Terbit: 22 September 2020 | Diperbarui: 23 February 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Kernikterus adalah kerusakan otak pada bayi akibat kelebihan kadar bilirubin dalam darah. Ketahui apa itu kernikterus pada bayi, gejala, penyebab, pengobatan, dan pembahasan penting lainnya di sini.

Kernikterus: Gejala, Penyakit, Pengobatan, dll

Apa Itu Kernikterus?

Kernikterus adalah kerusakan otak langka pada bayi yang terjadi akibat peningkatan ekstrim kadar bilirubin pada darah yang juga memengaruhi fungsi otak bayi. Bilirubin adalah limbah berwarna kekuningan yang diproduksi oleh liver saat memecah sel darah merah.

Bilirubin harusnya dikeluarkan oleh tubuh, namun bayi baru lahir belum memiliki sistem tubuh yang bekerja dengan baik untuk mengeluarkannya secara otomatis. Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada bayi baru lahir dan lebih dikenal sebagai penyakit kuning (jaundice atau ikterus).

Penyakit kuning yang tidak segera ditangani akan menyebabkan gejala kernikterus, yaitu kondisi ketika kadar bilirubin sudah sangat tinggi. Kernicterus adalah penyakit berbahaya namun dapat dicegah dengan menurunkan kadar bilirubin secepatnya dengan fototerapi atau terapi cahaya.

 

Gejala Kernikterus

Gejala penyakit kuning terlihat saat bayi baru lahir. Dokter akan mengetahuinya dalam pemeriksaan pertama, gejalanya berupa:

  • Wajah berwarna kekuningan.
  • Bagian putih mata juga berwarna kekuningan.
  • Warna kekuningan tersebut juga berpindah ke dada, perut, lengan, dan kaki bila kadar bilirubin semakin meningkat.
  • Bayi sulit tidur atau sulit bangun.
  • Tidak mau menyusui.
  • Bayi rewel.

Penyakit kuning yang tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan komplikasi kernikterus pada bayi, gejalanya berupa:

  • Perubahan warna kulit kekuningan-oranye semakin terlihat, termasuk di bagian putih mata.
  • Anak lemas atau kurang energi.
  • Sering demam.
  • Sulit minum ASI atau susu formula.
  • Tubuhnya terlihat kaku.
  • Kejang otot.
  • Muntah-muntah.
  • Postur tubuh menjadi seperti melengkung.
  • Menangis keras atau melengking tidak terkendali.
  • Bayi mengalami kejang.
  • Mudah mengantuk.

Peningkatan bilirubin akan semakin berkembang seiring bertambah usia bayi, gejalanya semakin memburuk karena memengaruhi fungsi otak. Gejalanya termasuk:

  • Gerakan mata yang tidak normal (tidak mampu melihat ke atas).
  • Noda pada enamel gigi.
  • Gangguan gerakan motorik.
  • Gangguan pendengaran.
  • Gangguan sistem motorik lainnya.

Bayi dengan kernicterus mengalami kerusakan otak secara perlahan karena limbah bilirubin dalam darah yang semakin tinggi. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan sistem motorik, sensorik, dan komplikasi yang mengkhawatirkan.

Kapan Harus ke Dokter?

Apabila bayi didiagnosis penyakit kuning, Anda harus konsultasi ke dokter untuk perawatan terbaik. Umumnya, penyakit kuning tidak membutuhkan pengobatan khusus, hanya berupa terapi cahaya secara rutin, dan bayi Anda boleh dibawa pulang. Segera hubungi dokter bila bayi menunjukan gejala:

  • Menangis keras dan sulit berhenti.
  • Postur tubuh menjadi melengkung seperti busur di mana kepala dan tumit menekung ke belakang.
  • Tubuh bayi terasa kaku.
  • Bayi terlihat lemas.
  • Gerakan mata bayi tidak normal.

Penyebab Kernikterus

Penyebab kernicterus adalah penyakit kuning yang tidak ditangani sehingga kadar bilirubin semakin meningkat. Liver bayi belum bisa mengeluarkan bilirubin (limbah kuning) dengan cepat dari tubuh sehingga bilirubin meningkat dalam aliran darah. Terdapat dua jenis bilirubin, yaitu:

  • Bilirubin Tidak Terkonjugasi. Bilirubin bersifat tidak larut dalam air sehingga dapat menumpuk di jaringan tubuh.
  • Bilirubin Terkonjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi mengalir di aliran darah menuju liver lalu secara sistematis diubah menjadi bilirubin yang larut dalam air. Bilirubin menjadi terkonjugasi kemudian dapat dikeluarkan melalui usus.

Bila bilirubin tidak diproses di liver, maka bilirubin akan terus menumpuk dan meningkatkan dalam darah. Dalam kadar yang sangat tinggi, bilirubin tidak terkonjugasi akan menyebabkan kernicterus namun penyakit ini sangat langka terjadi.

Faktor Risiko Kernikterus

Berdasarkan artikel yang dipublikasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 60% bayi baru lahir mengalami penyakit kuning. Bayi dengan faktor risiko tertentu lebih rentan mengalami penyakit kuning, seperti:

  • Bayi yang lahir secara prematur atau lahir sebelum 37 minggu kehamilan (8,5 bulan).
  • Bayi dengan kulit yang lebih gelap sehingga tanda penyakit kuning lebih sulit diidentifikasi.
  • Bayi yang mengalami gangguan saat menyusu, buang air besar, atau pipis.
  • Bayi yang lahir dari riwayat keluarga dengan penyakit kuning sebelumnya.
  • Bayi yang memiliki memar saat baru lahir akibat darah yang keluar dari pembuluh darah.
  • Wanita dengan golongan darah O atau faktor darah Rh negatif rentan melahirkan bayi dengan kadar bilirubin tinggi.
  • Bayi yang lahir dari keturunan Asia Timur atau wilayah Mediterania memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kuning.

Diagnosis Kernikterus

Dokter akan memeriksa keadaan bayi secara keseluruhan, termasuk pemeriksaan kadar bilirubin setelah bayi lahir. Pemeriksaan dilakukan dengan pengukur cahaya untuk mengetahui berapa banyak kadar bilirubin atau transcutaneous bilirubin (TcB) pada kulit bayi.

Selain dengan pengukur cahaya, pemeriksaan kadar bilirubih yang lebih akurat dilakukan dengan sampel darah kecil dari tumit bayi. Dokter akan menjelaskan pada Anda keadaan bayi dan perawatan lanjutan yang dibutuhkan bila bilirubin pada bayi sangat tinggi.

Setiap 8 hingga 12 jam sekali, bayi harus melakukan pemeriksaan penyakit kuning dalam 48 jam pertama kehidupannya. Kadar bilirubin paling tinggi biasanya terjadi saat bayi berusia 3-5 hari.

Pengobatan Kernikterus

Penyakit kuning dengan gejala ringan tidak membutuhkan perawatan khusus. Perawatan dibutuhkan bila penyakit kuning terjadi akibat bayi lahir prematur atau dengan gejala yang lebih parah. Berikut ini cara mengatasi penyakit kuning agar tidak menyebabkan komplikasi kernicterus:

  • Memberikan ASI atau susu formula yang cukup agar bayi mendapat cairan yang cukup untuk mengeluarkan bilirubin melalui tinja atau urine.
  • Fototerapi atau terapi cahaya adalah perawatan menggunakan sinar biru khusus untuk memecah bilirubin. Terapi cahaya ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit namun tetap aman.
  • Transfusi darah untuk gejala penyakit kuning yang lebih berat. Pertukaran darah akan mengeluarkan bilirubin sedikit demi sedikit.

Dokter akan memberikan opsi perawatan terbaik sesuai dengan kondisi bayi Anda.

 

Komplikasi Kernikterus

Berikut ini komplikasi kernicterus yang mungkin terjadi:

  • Gangguan pada pergerakan akibat kerusakan otak (athetoid cerebral palsy).
  • Kejang otot.
  • Gangguan pendengaran.
  • Gangguan bicara.
  • Kerusakan otak.

Pencegahan Kernikterus

Anda harus konsultasi ke dokter bila bayi lahir dengan diagnosis penyakit kuning sebelum bertambah buruk menjadi kernicterus. Monitor kesehatan bayi yang lahir dengan tingkat bilirubin tinggi harus menjadi prioritas. Bila penyakit kuning hilang, maka bayi selamat dari risiko kerusakan otak akibat peningkatan bilirubin dalam darah.

  1. CDC. 2019. What are Jaundice and Kernicterus?. https://www.cdc.gov/ncbddd/jaundice/facts.html#:~:text. (Diakses pada 22 September 2020).
  2. Watson. Stephanie. 2018. What Is Kernicterus?. https://www.healthline.com/health/kernicterus. (Diakses pada 22 September 2020).
  3. WebMD. 2019. What Is Kernicterus?. https://www.webmd.com/children/what-is-kernicterus#1-3. (Diakses pada 22 September 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi