Terbit: 21 January 2020 | Diperbarui: 28 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Twin to Twin Transfusion Syndrome atau TTTS adalah penyakit plasenta (atau setelah lahir) yang bisa memengaruhi kehamilan kembar identik. Penyakit yang satu ini tergolong salah satu jenis komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan kembar. Ketahui penjelasan selengkapnya!

Twin to Twin Transfusion Syndrome: Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Apa itu Twin to Twin Transfusion Syndrome?

TTTS adalah suatu kondisi kehamilan di mana janin kembar berbagi satu plasenta dan jaringan pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi untuk perkembangan di dalam rahim. Kehamilan ini juga dikenal sebagai monochorionic.

Twin to twin transfusion syndrome membuat jalur pembuluh darah di dalam plasenta tidak terbagi secara merata dan terjadi ketidakseimbangan dalam pertukaran darah antara janin yang satu dengan janin yang lain.

Kondisi ini membuat salah satu janin mengalami kekurangan gizi dan kegagalan organ. Sementara janin yang menerima terlalu banyak darah membuat kerja jantungnya berlebihan dan meningkatkan komplikasi penyakit jantung.

Penyebab Twin to Twin Transfusion Syndrome

Penyebab pasti TTTS adalah belum diketahui secara pasti. Namun, kelainan selama pembelahan sel telur ibu setelah dibuahi menyebabkan kelainan plasenta yang akhirnya dapat menyebabkan kondisi ini

Perkembangan normal kembar identik (monozigot) dimulai dengan pembuahan sel telur (ovum) oleh sperma. Dalam tiga hari pertama setelah pembuahan, sel telur yang dibuahi (zigot) membelah dua menjadi embrio yang sama persis.

Kedua embrio ini dipelihara oleh plasenta yang terpisah (dikorionik) selama kehamilan, yang akhirnya berkembang menjadi dua individu (kembar monozigot) yang memiliki susunan genetika yang hampir identik.

Beberapa faktor yang mungkin memainkan peran terjadinya TTTS antara lain:

  • Sejauh mana plasenta dapat dibagi secara tidak merata oleh janin kembar.
  • Jenis dan jumlah pembuluh darah penghubung (anastomoses) dalam plasenta.
  • Perubahan tekanan di dalam rahim (seperti terjadi dengan polyhydramnios atau kontraksi rahim selama persalinan).

Diagnosis Twin to Twin Transfusion Syndrome

Seorang dokter mungkin mencurigai kondisi ini berdasarkan hasil USG prenatal rutin. Dokter dapat mengonfirmasi diagnosis dengan melakukan pengujian yang lebih rinci untuk mengukur volume cairan ketuban, pengisian kandung kemih, dan aliran darah pada kedua janin.

Ketika ada peningkatan cepat volume cairan ketuban, rongga rahim juga mengembang dengan kecepatan yang lebih cepat, di mana kondisi ini menempatkan ibu dalam risiko persalinan prematur dan pemendekan serviks.

Karena alasan inilah, panjang serviks dan aktivitas uterus sangat penting pada semua wanita yang diduga menderita TTTS.

Faktor penting lainnya dalam menentukan prognosis TTTS adalah keadaan disfungsi kardiovaskular pada janin. Inilah sebabnya mengapa diagnosis akan mencakup pemeriksaan terperinci pada kedua jantung janin.

Beberapa tahapan diagnosis yang bisa dilakukan antara lain:

  • Tahap I: Perbedaan signifikan dalam volume cairan ketuban di kantung masing-masing janin.
  • Tahap II: Ketidakmampuan untuk melihat kandung kemih bayi yang lebih kecil dengan USG.
  • Tahap III: Aliran darah abnormal melalui tali pusat atau pembuluh janin di sekitar jantung.
  • Tahap IV: Akumulasi cairan abnormal dilebih dari satu rongga tubuh, juga dikenal sebagai hidrops. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua janin.
  • Tahap V: Kematian satu atau kedua janin kembar.

Bahaya Twin to Twin Transfusion Syndrome pada Kandungan

Selain membuat volume air ketuban abnormal, bahaya TTTS adalah membuat ukuran janin berbeda, mengalami gagal jantung, pembengkakan jaringan lunak, gagal ginjal, hingga menyebabkan kematian janin.

Perlu diketahui, karena pembuluh darah yang menghubungkan sirkulasi kedua janin melintasi plasenta bersama—dan jika satu janin meninggal—maka janin lainnya menghadapi risiko kematian yang signifikan atau kerusakan organ-organ vital.

Jika janin lainnya bertahan, ada risiko hingga 40% dari beberapa bentuk cedera otak. Apabila tidak segera mendapatkan penanganan, kondisi ini akan menyebabkan janin meninggal.

Penanganan Twin to Twin Transfusion Syndrome

Tindakan operasi diperlukan untuk menyelamatkan salah satu atau kedua janin; atau kondisi ini mengancam nyawa ibu. Meski salah satu janin bisa meninggal, dokter bisa melakukan tindakan yang bersifat mengobservasi dan pemberian obat, bukan tindakan secara operatif.

Setelah itu, biasanya dokter akan memantau dengan intensif kondisi pembekuan darah ibu sambil memantau janin yang masih hidup. Jika tidak ada masalah pada ibu dan janin, maka tindakan operatif  tidak diperlukan sampai usia janin mampu hidup di luar kandungan.

Penanganan lanjutan yang bisa dilakukan oleh dokter, di antaranya:

1. Memantau kondisi kehamilan

Dalam kasus yang tidak terlalu parah, pembedahan mungkin tidak diperlukan. Dalam hal itu, dokter akan menggunakan ultrasound dan ekokardiografi janin untuk memantau janin di dalam kandungan. Jika kondisi ibu atau janin memburuk, persalinan prematur adalah pilihan yang terbaik.

2. Amnioreduksi (pengurangan cairan ketuban)

Jika kondisi janin di dalam kandungan hanya sedikit terpengaruh twin to twin transfusion syndrome, dokter biasanya akan merekomendasikan amnioreduksi untuk mengalirkan kelebihan cairan ketuban dari kantung janin penerima untuk meningkatkan aliran darah.

Jika amnioreduksi tidak efektif, pasien dapat diberikan opsi untuk melanjutkan dengan selective fetoscopic laser photocoagulation (SFLP), lebih dikenal sebagai operasi laser.

3. Selective fetoscopic laser photocoagulation (SFLP)

Jika kondisi janin sudah terpengaruh twin to twin transfusion, tindakan SFLP bisa direkomendasikan. Prosedur ini melibatkan membuat sayatan kecil di perut ibu dan memasukkan trocar, sebuah alat yang terbuat dari logam yang  dimasukan ke dalam rahim.

Dokter bedah kemudian melewati fetoscope (semacam teleskop medis) melalui trocar untuk melihat semua koneksi pembuluh darah pada permukaan plasenta yang dimiliki oleh janin kembar.

Setelah semua koneksi pembuluh darah abnormal teridentifikasi, laser diterapkan untuk menutup pembuluh ini dan memutusnya secara permanen. Setelah itu, dokter bedah membuang kelebihan cairan ketuban melalui trocar yang ditempatkan sebelumnya.

Setelah operasi laser, sebagian besar pasien tetap di rumah sakit selama satu hari sampai kondisinya stabil. Ultrasound pascaoperasi dan ekokardiografi janin kemudian diulang sekitar lima hari setelah operasi laser untuk menilai kembali kondisi janin.

 

  1. Anonim. 2012. https://rarediseases.org/rare-diseases/twin-twin-transfusion-syndrome/. (Diakses pada 21 Agustus 2019).
  2. Anonim. 2019. https://www.cincinnatichildrens.org/service/f/fetal-care/conditions/twin-twin-transfusion-syndrome. (Diakses pada 21 Agustus 2019).
  3. Anonim. https://fetus.ucsf.edu/ttts. (Diakses pada 21 Agustus 2019).
  4. Anonim. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/twintotwin-transfusion-syndrome-ttts. (Diakses pada 21 Agustus 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi