Terbit: 4 December 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Hipoalbuminemia adalah kondisi ketika kadar albumin dalam darah berada di bawah batas normal. Albumin sendiri adalah protein yang dibuat oleh organ hati dan merupakan komponen penting dalam plasma darah. Simak gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.

Hipoalbuminemia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Hipoalbuminemia?

Ini adalah keadaan di mana darah mengalami defisit albumin. Keadaan ini lebih sering terlihat pada mereka yang berusia lanjut. Tergantung pada usia, pada umumnya tubuh membutuhkan antara 3,5 sampai 5,9 gram per desiliter (g/dL).

Tanpa albumin yang cukup, tubuh tidak dapat mencegah kebocoran cairan dari pembuluh darah. Kekurangan albumin juga dapat mempersulit perpindahan zat penting ke seluruh tubuh. Beberapa dari zat ini digunakan untuk proses penting agar cairan tubuh tetap terkendali.

Gejala Hipoalbuminemia

Meski albumin digunakan di seluruh tubuh, gejalanya tidak langsung bisa terlihat. Beberapa gejala umum bisa terjadi, antara lain:

  • Edema (penumpukan cairan) di kaki atau wajah.
  • Kulit lebih kasar atau lebih kering dari biasanya.
  • Rambut menipis.
  • Penyakit kuning (kulit tampak kuning).
  • Kesulitan bernafas.
  • Kelelahan.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Kenaikan berat badan yang tidak normal.
  • Nafsu makan menurun.
  • Diare.
  • Mual.
  • Muntah.

Pada dasarnya, gejala tergantung pada apa yang menyebabkan kondisi. Misalnya, jika keadaan ini disebabkan oleh pola makan yang buruk, gejala dapat berkembang secara bertahap seiring waktu. Jika menurunnya albumin ini disebabkan oleh luka bakar yang serius, Anda mungkin langsung merasakan beberapa gejala.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Segera dapatkan penanganan medis jika Anda mulai merasa lelah atau kesulitan bernapas tanpa peringatan. Jika Anda memperhatikan bahwa anak Anda tidak tumbuh pada tingkat yang normal sesuai dengan usianya, konsultasi dengan dokter anak diperlukan untuk menanyakan perlukah melakukan tes kadar albumin.

Penyebab Hipoalbuminemia

Keadaan ini sering kali disebabkan oleh peradangan yang terjadi di seluruh tubuh, seperti ketika Anda mengalami sepsis atau baru saja menjalani operasi. Selain itu, peradangan juga bisa berasal dari intervensi medis, seperti penggunaan ventilator atau mesin bypass. Keadaan ini disebut kebocoran kapiler atau third spacing.

Hipoalbuminemia adalah keadaan yang biasanya terjadi bersamaan dengan terbatasnya asupan protein atau kalori dalam makanan. Penyebab umum lainnya, antara lain:

  • Luka bakar yang serius.
  • Kekurangan vitamin.
  • Malnutrisi dan asupan makanan yang tidak seimbang.
  • Tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik.
  • Menerima cairan intravena (IV) saat Anda berada di rumah sakit setelah operasi.

Faktor Risiko Hipoalbuminemia

Selain beberapa penyebab seperti di atas, terdapat beberapa hal yang juga bisa menyebabkan kadar albumin dalam tubuh berkurang, antara lain:

  • Diabetes.
  • Hipertiroidisme.
  • Kondisi jantung.
  • Lupus.
  • Sirosis.
  • Sindrom nefrotik.

Kadar albumin di bawah normal juga dianggap sebagai faktor risiko untuk beberapa kondisi. Mengembangkannya saat Anda memiliki kondisi mendasar tertentu, seperti penyakit paru obstruktif kronik, dapat membuat Anda berisiko mengalami komplikasi tambahan.

Hipoalbuminemia adalah masalah umum pada orang dengan kondisi medis akut dan kronis. Pada saat masuk rumah sakit, 20% pasien mengalami penurunan kadar albumin. Namun sebagian besar kondisi disebabkan oleh respons inflamasi akut dan kronis.

Kadar serum albumin merupakan indikator prognostik penting. Kadar albumin yang lebih rendah berkorelasi dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas.

 

Diagnosis Hipoalbuminemia

Kadar albumin dalam tubuh akan terlihat saat Anda menjalani tes darah lengkap. Tes yang paling umum dilakukan untuk mengukur albumin adalah tes serum albumin.

Selain itu, dokter juga dapat mengukur berapa banyak albumin yang Anda keluarkan dalam urine. Tes ini disebut tes mikroalbuminuria atau sering juga disebut albumin-to-creatinine (ACR) test. Jika Anda mengeluarkan terlalu banyak albumin dalam urine, ginjal Anda mungkin rusak. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan albumin bocor ke urine.

Sedangkan tes darah C-reactive protein (CRP) sangat berguna untuk mendiagnosis albumin dalam darah. Tes CRP dapat memberi tahu dokter seberapa banyak peradangan yang terjadi pada tubuh. Peradangan adalah salah satu indikator terpenting dari keadaan ini.

Tes pencitraan seperti USG perut atau ekokardiografi mungkin dibutuhkan untuk mendeteksi kemungkinan sirosis atau gagal jantung. Foto rontgen juga dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab peradangan.

Pengobatan Hipoalbuminemia

Perawatan yang dilakukan pada dasarnya tergantung pada kondisi yang mendasari. Dokter mungkin menyarankan Anda untuk mengubah diet jika kekurangan nutrisi yang menjadi penyebabnya. Makanan dengan banyak protein, termasuk kacang-kacangan, telur, dan produk susu, semuanya adalah pilihan yang baik untuk meningkatkan kadar albumin.

Jika Anda sering mengonsumsi minuman beralkohol, dokter mungkin menyarankan agar Anda minum lebih sedikit atau berhenti untuk meminumnya. Minum alkohol dapat menurunkan kadar protein darah dan memperburuk gejala.

Apabila keadaan ini terkait dengan kondisi ginjal, obat tekanan darah dapat membantu mengeluarkan albumin melalui urine. Obat-obat yang bisa mengurangi gejala seperti captopril dan benazepril.

Selain itu, obat yang digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh juga dapat membantu mencegah peradangan yang bisa menurunkan kadar albumin. Dokter mungkin merekomendasikan obat atau suntikan kortikosteroid.

Komplikasi Hipoalbuminemia

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi akibat kadar albumin dalam darah di bawah normal, antara lain:

  • Radang paru-paru.
  • Efusi pleura, penumpukan cairan di sekitar paru-paru.
  • Asites, cairan menumpuk di area perut.
  • Atrofi, melemahnya otot secara signifikan.

Perlu Anda ketahui, albumin mengangkut berbagai zat, termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormon, dan obat-obatan eksogen. Salah satu konsekuensi dari keadaan ini adalah obat yang biasanya terikat protein bebas dalam plasma—terjadi peningkatan kadar obat, metabolisme hati lebih cepat, atau keduanya.

Jika tidak diobati, keadaan ini dapat menyebabkan komplikasi serius. Kondisi apa pun yang menyebabkan kadar albumin turun perlu ditangani sesegera mungkin untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.

 

  1. Jewell, Tim. 2018. What Is Hypoalbuminemia and How Is It Treated?. https://www.healthline.com/health/hypoalbuminemia#outlook. (Diakses pada 4 Desember 2020).
  2. Peralta, Ruben. 2020. Hypoalbuminemia. https://emedicine.medscape.com/article/166724-overview. (Diakses pada 4 Desember 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi