Terbit: 4 September 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Mendekati musim pelaksanaan ibadah haji, muncul isu-isu yang cukup meresahkan para calon jamaah haji. Salah satunya adalah isu tentang penyakit MERS-CoV. Apa sebenarnya MERS-CoV itu?

Mengenal Penyakit MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus)

Pengertian
Middle East Respiratory Syndrome(MERS) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh suatu jenis coronavirus baru yang dikenal dengan nama MERS-CoV. Virus ini pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. Coronavirus adalah satu kelompok virus yang besar yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, mulai dari flu ringan hingga Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang mematikan.

Gejala MERS biasanya berupa demam, batuk, dan napas pendek-pendek. Kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan gejala radang paru-paru (pneumonia). Gejala pada saluran cerna, misalnya diare, juga pernah ditemukan. Sekitar 36% dari total penderita MERS akhirnya meninggal dunia.

Meskipun sebagian besar kasus MERS pada manusia terjadi akibat penularan dari satu orang ke orang lain, unta diperkirakan menjadi inang perantara virus MERS dan merupakan sumber penularan dari hewan ke manusia. Namun, peran unta dalam penularan virus dan rute penularannya belum diketahui secara jelas. Virus ini tampaknya tidak begitu saja berpindah dari satu orang ke orang lain, kecuali dengan kontak yang sangat dekat, misalnya pada tenaga kesehatan yang merawat pasien yang menderita MERS tanpa mengenakan alat pelindung diri.

Gejala
Spektrum klinis infeksi MERS-CoV sangat lebar, mulai dari yang tanpa gejala (asimtomatik) atau sebatas gejala ringan pada saluran napas hingga penyakit saluran napas yang berat dan kematian. Gejala yang banyak ditemukan pada penderita MERS antara lain: demam, batuk, dan napas pendek-pendek. Kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai juga dengan gejala radang paru-paru (pneumonia). Gejala pada saluran cerna, seperti diare, juga pernah dilaporkan. Penyakit yang berat dapat menyebabkan kegagalan pernapasan sehingga memerlukan bantuan alat ventilator mekanik dan perawatan di ruang ICU. Sekitar 36% dari total penderita MERS ditemukan meninggal dunia. Virus ini tampaknya menimbulkan gejala penyakit yang lebih berat pada lansia, orang dengan sistem imun yang rendah, serta orang yang menderita penyakit kronis seperti kanker, penyakit paru kronis, dan diabetes.

Asal Virus
MERS-CoV merupakan virus yang hidup di dalam tubuh binatang yang kemudian bisa menularkannya ke manusia. Asal muasal virus ini belum sepenuhnya diketahui, tetapi menurut analisis genom virus, virus ini diperkirakan berasal dari kelelawar yang lalu berpindah ke unta pada jaman dahulu.

Penularan
Rute penularan dari binatang ke manusia belum diketahui dengan jelas, tetapi unta sepertinya merupakan inang perantara utama MERS-CoV dan menjadi sumber penularan ke manusia. Rantai virus MERS-CoV yang mirip dengan rantai virus MERS-CoV pada manusia ditemukan pada hewan unta dari beberapa negara, termasuk Mesir, Oman, Qatar, dan Arab Saudi.

Virus ini tampaknya tidak begitu saja berpindah dari satu manusia ke manusia lain kecuali bila ada kontak yang sangat erat dengan penderita, misalnya orang yang merawat penderita MERS. Telah ditemukan beberapa kelompok kasus yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, dimana penularan dari satu orang ke orang lain lebih mungkin terjadi, apalagi jika program pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat tersebut tidak berjalan dengan baik. Sejauh ini, belum ditemukan adanya penularan virus dari satu orang ke orang lain di lingkungan masyarakat.

Virus ini tampaknya tersebar di Semenanjung Arabia, terutama di Arab Saudi, dimana lebih dari 85% kasus telah dilaporkan sejak tahun 2012. Beberapa kasus juga dilaporkan terjadi di luar Timur Tengah. Kasus-kasus ini diperkirakan berasal dari infeksi di Timur Tengah yang kemudian dibawa oleh penderitanya keluar dari sana.

Pencegahan dan pengobatan
Belum tersedia vaksin atau terapi spesifik untuk MERS. Tata laksana yang dilakukan bersifat suportif dan berdasarkan kondisi klinis penderita.

Sebagai peringatan, siapapun yang mengunjungi peternakan, pasar, atau tempat lain dimana ada unta atau binatang lain harus selalu menjaga kebersihan, termasuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah menyentuh binatang serta menghindari kontak dengan binatang yang sakit.

Mengkonsumsi produk hewani yang belum matang, misalnya susu dan daging, meningkatkan risiko infeksi. Produk hewani yang dimasak atau diolah secara tepat cukup aman untuk dikonsumsi, tetapi juga harus dijaga kebersihannya agar tidak terkontaminasi.

Hingga penelitian lebih lanjut selesai dilakukan, orang dengan diabetes, gagal ginjal, penyakit paru kronis, dan sistem imun rendah dianggap berisiko tinggi mengalami penyakit berat akibat infeksi MERS-CoV ini. Orang-orang tersebut harus menghindari kontak dengan unta, minum susu unta mentah atau urin unta, atau makan daging yang belum dimasak dengan benar.

Fasilitas pelayanan kesehatan
Penularan virus di fasilitas pelayanan kesehatan telah terjadi di beberapa negara, baik penularan dari pasien ke tenaga kesehatan maupun penularan dari satu pasien ke pasien lain, terutama saat diagnosis belum dipastikan. Tidak mungkin mengidentifikasi pasien MERS-Cov secara dini atau dari kondisi klinisnya saja karena gejalanya yang tidak spesifik.

Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi sangat penting untuk mencegah penyebaran MERS-CoV di fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien yang dicurigai menderita MERS haru mendapat perhatian khusus agar tidak menularkannya ke orang lain.

Perjalanan
WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan ke daerah dimana infeksi MERS-CoV pernah ditemukan.

Sumber: World Health Organization (WHO)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi