Terbit: 23 August 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Peradangan pada kornea atau secara medis disebut keratitis ditandai dengan mata merah yang menyakitkan. Bila penyakit ini tidak segera diobati, berisiko mengalami kebutaan. Simak penjelasan selengkapnya mulai dari gejala, penyebab, pengobatan, hingga pencegahannya di bawah ini.

Keratitis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Keratitis?

Keratitis adalah peradangan pada kornea yang dapat disebabkan oleh disebabkan oleh cedera atau infeksi. Peradangan pada kornea dapat dialami seluruh rentang usia, jenis kelamin, dan ras.

Kornea adalah jaringan bening cekung di bagian depan mata yang menutupi pupil dan iris. Gangguan pada kornea merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak benar menyebabkan penurunan penglihatan, baik ringan hingga kebutaan.

Fungsi kornea adalah sebagai lapisan pelindung dan merupakan jalannya sinar yang masuk dan akan diteruskan ke retina, sehingga kornea berperan penting dalam proses penglihatan.

Gejala Keratitis

Penyakit mata keratitis biasanya ditandai dengan kondisi mata yang memerah dan terasa sakit, disertai dengan gejala berikut ini:

  • Keluar air mata.
  • Kesulitan membuka kelopak mata karena sakit atau iritasi.
  • Penglihatan kabur.
  • Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia).
  • Sensasi seperti terbakar atau gatal di mata.
  • Pembengkakan di sekitar mata.
  • Perasaan ada sesuatu di mata.
  • Jika kornea memiliki peradangan yang luas, kornea yang biasanya bersih bisa terlihat abu-abu atau memiliki daerah putih hingga abu-abu.

Penyebab Keratitis

Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mungkin sering Anda alami. Berikut ini beberapa penyebab yang patut diwaspadai, di antaranya:

1. Infeksi

Keratitis dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun peradangan steril (tidak ada kuman infeksi yang menyerang). Infeksi pada kornea dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus ataupun protozoa (Acanthamoeba sp).

Orang yang bekerja sebagai petani atau di lingkungan pertanian atau perkebunan memiliki risiko lebih tinggi terkena keratitis jamur. Hal ini karena jamur banyak terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan.

2. Cedera

Jika ada benda yang menggores atau melukai permukaan kornea, kemungkinan dapat menyebabkan peradangan kornea yang tidak menular. Selain itu, cedera juga dapat memungkinkan mikroorganisme mendapatkan akses ke kornea yang rusak, yang kemudian menyebabkan keratitis infeksi.

3. Lensa kontak yang terkontaminasi

Bakteri, jamur, atau parasit (Acanthamoeba sp) dapat bersarang di permukaan lensa kontak atau tempat lensa kontak. Kornea dapat terkontaminasi ketika lensa digunakan, yang mengakibatkan keratitis infeksi. Sering menggunakan lensa kontak dapat menyebabkan peradangan kornea yang dapat menjadi infeksius.

3. Penggunaan obat yang sembarangan

Penggunaan obat-obatan secara sembarangan juga bisa menyebabkan keratitis. Terutama obat-obat golongan penekan sistem imun, seperti kortikosteroid dan juga obat-obat pereda nyeri.

Penggunaan obat-obatan tersebut harus dengan resep dan pengawasan dokter. Pasien dengan penyakit sistemik (menyerang seluruh tubuh) yang menurunkan daya tahan tubuh memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena peradangan kornea.

Penyakit tersebut antara lain diabetes mellitus (penyakit kencing manis), HIV/AIDS, dan kanker.

4. Air yang terkontaminasi

Bakteri, jamur, dan parasit yang terdapat di dalam air – terutama di lautan, sungai, danau, dan kolam air panas – dapat masuk ke mata saat Anda berenang dan menyebabkan peradangan kornea.

Namun, bahkan apabila Anda terkontaminasi bakteri, jamur, atau parasit, kornea yang sehat tidak mungkin terinfeksi kecuali ada kerusakan permukaan kornea sebelumnya. Ini misalnya memakai lensa kontak terlalu lama.

Jenis Keratitis

Terdapat dua jenis utama peradangan kornea, tergantung faktor yang yang menyebabkannya. Penyakit ini dapat digolongkan sebagai keratitis menular dan tidak menular.

Berikut ini beberapa jenis keratitis, di antaranya:

1. Keratitis menular

Peradangan kornea yang menular dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:

  • Bakteri. Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus adalah dua jenis bakteri yang paling sering menyebabkan penyakit ini. Sebagian besar berkembang pada mereka yang menggunakan lensa kontak secara tidak benar.
  • Jamur. Ini disebabkan oleh Aspergillus, Candida atau Fusarium. Keratitis jamur kemungkinan besar yang memengaruhi pengguna lensa kontak. Namun, ada kemungkinan juga terkena jamur ini di luar ruangan.
  • Parasit. Suatu organisme yang disebut Acanthamoeba juga lebih umum pada pengguna lensa kontak. Parasit ini hidup di luar ruangan dan dapat terkena ketika berenang di danau, berjalan di perhutanan, atau terkena air yang terinfeksi pada lensa kontak. Jenis infeksi ini disebut Acanthamoeba keratitis.
  • Virus. Keratitis virus terutama disebabkan oleh virus herpes simpleks, yang berkembang dari konjungtivitis menjadi peradangan pada kornea.

2. Keratitis tidak menular

Beberapa kebiasaan dan kondisi kemungkinan menjadi penyebab keratitis tidak menular, berikut di antaranya:

  • Cedera pada mata (mata tergores).
  • Memakai lensa kontak saat berenang ataupun saat tidur.
  • Terlalu lama memakai lensa kontak.
  • Berada di iklim yang hangat dapat meningkatkan risiko kerusakan kornea.
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah.
  • Sering terpapar sinar matahari (foto keratitis).

Baca Juga: 9 Jenis Sakit Mata pada Anak dan Cara Mengatasinya yang Ampuh

Diagnosis Keratitis

Guna mendiagnosis peradangan pada kornea, awalnya dokter akan bertanya tentang gejala dan kapan kondisi ini mulai terjadi. Pasien mungkin juga membutuhkan salah satu tes berikut ini:

1. Tes ketajaman visual

Dokter akan memeriksa gerakan mata dan meminta pasien membaca grafik mata. Bagan ini akan membantu dokter memeriksa seberapa baik pasien melihat pada jarak yang berbeda.

2. Slit lamp exam (pemeriksaan celah lampu)

Selama pemeriksaan ini, dokter akan menyinari mata pasien untuk memeriksa peradangan. Pasien mungkin membutuhkan obat tetes mata untuk melebarkan pupil. Cara ini memudahkan dokter untuk melihat dengan baik dari bagian dalam mata.

3. Tonometri

Tonometri adalah tes untuk mengukur tekanan mata. Mata pasien akan mengalami mati rasa setelah menggunakan obat tetes mata, sementara dokter akan menyentuh mata dengan alat. Dokter juga akan mengembuskan udara ke mata dan tekanan diukur dengan cahaya.

4. Biopsi

Biopsi adalah pengambilan sedikit sampel dari kornea mata. Dokter mungkin akan mengirim sampel kornea pasien ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Langkah ini akan membantu dokter merencanakan perawatan terbaik untuk kondisi mata pasien.

Pengobatan Keratitis

Perawatan peradangan pada kornea tergantung pada penyebabnya. Jika mengalami infeksi, pasien perlu minum obat resep. Dokter mungkin akan meresepkan obat tetes mata, obat oral, atau keduanya. Obat-obatan ini di antaranya:

  • Biocides untuk infeksi parasit.
  • Antibiotik untuk infeksi bakteri.
  • Antijamur untuk infeksi jamur.
  • Antivirus untuk infeksi virus.
  • Transplantasi kornea apabila obat-obatan tidak efektif atau kornea rusak berat. Kornea dari donor dimasukkan ke mata untuk menggantikan kornea yang rusak.

Tetapi tidak semua bentuk infeksi keratitis merespons terhadap pengobatan dengan cara yang sama. Acanthamoeba keratitis terkadang bisa resisten terhadap antibiotik, jadi dokter perlu melihat mata pasien kembali jika infeksi tidak kunjung sembuh.

Obat antivirus mungkin tidak sepenuhnya mampu menghilangkan virus yang menyebabkan peradangan kornea. Pasien harus waspada terhadap kekambuhan infeksi.

Penyakit kornea yang tidak menular tidak membutuhkan obat. Pasien hanya perlu resep jika kondisi mata memburuk dan berkembang menjadi infeksi. Menggunakan kacamata ultraviolet dapat membantu melindungi area yang terkena dan membantu proses penyembuhan.

Komplikasi Keratitis

Apabila penanganannya terlambat atau tidak benar kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi, meliputi:

  • Peradangan dan jaringan parut kornea kronis.
  • Infeksi virus kronis atau berulang pada kornea.
  • Luka terbuka pada kornea (ulkus kornea).
  • Pengurangan sementara atau permanen dalam penglihatan.
  • Kebutaan.

Baca Juga: Ulkus Kornea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Pencegahan Keratitis

Meskipun penyakit keratitis bisa terjadi pada siapa pun, namun ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah terjadinya peradangan pada kornea. Ini terutama bagi Anda yang memakai lensa kontak. Berikut ini pencegahannya:

  • Melepaskan lensa kontak sebelum berenang.
  • Pastikan tidak memakai lensa kontak saat tidur.
  • Pastikan memegang lensa kontak dengan tangan bersih.
  • Menggunakan jenis cairan pembersih mata yang tepat, jangan pernah menggunakan air atau larutan encer.
  • Ganti lensa kontak secara teratur sesuai anjuran dokter.

Mencegah infeksi virus juga bisa membantu mengurangi risiko penyakit peradangan pada kornea. Pastikan juga mencuci tangan dengan seksama sebelum menyentuh mata, terutama jika merasa terkena virus.

 

  1. Anonim. 2022. Keratitis. https://www.drugs.com/cg/keratitis.html. (Diakses pada 22 Agustus 2012)
  2. Anonim. Keratitis. 2020. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/keratitis/symptoms-causes/syc-20374110. (Diakses pada 12 Juni 2019)
  3. Cherney, Kristeen . 2017. What Is Keratitis. https://www.healthline.com/health/keratitis. (Diakses pada 12 Juni 2019)
  4. Sissons, Claire. 2022. What is keratitis?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/320347. (Diakses pada 22 Agustus 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi