Terbit: 16 August 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Kleptomania adalah tindakan yang mungkin dianggap mirip dengan mencuri bagi sebagian orang. Namun keduanya memiliki sedikit perbedaan. Kelainan ini biasanya adalah hasrat ingin mencuri tanpa memandang harga barang. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Kleptomania: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Apa itu Kleptomania?

Kleptomania adalah suatu kondisi di mana seorang mengalami dorongan yang impulsif untuk mencuri barang-barang yang tidak diperlukan atau tanpa melihat harga barang. Biasanya, benda-benda yang dicuri memiliki nilai yang kecil untuk pengidapnya, bahkan barang curian tersebut sering diberikan atau dibuang setelah diambil.

Penderita gangguan ini biasanya tidak merencanakan pencurian, namun tindakan mencuri dilakukan karena ada kesempatan. Meski begitu, pelaku biasanya merasa tertekan atau merasa bersalah setelah mencuri.

Gejala Kleptomania

Pengidap kelainan ini memiliki dorongan berulang untuk mencuri yang tidak dapat ia tolak dan mungkin mencoba untuk mengembalikan benda yang dicurinya.

Gejala lain yang muncul dari seorang kleptomania termasuk:

  • Ketidakmampuan melawan keinginan untuk mencuri barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
  • Merasa adanya dorongan, tekanan, dan kecemasan yang mendorong untuk mencuri.
  • Merasa lega, senang, dan puas setelah mencuri.
  • Merasa bersalah, malu, atau takut ketika tertangkap sebagai pencuri.
  • Mengulangi hal-hal yang telah disebutkan di atas.

Karakteristik Pengidap Kleptomania

Orang yang memiliki kelainan ini biasanya menunjukkan sifat atau karakteristik berikut:

  • Keinginan pribadi. Berbeda dengan pencuri, pengidap kleptomania tidak kompulsif mencuri untuk kepentingan pribadi. Alasan mencuri hanya karena dorongan yang kuat sehingga tidak bisa menolaknya.
  • Tidak direncanakan. Perilaku kelainan ini biasanya terjadi spontan, umumnya tanpa direncanakan dan tanpa bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
  • Mencuri di tempat umum. Kebanyakan pengidapnya mencuri di tempat umum, seperti toko dan supermarket. Beberapa pengidapnya mungkin mencuri dari teman atau kenalan.
  • Tidak menilai harga barang. Barang yang dicuri tidak memiliki nilai untuk pengidapnya, bahkan ia mampu membelinya.
  • Hasil curian disimpan. Barang yang dicuri disembunyikan dan tidak pernah digunakan, diberikan kepada keluarga atau teman-teman, atau bahkan diam-diam dikembalikan ke tempat asal barang dicuri.
  • Hasrat mencuri. Mendesak untuk mencuri bisa datang dan pergi atau mungkin terjadi dengan intensitas yang lebih besar atau lebih kecil.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera cari pertolongan medis jika Anda tidak bisa berhenti mencuri. Kebanyakan orang yang menderita kleptomania tidak ingin berobat karena takut dianggap pelaku pencurian, ditangkap, atau dipenjara. Namun, psikolog biasanya tidak melaporkan perbuatannya ke pihak berwenang.

Seseorang yang mencari bantuan medis biasanya karena takut akan ketahuan dan mendapatkan hukuman. Sementara yang sudah ketahuan dan ditangkap, secara hukum penderita harus mendapatkan perawatan.

Baca Juga: 10 Cara Efektif Menghadapi Orang yang Manipulatif

Penyebab Kleptomania

Kelainan yang satu ini belum diketahui apa penyebabnya. Namun, beberapa teori menunjukkan bahwa adanya perubahan di otak dapat menjadi awal dari kelainan ini. Sementara penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami apa penyebabnya.

Meski belum jelas apa penyebabnya, kleptomania dapat diakibatkan oleh:

1. Masalah Neurotransmiter di Otak (Serotonin)

Serotonin berfungsi untuk membantu mengatur mood dan emosi seseorang. Kadar serotonin yang rendah biasanya mengakibatkan tingkah laku yang impulsif.

2. Terkait dengan Gangguan Adiktif

Mencuri dapat menyebabkan pelepasan dopamin (neurotransmiter lain). Dopamin mengakibatkan rasa nyaman dan beberapa orang menginginkan sensasi nyaman ini dengan cara mencuri.

3. Terkait dengan Sistem Opioid Otak

Dorongan atau motivasi juga diatur oleh sistem opioid otak. Ketidakseimbangan sistem ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menahan suatu dorongan atau keinginan.

Faktor Risiko

Pada banyak kasus, kondisi ini mungkin tidak pernah didiagnosis. Perilaku ini umumnya dimulai selama masa remaja, tetapi dalam kasus yang jarang dimulai pada usia dewasa.

Selain faktor tersebut, berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan seseorang memiliki perilaku ini:

  • Riwayat keluarga. Memiliki saudara tingkat pertama, seperti orang tua atau saudara kandung yang mengidap kelainan ini, gangguan obsesif-kompulsif, atau masalah penggunaan zat atau alkohol dapat meningkatkan risiko kleptomania.
  • Wanita. Sekitar dua pertiga orang yang mengalami kelainan ini adalah wanita daripada pria.
  • Memiliki penyakit mental lain. Pengidap biasanya memiliki penyakit mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, gangguan bipolar, gangguan makan, gangguan penggunaan zat, atau gangguan kepribadian.
  • Trauma di kepala atau cedera otak. Orang yang memiliki riwayat trauma kepala dapat mengalami gangguan ini.

Diagnosis Kleptomania

Gangguan mental ini dapat didiagnosis berdasarkan tanda dan gejala. Dikarenakan kelainan ini adalah jenis gangguan kontrol impuls, dokter mungkin dapat membantu menentukan diagnosis dengan cara berikut:

  • Mengajukan pertanyaan tentang impuls Anda dan bagaimana perasaan yang dirasakan.
  • Meninjau daftar situasi untuk menanyakan apakah situasi tertentu memicu kleptomania.
  • Sudahkah mengisi kuesioner psikologis atau penilaian diri.
  • Menggunakan kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.

Baca Juga: Hipomania: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

Cara Mengatasi Kleptomania

Kleptomania akan sulit diatasi dan akan menjadi kondisi jangka panjang yang berkelanjutan jika tidak mendapatkan penanganan. Adapun perawatannya bisa menggunakan obat-obatan, psikoterapi, atau keduanya, berikut penjelasannya:

1. Obat-obatan

Cara mengatasi kleptomania yang pertama adalah menggunakan obat-obatan tertentu, tergantung pada kondisi dan apakah pengidapnya memiliki gangguan kesehatan mental lainnya, seperti depresi atau penyalahgunaan zat terlarang.

Dokter mungkin dapat meresepkan obat-obatan berikut:

  • Naltrexone. Obat kecanduan ini sebuah antagonis opioid, yang dapat mengurangi dorongan dan kesenangan yang terkait dengan mencuri.
  • Antidepresan. Obat ini khususnya selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

Jika obat-obatan ini diresepkan, konsultasikan dengan dokter, apoteker, atau psikolog, tentang potensi efek samping atau kemungkinan interaksi dengan obat lain.

2. Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif dapat mencakup teknik mengidentifikasi kepercayaan dan perilaku negatif yang tidak sehat serta menggantinya dengan yang sehat. Terapi ini berguna untuk membantu pengidapnya mengendalikan desakan kelainan ini.

Berikut beberapa cara mengatasi kleptomania dalam psikoterapi:

  • Sensitisasi terselubung. Di mana pengidapnya menggambarkan dirinya mencuri dan kemudian menghadapi risikonya, seperti tertangkap.
  • Terapi aversi. Saat melakukan terapi ini, Anda akan merasakan ketidaknyamanan; seperti menahan napas sampai merasa tidak nyaman, terutama ketika Anda memiliki keinginan untuk mencuri.
  • Desensitisasi sistematis. Terapi ini berguna untuk melatih teknik relaksasi dan membayangkan diri sendiri mengendalikan dorongan untuk mencuri.

3. Menghindari Kambuh

Cara mengatasi kleptomania bisa dengan menghindari kekambuhan, yakni memastikan tetap pada rencana perawatan.

Saat perasaan ingin mencuri muncul, segera hubungi profesional kesehatan mental, psikolog, atau hubungi orang terdekat untuk membantu mencegah tindak tersebut.

Komplikasi Kleptomania

Jika tidak segera diobati, kelainan ini dapat menyebabkan masalah emosional, keluarga, hukum, pekerjaan, dan keuangan.

Contohnya, sudah tahu mencuri itu salah, tetapi Anda merasa tidak berdaya menahan dorongan hati untuk mengulanginya. Anda mungkin akan dibebani oleh rasa bersalah, malu, benci pada diri sendiri, dan merasa dipermalukan.

Komplikasi yang dapat menyebabkan atau terkait dengan kleptomania meliputi:

  • Penangkapan karena mencuri.
  • Perjudian atau belanja kompulsif.
  • Hukuman penjara.
  • Penyalahgunaan alkohol dan zat terlarang.
  • Kegelisahan.
  • Depresi.
  • Gangguan makan.

Baca Juga: Manfaat Self Love (Cinta Diri Sendiri) dan Cara Menerapkannya

Pencegahan Kleptomania

Dikarenakan penyebab gangguan ini diketahui dengan pasti, belum diketahui juga bagaimana cara mencegahnya. Mendapatkan pengobatan sesegera mungkin setelah mencuri yang impulsif dimulai dapat membantu mencegah kelainan ini menjadi lebih buruk dan mencegah beberapa dampak negatifnya.

Apa yang harus dilakukan jika orang terdekat mengidap kleptomania?

Jika Anda menduga teman dekat atau anggota keluarga memiliki kebiasaan ini, tingkatkan kepedulian Anda dengan lembut. Perlu diingat bahwa kleptomania adalah kondisi kesehatan mental, bukan merupakan cacat karakter, dan dekati orang tersebut tanpa menyalahkan atau menuduh.

Cara ini mungkin membantu, maka tekankan poin ini ketika menyampaikan kepedulian kepada pengidapnya:

  • Anda khawatir karena peduli dengan kesehatan dan keselamatan orang yang Anda cintai.
  • Anda khawatir tentang risiko pencurian kompulsif, seperti ditangkap oleh pihak berwajib, kehilangan pekerjaan, atau merusak hubungan sosial dengan orang lain.
  • Anda memahami pengidapnya, dorongan untuk mencuri mungkin terlalu kuat dan untuk melawan bisa dengan menempatkan pikiran untuk menghindari mencuri.
  • Pengobatan secara efektif tersedia untuk meminimalkan dorongan untuk mencuri dan membantu pengidap kleptomania mengatasi masalahnya tanpa kecanduan dan rasa malu.

Jika Anda memerlukan bantuan untuk berbicara dengan orang yang Anda sayangi, diskusikan dengan dokter. Dokter mungkin merujuk Anda ke penyedia kesehatan mental yang dapat membantu merencanakan cara untuk membantu orang yang terdekat tanpa harus membuatnya defensif atau terancam.

 

  1. Anonim. 2014. Diseases And Conditions – Kleptomania. https://www.nchmd.org/education/mayo-health-library/details/CON-20033010. (Diakses pada 12 Mei 2020)
  2. Anonim. 2019. Kleptomania. https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/kleptomania. (Diakses pada 12 Mei 2020)
  3. Anonim. 2018. Kleptomania. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9878-kleptomania. (Diakses pada 12 Mei 2020)
  4. Anonim. 2017. Kleptomania. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/kleptomania/symptoms-causes/syc-20364732. (Diakses pada 12 Mei 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi