Terbit: 10 July 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Lidah yang sehat pada umumnya berwarna pink, basah, dan ditutupi selaput tipis berwarna keputihan di permukaan. Jika lidah tidak menunjukkan ciri-ciri tersebut, hal itu menandakan bahwa tubuh sedang dalam kondisi tidak sehat. Salah satu gangguan lidah yang bisa muncul adalah lidah geografis (geographic tongue). Berikut penjelasan lengkap mengenai penyakit yang sering juga disebut lidah peta.

Lidah Geografis: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Penyebab Lidah Geografis

Penamaan lidah lidah geografis atau lidah peta sendiri karena gejala yang timbul berupa berupa bercak kemerahan yang memiliki bentuk seperti peta atau pulau dengan pinggiran berwarna putih. Hingga kini penyebab pasti lidah geografis belum diketahui dengan pasti, namun diduga terkait lichen planus dan psoriasis.

Beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko lidah geografis, di antaranya:

  • Jika Anda kekurangan vitamin B, maka risiko Anda mengalami pembengkakan, peradangan, dan gangguan lidah lainnya bisa semakin tinggi, terutama saat hamil. Kenapa saat Anda hamil risiko kekurangan vitamin terjadi lebih tinggi? Karena pada kondisi ini janin sedang tumbuh menyerap banyak nutrisi dari ibu. Kondisi ini bisa membuat ibu kekurangan vitamin dan  mengalami gejala seperti lidah geografis.
  • Mereka yang umumnya memiliki lidah geografis, ternyata memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama. Faktor genetik ternyata berperan menjadi penyebab lidah peta.
  • Penderita lidah geografis sering kali mengalami kondisi lain seperti lidah pecah-pecah atau permukaan lidah tampak retak.
  • Kondisi hormon dalam tubuh ternyata juga bisa menjadi pencetus munculnya lidah geografis.

Gejala Lidah Geografis

Pada umumnya, lidah geografis sering terlihat pada orang dengan lidah pecah-pecah dan psoriasis. Pada lidah yang pecah-pecah, lekukan dan retakan alur permukaan lidah muncul di bagian samping dan atas lidah.

Meski begitu, lidah geografis sendiri tidak selalu menimbulkan gejala. Pada beberapa kasus ada yang mengalaminya namun tidak menyadari perubahan yang terjadi pada lidahnya. Berikut ini adalah beberapa gejala yang bisa Anda kenali, di antaranya:

  • Muncul ruam di lidah dengan garis batas berwarna putih.
  • Sering terjadi perubahan lokasi, ukuran dan bentuk luka.
  • Muncul rasa tidak nyaman atau menjadi lebih sensitiv saat mengonsumsi makanan asam, asin, pedas dan panas.
  • Lidah geografis pada anak dapat terlihat saat rasa perih muncul ketika anak mengonsumsi makanan yang asam atau pedas. Perlu diketahui, lidah peta adalah sesuatu yang jarang terjadi pada balita dan lebih banyak terjadi pada anak usia di atas 2 tahun.

Lidah geografis pada anak adalah sesuatu yang umum terjadi, sehingga orang tua tidak perlu khawatir selama tidak disertai bengkak, kemerahan, dan rasa nyeri. Jika Anda ragu,  konsultasilah ke dokter untuk mencari tahu penyakit yang mendasari munculnya lidah peta pada anak.

Perlu diketahui, jika lidah geografis sudah menunjukkan kesembuhan, penyakit ini bisa berpindah ke bagian lidah yang lain. Pada beberapa kasus, kondisi ini bisa muncul di daerah mulut lainnya. Penyakit ini bisa terjadi di berbagai usia dan jenis kelamin, namun lebih sering menyerang wanita dibanding pria.

Selain itu, meski lidah geografis bisa sembuh dengan sendirinya, kondisi ini juga bisa berlanjut selama berhari-hari atau berbulan-bulan.

Diagnosis Lidah Peta

Diagnosis oleh dokter dilakukan setelah melakukan pemeriksaan lidah dan melihat gejala-gejala yang menyertainya. Saat melakukan pemeriksaan, dokter dapat melakukan beberapa hal seperti:

  • Menggunakan instrumen untuk memeriksa kondisi lidah dan mulut.
  • Meminta Anda untuk menggerakkan lidah ke berbagai arah.
  • Menyentuh lidah dengan lembut (palpasi) diperlukan untuk memeriksa perubahan yang tidak biasa pada tekstur atau memeriksa kelembutannya.
  • Memeriksa tanda munculnya infeksi seperti pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau adanya demam. Jika diperlukan, pemeriksaan darah diperlukan untuk melihat ada tidaknya infeksi.

Pengobatan Lidah Geografis

Pada dasarnya, karena lidah geografis adalah penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya, maka pengobatan medis umumnya tidak diperlukan. Hal ini menjadikan lidah geografis bukan penyakit berbahaya.

Sementara untuk meringankan rasa tidak nyaman di lidah Anda bisa menggunakan miconazole gel yang dapat dibeli di apotek. Meski begitu, jika lebih dari dua minggu bercak tidak hilang sebaiknya Anda memeriksan kondisi ke dokter.

Berikut ini adalah beberapa perawatan untuk meredakan gejala lidah geografis, antara lain:

  • Menggunakan obat salep yang mengandung kortikosteroid.
  • Pada beberapa kasus, suplemen vitamin B diperlukan untuk untuk pengobatan lidah geografis.
  • Guna mengurangi rasa sakit dan iritasi yang ditimbulkan lidah peta, dokter bisa meresepkan obat kumur yang mengandung anastesi.

Pada akhirnya, karena lidah geografis bisa membaik dengan sendirinya dan memiliki pola yang tidak dapat diprediksi, Anda mungkin tidak dapat mengetahui apakah perawatan simptomatik seperti di atas benar-benar bermanfaat.

Pencegahan Lidah Geografis

Meski belum ada hal-hal pasti yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini, Anda bisa memulainya dengan membatasi makanan yang terlalu asam, panas, dan pedas. Selain itu, hindari juga konsumsi minuman beralkohol, tembakau, hingga pasta gigi yang mengandung aroma berlebih atau bahan pemutih.

Langkah pencegahan lidah geografis berikutnya bisa dilakukan dengan rutin melakukan perawatan ke dokter gigi dua kali dalam setahun.

Pada akhirnya, meski kondisi lidah geografis terlihat mengkhawatirkan dan mengganggu dalam proses pencernaan makanan, kondisi peradangan yang terjadi di lidah bukan menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan yang serius.

Langkah termudah yang bisa dilakukan agar gangguan ini tidak menyerang adalah menjaga kebersihan rongga mulut khususnya lidah. Supaya Anda dapat dengan nyaman membersihkan lidah, Anda bisa menggunakan alat pembersih khusus lidah.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi