Terbit: 8 December 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Secara umum, penyakit cacingan sering dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pada saluran pencernaan. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari ciri dan gejala, penyebab, faktor risiko, hingga pengobatan dan juga pencegahannya.

Penyakit Cacingan: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing pada saluran pencernaan. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari ciri dan gejala, penyebab, faktor risiko, hingga pengobatan dan juga pencegahannya.

Apa itu Penyakit Cacingan?

Cacingan adalah satu dari sekian banyak jenis infeksi. Namun—sesuai dengan namanya—cacingan disebabkan oleh cacing parasit yang menginfeksi sistem pencernaan, terutama sistem pada anak-anak. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan jika ada 880 juta anak di seluruh dunia yang mengalami cacingan dan membutuhkan penanganan.

Ada 3 (tiga) jenis cacing yang menjadi ‘biang keladi’ dari penyakit ini, yaitu:

  • Nematoda. Cacing ini dapat menginfeksi pencernaan, sistem limfatik, darah, dan jaringan subkutan. Nematoda umumnya berasal dari hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Contoh spesies cacing ini yaitu Ascaris lumbricoides, Brugia malayi, Trichuris trichiura, dan Wuchereria bancrofti.
  • Acanthocephalins. Sama seperti nematoda, jenis cacing ini juga biasanya menyasar sistem pencernaan manusia.
  • Platyhelminthes. Platyhelminthes atau yang umum dikenal sebagai cacing pipih terbagi lagi menjadi dua, yaitu Cestoda (Taenia saginata, Taenia solium) dan Trematode (Schistosima japonicum). Cestoda hidup di usus dan memakan makanan yang telah tercerna oleh organ pencernaan tersebut, sedangan Trematode hidup di dalam darah.

Cacingan dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, beberapa di antaranya mirip dengan gejala gangguan usus lainnya. Diagnosis yang cepat dan menyeluruh sangat penting dalam setiap kasus untuk menghindari komplikasi. Namun, meskipun cacingan mungkin tampak menakutkan, kebanyakan orang dapat sembuh dari penyakit ini.

Ciri dan Gejala Penyakit Cacingan

Terserang parasit cacing, ada sejumlah gejala yang kemungkinan besar akan dialami oleh penderitanya. Ciri-ciri atau gejala penyakit cacingan tersebut meliputi:

  • Sakit perut
  • Diare
  • Mual
  • Muntah
  • Perut kembung
  • Kelelahan
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • Sakit perut

Seseorang dengan cacingan mungkin juga mengalami disentri. Disentri adalah ketika infeksi usus menyebabkan diare dengan darah dan lendir pada tinja. Cacing usus juga bisa menyebabkan ruam atau gatal di sekitar rektum atau vulva. Dalam beberapa kasus, Anda akan mengeluarkan cacing di tinja Anda saat buang air besar. Beberapa orang bahkan mungkin mengalami cacingan selama bertahun-tahun tanpa mengalami gejala apapun sehingga pemeriksaan medis secara berkala penting untuk dilakukan.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Segera periksakan diri Anda ke dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi ini. Sebagian besar kasus cacingan dapat diobati secara mudah apabila penanganannya dilakukan sedini mungkin.

Penanganan medis yang terlambat mungkin dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut yang bisa saja membahayakan tubuh.

Penyebab Penyakit Cacingan

Penyebab penyakit cacingan adalah infeksi dari salah satu cacing parasit yang tadi sudah disebutkan. Lantas, bagaimana parasit tersebut bisa sampai masuk ke dalam tubuh? Banyak orang terinfeksi  cacing tersebut setelah mengonsumsi daging yang kurang matang dari hewan yang terinfeksi, seperti sapi, babi, atau ikan. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan infeksi cacing usus meliputi:

  • Konsumsi air yang terkontaminasi
  • Kontak dengan tanah atau kotoran yang terkontaminasi
  • Sanitasi yang buruk

Setelah mengonsumsi atau kontak dengan medium yang terkontaminasi, cacing masuk ke dalam usus. Kemudian, cacing berkembang biak dan tumbuh di usus. Begitu cacing tersebut berkembang biak dan menjadi lebih besar baik dari segi jumlah maupun ukuran, barulah gejala akan muncul.

Faktor Risiko Penyakit Cacingan

Anak-anak sangat rentan terhadap cacingan. Itu karena mereka mungkin bermain di lingkungan dengan tanah yang terkontaminasi, seperti kotak pasir dan taman bermain sekolah. Orang dewasa yang lebih tua juga berisiko lebih tinggi karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Menurut WHO, sekitar 10 persen orang di negara berkembang terkonfirmasi menderita cacingan. Ini bisa terjadi karena pada negara-negara  berkembang kualitas sanitasinya tergolong rendah.

Diagnosis Penyakit Cacingan

Guna mendiagnosis penyakit ini, dokter pertama-tama akan terlebih dahulu menanyakan seputar gejala, riwayat medis, dan hal terkait lainnya kepada pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan  terhadap tinja guna mencari tahu apakah ada parasit di dalamnya.

Tes lain adalah tes “selotip”, yakni tes yang melibatkan penggunaan selotip ke anus beberapa kali untuk mengambil telur cacing kremi. Ada atau tidaknya telur cacing dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium.

Jika cacing atau telur tidak terdeteksi, dokter Anda mungkin melakukan tes darah untuk mengidentifikasi antibodi yang diproduksi tubuh saat terinfeksi parasit. Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan pemindaian tubuh guna mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kondisi dalam tubuh khususnya usus. Pemindaian dilakukan dengan menggunakan:

  • X-Ray
  • Computed tomography (CT)
  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pengobatan Penyakit Cacingan

Beberapa jenis cacingan—seperti infeksi cacing pita—fdapat hilang dengan sendirinya jika Anda memiliki sistem kekebalan yang kuat serta pola makan dan gaya hidup yang sehat. Namun, tergantung pada jenis infeksi cacing usus, seseorang mungkin memerlukan pengobatan dengan obat antiparasit. Gejala serius tidak boleh diabaikan. Segera temui dokter jika Anda:

  • memiliki darah atau nanah di tinja Anda
  • muntah setiap hari atau sering
  • memiliki suhu tubuh yang tinggi
  • Mudah lelah dan dehidrasi

Rencana perawatan Anda akan ditentukan berdasarkan jenis cacingan yang Anda miliki dan gejala yang muncul. Infeksi cacing pita biasanya diobati dengan obat oral seperti praziquantel (Biltricide), yang melumpuhkan cacing pita dewasa. Obat ini menyebabkan cacing pita terlepas dari usus, menjadi larut, dan kemudian keluar dari tubuh melalui tinja.

Sementara metode pengobatan untuk infeksi cacing gelang termasuk mebendazole (Vermox, Emverm) dan albendazole (Albenza). Gejala biasanya mulai membaik setelah beberapa minggu pengobatan. Dokter Anda kemungkinan besar akan mengambil dan menganalisis sampel tinja lainnya setelah perawatan selesai untuk melihat apakah cacingnya telah hilang atau belum.

Komplikasi Penyakit Cacingan

Cacing usus meningkatkan risiko anemia dan penyumbatan usus. Komplikasi lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua dan pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, seperti orang dengan infeksi HIV/AIDS.

Infeksi cacing usus dapat menimbulkan risiko yang lebih tinggi jika Anda sedang hamil. Jika Anda sedang hamil dan terkonfirmasi menderita infeksi cacing, dokter akan menentukan terapi obat antiparasit mana yang aman untuk dikonsumsi selama kehamilan sambil terus melakukan pemantauan guna memastikan pengobatan berjalan dengan baik.

Pencegahan Penyakit Cacingan

Cara mencegah penyakit cacingan yang paling utama tentunya dengan menjaga kebersihan. Cucilah tangan secara teratur dengan sabun dan air panas sebelum dan sesudah menggunakan toilet, pun sebelum mengonsumsi makanan.

Sementara terkait dengan makanan, berikut tips yang bisa Anda terapkan sebagai langkah pencegahan terhadap infeksi:

  • Hindari mengonsumsi ikan dan daging mentah.
  • Masak daging secara menyeluruh pada suhu setidaknya 62,8 ° C untuk seluruh potongan daging, dan 71 ° C untuk daging giling atau unggas.
  • Diamkan daging yang sudah matang selama kurang lebih 3 menit sebelum mengonsumsinya.
  • Bekukan ikan atau daging hingga pada suhu –20 ° C setidaknya selama 24 jam
  • Cuci, kupas, dan masak semua buah dan sayuran mentah sebelum mengolahnya menjadi makanan

 

  1. Gillespie, C. 2018. What Are Intestinal Worms? https://www.healthline.com/health/intestinal-worms#prevention (accessed on 8 December 2020)
  2. Johnson, J. 2020. Intestinal worms in humans and their symptoms. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324042 (accessed on 8 December 2020)
  3. WHO. Intestinal Worms. https://www.who.int/intestinal_worms/more/en/ (accessed on 8 December 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi