Terbit: 16 July 2020 | Diperbarui: 22 February 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Salah satu kelainan fisik pada bayi yang harus diwaspadai adalah mikrosefali. Ketahui lebih lanjut mengenai masalah kesehatan yang satu ini mulai dari gejala, penyebab, hingga penanganan dan pencegahannya.

Mikrosefali: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pencegahan, dll

Apa Itu Mikrosefali?

Mikrosefalus atau mikrosefali adalah gangguan sistem saraf langka yang menyebabkan kepala bayi menjadi kecil dan tidak sepenuhnya berkembang. Hal ini dapat terjadi saat bayi masih dalam kandungan atau dalam beberapa tahun pertama kelahiran. Mikrosefali dapat membuat otak tidak tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.

Akan tetapi, beberapa anak yang mengidap kelainan ini memiliki perkembangan dan intelegensi yang normal, meskipun kepala mereka berukuran lebih kecil dari ukuran ideal. Faktor keturunan dan lingkungan dapat menjadi penyebab munculnya mikrosefali.

Ciri dan Gejala Mikrosefali

Ciri-ciri mikrosefali sudah jelas, yakni ukuran kepala yang lebih kecil dari ukuran normal. Anak-anak dengan kasus ringan mungkin memiliki kepala yang kecil namun tidak diiringi gejala lain, pun kepala akan tumbuh sampai ia besar. Walaupun demikian, ukuran kepala tersebut akan tetap lebih kecil dari ukuran yang dianggap normal.

Beberapa anak pengidap mikrosefali memiliki kecerdasan yang tingkat intelegensi yang bisa dikatakan normal. Akan tetapi, beberapa yang lain memiliki masalah belajar, namun kecerdasan biasanya tidak bertambah buruk dalam perkembangan kehidupannya.

Ciri dan gejala mikrosefali lainnya yang mungkin muncul di antaranya sebagai berikut:

  • Penundaan perkembangan (keterlambatan duduk, berdiri, berjalan, dan berbicara)
  • Masalah menelan makanan atau yang berkaitan dengan makan
  • Gangguan pendengaran
  • Hiperaktif (kesulitan memusatkan perhatian atau duduk diam)
  • Gangguan bicara
  • Gangguan pengelihatan
  • Kejang-kejang
  • Postur tubuh yang pendek
  • Gangguan pendengaran

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Anda disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan medis selama kehamilan agar dokter bisa mendeteksi segala kemungkinan lebih awal. Dengan begitu, langkah-langkah penanganan bisa segera dilakukan.

Kelainan ini juga mungkin saja baru terdeteksi saat bayi dilahirkan. Segera periksakan anak Anda ke dokter apabila terdapat sejumlah gejala yang berkaitan dengan masalah kesehatan tersebut.

Penyebab Mikrosefali

Hingga kini penyebab mikrosefali pada bayi belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi, ada dua hal yang diduga merupakan pemicu utama atas terjadinya kelainan ini, yakni:

  • Kelainan genetik
  • Pengaruh lingkungan

Dilihat dari faktor yang (diduga) menjadi penyebabnya, mikrosefali terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Mikrosefali Kongenital

Mikrosefali kongenital diturunkan melalui keluarga. Ini disebabkan oleh cacat pada gen yang terkait dengan perkembangan awal otak. Jenis ini sering terlihat pada anak-anak dengan down syndrome dan kelainan genetik.

2. Mikrosefali Akuisita

Sementara itu, mikrosefali akuisita berarti otak anak mengalami kontak dengan sesuatu yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otaknya ketika di dalam rahim. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hal ini adalah sebagai berikut:

  • Infeksi virus, termasuk rubella (campak Jerman), cacar, dan mungkin Zika
  • Infeksi parasit, seperti toksoplasmosis atau sitomegalovirus
  • Bahan kimia toksik seperti timbal
  • Tidak mendapatkan asupan makanan atau nutrisi yang cukup
  • Alkohol
  • Obat-obatan
  • Abnormalitas kromosom
  • Menurunnya kadar oksigen ke otak janin

Mikrosefali akuisita juga dapat disebabkan oleh hal-hal lain, seperti:

  • Perdarahan atau penyumbatan pembuluh darah otak pada bayi baru lahir
  • Cedera pada otak setelah lahir
  • Cacat medulla spinaslis atau otak

Diagnosis Mikrosefali

Diagnosis kelainan ini dapat dilakukan sebelum atau setelah bayi lahir. Selama kehamilan, pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat menunjukkan bahwa bayi memiliki ukuran kepala lebih kecil dari yang diperkirakan. Guna melihat ini dengan jelas, pemeriksaan yang terbaik adalah pada akhir trimester 2 atau ketika awal trimester 3 kehamilan.

Setelah bayi lahir, dokter atau perawat akan mengukur lingkar kepala dengan cara mengelilingi pita ukur di kepala anak. Ukuran tersebut kemudian dimasukkan pada grafik pertumbuhan, untuk mengetahui pertumbuhan lingkar kepala dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia dan jenis kelamin yang sama.

Jika pengukuran kepala anak jatuh di titik tertentu di bawah rata-rata, maka lingkar kepala tersebut dianggap tidak normal. Pada kondisi ini, dokter mungkin akan memvonis anak mengidap mikrosefali. Pengukuran lingkar kepala masih akan dilakukan secara berkala sampai usia anak mencapai 2 atau 3 tahun.

Pengobatan Mikrosefali

Tidak ada obat untuk mikrosefali, tetapi ada perawatan untuk membantu masalah perkembangan, masalah perilaku, dan gejala kejang yang kerap muncul. Anak dengan kondisi ini (dalam status ringan) perlu melakukan check up ke dokter untuk memantau bagaimana ia tumbuh dan berkembang.

Sementara anak-anak dengan kondisi yang lebih parah membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk mengontrol gejala. Kejang adalah salah satu gejala yang dapat mengancam jiwa. Dokter akan mendiskusikan perawatan untuk menjaga anak agar aman dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Anak penderita kelainan ini mungkin memerlukan:

  • Obat-obatan untuk mengontrol kejang dan hiperaktif serta untuk meningkatkan fungsi saraf dan otot
  • Terapi wicara
  • Terapi fisik

Komplikasi Mikrosefali

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah perkembangan tubuh yang terhambat sehingga ukuran tubuh lebih pendek dari anak lain yang berusia sama. Selain itu, anak juga bisa saja mengalami keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh. Komplikasi medis lainnya yang berpotensi terjadi adalah cerebral palsy dan epilepsi.

Pencegahan Mikrosefali

Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan ibu hamil agar janin tidak terkena mikrosefali adalah:

  • Mengonsumsi makanan yang sehat dan minum vitamin prenatal.
  • Mengonsumsi sayuran yang sudah dimasak dengan matang.
  • Mengonsumsi daging yang dimasak dengan baik.
  • Jangan minum alkohol atau memakai narkoba.
  • Hindari paparan bahan kimia berbahaya.
  • Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan (cuci tangan, dsb.).
  • Hindari kontak dengan kotoran kucing karena dapat menyebarkan parasit yang menyebabkan toksoplasmosis.
  • Gunakan obat nyamuk ketika tinggal di daerah berhutan atau di negara di mana nyamuk berterbangan dengan bebas. Nyamuk Aedes yang membawa virus Zika mungkin menjadi penyebab kelainan ini.
  • Jika Anda memiliki anak dengan mikrosefali dan ingin hamil lagi, konsultasikan dengan dokter. Konseling genetik dapat membantu Anda memahami risiko keluarga untuk penyakit ini.

Sekian informasi tentang penyakit mikrosefalus. Mikrosefalus adalah penyakit yang penanganannya dilakukan jangka panjang untuk membantu masalah perkembangan, masalah perilaku, dan gejala kejang yang kerap muncul pada kondisi ini.

 

  1. Anonim. Microcephaly. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/microcephaly/symptoms-causes/syc-20375051 (Diakses pada 16 Juli 2020)
  2. Anonim. Microcephaly on Children. https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=microcephaly-90-P02610 (Diakses pada 16 Juli 2020)
  3. Anonim. What is Microcephaly? https://www.hopkinsmedicine.org/zika-virus/microcephaly.html (Diakses pada 16 Juli 2020)
  4. CDC. What is Microcephaly? https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/microcephaly.html (Diakses pada 16 Juli 2020)
  5. Smith, L. 2019. What to know about microcephaly. https://www.medicalnewstoday.com/articles/305880 (Diakses pada 16 Juli 2020)
  6. WHO. Microcephaly. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly (Diakses pada 16 Juli 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi