikut penjelasan mengenai kedua jenis radang usus tersebut:

  • Kolitis ulseratif. Kondisi ini menyebabkan peradangan dan luka (borok) jangka panjang di lapisan paling dalam dari usus besar dan dubur.
  • Penyakit Crohn. Kondisi ini ditandai oleh peradangan pada lapisan saluran pencernaan, yang sering menyebar jauh ke dalam jaringan yang terkena.

Perlu diketahui bahwa orang-orang dari segala usia bisa mendapatkan radang usus, akan tetapi penyakit ini umumnya terjadi antara usia 15 sampai 40 tahun. Baik kolitis ulseratif dan penyakit Crohn biasanya melibatkan diare berat, nyeri perut, kelelahan, dan penurunan berat badan.

Gejala Radang Usus

Gejala penyakit radang usus bervariasi tergantung pada tingkat keparahan peradangan dan letaknya. Gejalanya sendiri bisa dari ringan hingga berat. Tanda dan gejala umum yang bisa terjadi, antara lain:

  • Kram dan nyeri perut.
  • Muncul demam.
  • Penurunan berat badan.
  • Kehilangan selera makan.
  • Anemia defisiensi besi karena kehilangan darah.
  • Diare yang berulang atau berdarah.
  • Kelelahan ekstrem.

Gejala radang usus lain yang bisa dikenali meski jarang terjadi adalah nyeri sendi (radang sendi), mata merah (iritis), nodul kulit merah (erythema nodosum) dan penyakit kuning (primary sclerosing cholangitis).

 

Diagnosis Radang Usus

Radang usus didiagnosis menggunakan kombinasi endoskopi (untuk penyakit Crohn) atau kolonoskopi (untuk kolitis ulseratif) dan studi pencitraan seperti contrast radiography, magnetic resonance imaging (MRI), atau computed tomography (CT). Dokter juga dapat memeriksa sampel tinja untuk memastikan gejala tidak disebabkan oleh infeksi atau melakukan tes darah untuk membantu memastikan diagnosis.

Pengobatan Radang Usus

Hingga kini, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan radang usus. Pengobatan dan penanganan yang dilakukan hanya untuk meredakan gejala yang muncul atau untuk mencegah kambuhnya gejala. Jika yang muncul adalah gejala ringan, mungkin tidak diperlukan pengobatan. Biasanya, gejala ringan akan menghilang dalam beberapa hari.

Pengobatan Rumahan

Meskipun tidak ada diet spesifik yang ditunjukkan untuk mencegah atau mengobati radang usus, perubahan diet mungkin membantu dalam mengelola gejala. Konsultasi dengan dokter untuk memastikan nutrisi apa yang sebenarnya dibutuhkan tubuh Anda.

Salah satu intervensi diet yang bisa disarankan oleh dokter adalah diet rendah residu, yaitu diet untuk mengurangi jumlah serat dan bahan tidak tecerna lainnya yang melewati usus besar.

Cara ini dapat membantu meringankan gejala diare dan sakit perut. Jika Anda melakukan diet rendah residu, pastikan Anda memahami berapa lama harus menjalani diet ini, karena diet rendah residu tidak menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin guna memenuhi kebutuhan nutrisi.

Aspek penting lain dari perawatan rumahan yang bisa dilakukan adalah mempelajari cara mengelola stres, latihan teknik bernapas, melakukan meditasi, menciptakan waktu untuk sendiri dan olahraga teratur.

Pengobatan Medis

Selain meredakan gejala yang muncul, pengobatan juga dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi yang mungkin terjadi. Penanganan yang dilakukan bisa berbentuk obat-obatan, terapi, maupun operasi.

Diperkirakan 1 dari 5 orang dengan kolitis ulserativa memiliki gejala parah yang tidak membaik dengan pengobatan. Dalam kasus ini, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian usus besar yang meradang.

Sementara sekitar 60-75 % orang dengan penyakit Crohn akan membutuhkan pembedahan untuk memperbaiki kerusakan pada sistem pencernaan dan mengobati komplikasi penyakit Crohn.

Berikut ini adalah obat-obatan yang akan diberikan untuk mengatasi radang usus, di antaranya:

1. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS)

Obat ini biasanya akan diberikan pertama kali untuk mengatasi radang usus. Obat ini berfungsi mengurangi inflamasi yang terjadi. Obat yang biasanya digunakan adalah aminosalicylate dan kortikosteroid.

2. Obat imunosupresan

Obat ini berfungsi untuk menghalangi aktivitas sistem kekebalan tubuh yang merusak dan mengurangi inflamasi yang terjadi. Beberapa contoh obat imunosupresan adalah azathioprine, cyclosporine, dan infliximab. Bagi beberapa orang, kombinasi beberapa obat berfungsi lebih baik daripada hanya mengonsumsi satu jenis obat saja.

3. Antibiotik

Obat ini bisa diberikan sebagai tambahan dari obat-obatan lainnya, terutama apabila terjadi infeksi. Penderita kolitis ulseratif mengonsumsi antibiotik untuk mengendalikan infeksi yang terjadi. Contoh obat antibiotik yang umumnya digunakan adalah metronidazole dan ciprofloxacin.

 

4. Obat-obatan lain

Terdapat obat-obatan lain untuk mengatasi gejala yang muncul akibat radang usus selain terjadinya inflamasi. Tanyakan pada dokter sebelum Anda mengonsumsi obat bebas yang bisa dibeli di apotek. Obat anti-diare, pereda rasa sakit, suplemen zat besi, suplemen vitamin, dan kalsium mungkin akan diberikan tergantung kondisi dan gejala yang muncul.

Pada akhirnya, seseorang dengan kolitis ulseratif dan penyakit Crohn juga berisiko lebih tinggi terkena kanker usus. Dokter biasanya akan merekomendasikan pemeriksaan usus secara teratur (kolonoskopi) untuk mengurangi risiko kanker usus besar.

Penderita kolitis ulseratif dengan gejala yang cukup parah biasanya tidak akan merespons penanganan dengan obat-obatan. Operasi dilakukan untuk mengangkat bagian dari usus besar yang mengalami peradangan parah.

Sedangkan pada penderita penyakit Crohn, operasi dilakukan untuk mengangkat bagian yang sudah rusak dan menyambungkan kembali saluran pencernaan yang masih sehat. Setelah operasi, konsumsi obat-obatan perlu dilanjutkan untuk mencegahnya kambuh lagi.

 

  1. Anonim. 2018. What is inflammatory bowel disease (IBD)?. https://www.cdc.gov/ibd/what-is-IBD.htm (Diakses pada 22 Agustus 2019).
  2. Anonim. 2020. Inflammatory bowel disease (IBD). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inflammatory-bowel-disease/symptoms-causes/syc-20353315 (Diakses pada 22 Agustus 2019).
  3. Anonim. 2020. Inflammatory Bowel Disease. https://www.nhs.uk/conditions/inflammatory-bowel-disease/ (Diakses pada 22 Agustus 2019).
  4. Khatri, Minesh. 2019. Inflammatory Bowel Disease. https://www.webmd.com/ibd-crohns-disease/inflammatory-bowel-syndrome#1 (Diakses pada 22 Agustus 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi