Terbit: 21 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Hiperkoagulopati atau juga disebut hiperkoagulasi, adalah penggumpalan atau pembekuan darah yang berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan kematian. Ketahui selengkapnya mulai dari definisi, gejala, penyebab, hingga pencegahannya di bawah ini!

Hiperkoagulopati: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

Apa Itu Hiperkoagulopati?

Hiperkoagulopati adalah suatu kondisi yang menyebabkan darah lebih mudah menggumpal dari biasanya. Bekuan darah kemudian dapat melakukan perjalanan melalui tubuh di dalam darah. Kondisi ini bisa sangat berbahaya bagi kesehatan.

Penggumpalan darah berlebihan bisa terbentuk di dalam pembuluh darah atau berjalan ke arteri atau vena di otak, jantung, ginjal, paru-paru, dan anggota badan. Kondisi ini pada gilirannya dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, kerusakan pada organ tubuh, atau bahkan kematian.

Tanda dan Gejala Hiperkoagulopati

Gejala hiperkoagulopati bergantung di mana gumpalan darah terbentuk dan melakukan perjalanan ke mana di bagian tubuh. Gumpalan darah dapat melakukan perjalanan ke banyak bagian tubuh, termasuk jantung, paru-paru, otak, kaki, dan ginjal.

1. Jantung dan paru-paru

Bekuan darah di jantung atau paru-paru dapat menyebabkan serangan jantung atau emboli paru. Gejalanya meliputi:

  • Sakit dada.
  • Sesak napas.
  • Ketidaknyamanan di tubuh bagian atas, termasuk dada, punggung, leher, atau lengan.

2. Otak

Pembekuan darah di otak dapat menyebabkan stroke, berikut ini gejalanya:

  • Sakit kepala.
  • Pusing.
  • Perubahan cara berbicara.
  • Kelumpuhan pada satu atau kedua sisi tubuh.

3. Ginjal

Bekuan darah di vena ke salah satu ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal. Berikut ini gejalanya:

  • Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya.
  • Bekuan darah di paru-paru.
  • Nyeri punggung bawah.
  • Darah dalam urine.

4. Tubuh bagian bawah

Pembekuan darah di tubuh bagian bawah menyebabkan trombosis vena dalam (bekuan darah jauh di dalam kaki) atau penyakit arteri perifer (ketika arteri menjadi sempit). Gejala yang mungkin terjadi di kaki, termasuk:

  • Rasa sakit.
  • Kemerahan pada tungkai kaki.
  • Kehangatan.
  • Pembengkakan.

Baca Juga: 7 Tanda Terjadi Penggumpalan Darah di Tubuh, Waspadai!

Penyebab Hiperkoagulopati

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pembekuan darah yang berlebihan termasuk penyakit dan kondisi tertentu, mutasi genetik, dan obat-obatan. Pembekuan darah berlebihan juga dapat disebabkan oleh gen yang diwariskan dari orang tua kepada anak.

Kondisi atau faktor risiko tertentu dapat membuat darah menggumpal secara berlebihan. Berikut ini  di antaranya:

  • Duduk di pesawat atau di dalam mobil dalam waktu yang lama.
  • Bed rest terlalu lama (beberapa hari atau minggu), misalnya setelah operasi atau selama tinggal di rumah sakit dalam waktu yang lama.
  • Operasi, yang dapat memperlambat aliran darah.
  • Kanker, beberapa jenis kanker dapat meningkatkan protein yang membekukan darah.
  • Kehamilan, yang meningkatkan tekanan di panggul dan kaki dan dapat membuat gumpalan darah terbentuk.
  • Menggunakan pil KB atau menerima terapi penggantian hormon yang dapat memperlambat aliran darah.
  • Merokok.

Selain kondisi tersebut, seseorang mungkin berisiko mengalami hiperkoagulopati memiliki faktor berikut:

  • Memiliki keluarga yang mengalami pembekuan darah tidak normal atau berlebihan.
  • Memiliki gumpalan abnormal di usia muda.
  • Mengalami pembekuan darah saat hamil, menggunakan pil KB, atau sedang dirawat dengan terapi penggantian hormon.
  • Pernah mengalami beberapa kali keguguran.

Baca Juga: Pembekuan Darah: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Diagnosis Hiperkoagulopati

Dokter dapat menggunakan banyak modalitas untuk mendiagnosis pembekuan darah pasien. Awalnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan tentang riwayat medis pasien, terutama jika pernah mengalami pembekuan darah, keguguran, atau jika minum obat apa pun.

Beri tahu juga kepada dokter jika Anda memiliki anggota keluarga yang mengalami pembekuan darah.

Pasien mungkin memerlukan tes darah  (termasuk tes D-dimer) untuk memeriksa kadar sel darah, kadar protein darah, dan seberapa baik pembekuan darah. Protein darah dapat membantu mengontrol bagaimana darah membeku.

Tes darah dapat membantu diagnosis jika pasien memiliki kondisi lain, seperti Faktor V Leiden, merupakan gangguan pembekuan darah yang diturunkan karena mutasi protein faktor V darah, yang menyebabkan hiperkoagulasi.

Tes pencitraan juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis hiperkoagulopati, termasuk:

  • USG (ultrasonografi).
  • Rontgen vena (venografi) atau pembuluh darah (angiografi) yang diambil setelah pasien mendapatkan suntikan pewarna khusus. Pewarna muncul di x-ray dan memungkinkan dokter melihat bagaimana darah mengalir.
  • CT Scan  (computerized tomography scan).

Pengobatan Hiperkoagulopati

Perawatannya bertujuan untuk mencegah pembentukan bekuan darah. Perawatan tergantung pada penyebab hiperkoagulasi. Kondisi medis seperti diabetes atau penyakit jantung mungkin perlu diobati.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan pembekuan darah dapat dihentikan atau diganti dengan yang lain. Anda mungkin memerlukan salah satu dari obat-obatan berikut ini:

  • Obat pengencer darah, seperti heparin atau warfarin, yang membantu menghentikan pembentukan gumpalan darah.
  • Antiplatelet, seperti aspirin atau clopidogrel, yang mencegah trombosit saling menempel dan membentuk gumpalan darah.
  • Penghilang bekuan darah, merupakan obat yang diberikan dalam keadaan darurat untuk memecah gumpalan darah. Obat-obatan ini sering kali diberikan untuk mengobati trombosis vena dalam, stroke, emboli paru, atau serangan jantung.

Baca Juga: Waspada Penggumpalan Darah di Kaki saat Hamil

Cara Mencegah Hiperkoagulopati

Tidak ada yang bisa lakukan untuk mencegah hiperkoagulasi jika itu diturunkan dari keluarga. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jika tidak diwariskan.

Berikut ini langkah-langkah untuk mencegah hiperkoagulopati:

  • Berhenti merokok.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat.
  • Mengonsumsi berbagai makanan sehat.
  • Minum banyak cairan yang dapat membantu mencegah dehidrasi.
  • Menghindari obat-obatan yang mengandung hormon estrogen wanita (seperti pil KB).
  • Tetap aktif selama perjalanan jauh. Jika bepergian dengan mobil, sebaiknya sesering mungkin untuk istirahat, misalnya keluar dan berjalan-jalan. Jika bepergian dengan pesawat, berjalanlah menyusuri lorong setiap jam. Kegiatan ini akan membuat darah tetap mengalir.
  • Menggunakan stoking elastis ketat yang menekan bagian bawah kaki untuk meningkatkan sirkulasi. Ini membantu menjaga pembekuan darah agar tidak terbentuk.
  • Pengobatan kondisi medis yang dapat menyebabkan pembekuan berlebihan, seperti diabetes.

Hiperkoagulopati dan COVID-19

Pasien COVID-19 yang berat dapat berkembang menjadi koagulopati menurut kriteria untuk koagulopati intravaskular diseminata (DIC) dengan aktivasi fulminan koagulasi.

Hiperinflamasi sistemik dan cedera endotel diduga menjadi mekanisme koagulopati pada COVID-19. Koagulopati dapat menyebabkan hiperkoagulasi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi trombosis dan tromboemboli vena maupun arteri.

Hasil penelitian yang dilakukan di Wuhan, China menemukan bahwa disfungsi organ dan koagulopati terkait dengan kematian yang tinggi pada pasien COVID-19, masing-masing 11,0% dan 14,6%.

 

  1. Anonim. 2019. Blood Clotting Disorders (Hypercoagulable States). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16788-blood-clotting-disorders-hypercoagulable-states (Diakses pada 21 Februari 2022)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. What Is Excessive Blood Clotting (Hypercoagulation)?. https://www.heart.org/en/health-topics/venous-thromboembolism/what-is-excessive-blood-clotting-hypercoagulation (Diakses pada 21 Februari 2022)
  3. Anonim. 2020. Hypercoagulation. https://familydoctor.org/condition/hypercoagulation/ (Diakses pada 21 Februari 2022)
  4. Anonim. 2022. Hypercoagulation. https://www.drugs.com/cg/hypercoagulation.html#risks (Diakses pada 21 Februari 2022)
  5. Fitriani dan Dian M. 2021. Hiperinflamasi sistemik dan cedera endotel diduga menjadi mekanisme koagulopati pada COVID-19.Hubungan Kejadian Koagulopati dengan Outcome Pasien Covid-19 Terkonfirmasi Derajat Berat-Kritis yang Dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/47607 (Diakses pada 21 Februari 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi