Terbit: 17 January 2020 | Diperbarui: 28 September 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Alat kelamin pria yakni penis tak lepas dari sejumlah ancaman masalah kesehatan, salah satunya adalah fimosis. Lantas, apa itu fimosis dan apakah kondisi ini berbahaya? Simak informasinya berikut ini!

Fimosis: Penyebab, Gejala, Cara Mengobati, dll

Apa Itu Fimosis?

Fimosis adalah suatu kondisi di mana kulit kulup penis pada anak-anak maupun pria dewasa yang belum disunat ‘menempel’ kepala penis. Sejatinya, fimosis merupakan kondisi yang wajar terjadi, khususnya saat masih bayi dan anak-anak. Seiring bertambahnya usia, kulup tersebut akan lepas secara otomatis sampai nanti sekitar umum 17 tahun terlepas seutuhnya.

Akan tetapi, ada kondisi di mana kulup yang sudah terlepas kembali menempel pada kepala penis. Selain itu, beberapa anak juga mengalami peradangan setelah kulup lepas. Kondisi ini dalam dunia medis disebut balanitis. Sementara fimosis yang masih berlangsung hingga dewasa berdampak pada timbulnya rasa nyeri hingga penurunan gairah seksual sehingga harus segera ditangani.

Penyebab Fimosis

Fimosis yang terjadi ketika baru lahir hingga berusia sekitar 3 tahun merupakan hal yang normal sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Anda pun tidak disarankan untuk menarik paksa kulup penis si kecil karena berisiko menyebabkan parafimosis, yakni kondisi ketika kulup penis tidak dapat kembali ke posisinya semula.

Penyakit Fimosis baru benar-benar menjadi masalah apabila gangguan medis yang satu ini dialami saat seseorang sudah memasuki usia dewasa (jika belum disunat). Jika ini sampai terjadi, maka hal tersebut merupakan suatu abnormalitas yang harus segera ditangani.

Penyebab fimosis ketika seseorang sudah beranjak dewasa antara lain:

  • Peradangan pada kepala penis (balanitis)
  • Infeksi kulup penis
  • Infeksi saluran kemih
  • Trauma pada kulup penis
  • Infeksi menular seksual

Sejumlah penyakit kulit lainnya juga ditengarai menjadi penyebab fimosis pada orang dewasa adalah:

  • Dermatitis atopik
  • Psoriasis
  • Lichen planus
  • Lichen sclerosus

Ciri dan Gejala Fimosis

Berikut ini adalah ciri atau gejala penyakit fimosis yang perlu Anda ketahui dan waspadai:

  • Kulup penis tidak dapat ditarik ke belakang
  • Area kepala penis terasa perih
  • Nyeri pada penis
  • Kulup terasa gatal
  • Penis berbau tidak sedap
  • Kulit kulup berwarna kemerahan
  • Penis mengalami pembengkakan
  • Sakit ketika buang air kecil
  • Penurunan gairah seksual

Kapan Sebaiknya Periksa ke Dokter?

Anda sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter manakala gangguan pada penis yang Anda alami ini sudah sampai menyebabkan terjadinya kondisi-kondisi seperti berikut:

  • Urine disertai darah
  • Muncul benjolan kecil yang berisi cairan
  • Panggul bagian bawah terasa sakit

Kondisi ini mungkin saja mengindikasikan adanya peradangan atau infeksi serius yang telah menjangkiti kulup dan area penis lainnya sehingga harus ditangani secara medis guna menyembuhkannya.

Diagnosis Fimosis

Guna memastikan penyebab sekaligus metode penanganan yang harus dilakukan, dokter mungkin akan melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan.

Berikut ini adalah tahapan diagnosis fimosis yang umum dilakukan.

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan pada pasien terkait dengan keluhan yang sedang dialami:

  • Sejak kapan kondisi ini berlangsung?
  • Apa saja gejala yang dirasakan?
  • Apakah pernah mengalami kondisi ini sebelumnya?
  • Apakah sudah aktif secara seksual?
  • Apa yang sudah dilakukan terkait urusan higienitas penis?

2. Pemeriksaan Fisik

Tahapan diagnosis selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Dalam hal ini, dokter akan memerhatikan kondisi fisik kulup dan area sekitar penis pasien guna mengetahui apakah ada sesuatu yang tidak normal.

Selain itu, dokter juga akan meminta pasien untuk berkemih. Sampel urine nantinya akan diuji di laboratorium untuk mengetahui apakah ada infeksi yang terjadi.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang—dalam hal ini tes gula darah—juga biasanya akan dilakukan oleh dokter pada pasien dengan keluhan kulup menempel pada kepala penis ini.

Ya, fimosis adalah salah satu faktor risiko penyakit diabetes tipe 2 (diabetes melitus) sehingga dokter juga perlu memastikan apakah kondisi ini sudah sampai pada tahap di mana pasien juga menderita penyakit resistensi insulin tersebut.

Penanganan Fimosis

Penanganan fimosis disesuaikan dengan kondisi kesehatan yang menjadi faktor pencetusnya.

Setelah dokter mengetahui apa penyebab terjadinya fimosis, metode pengobatan baru dapat ditentukan. Beberapa contoh cara mengobati masalah kesehatan yang satu ini di antaranya:

  • Obat antibiotik
  • Salep antijamur
  • Retraksi kulup (jika fimosis bukan disebabkan infeksi), umumnya dengan menggunakan salep mengandung steroid

Pada kasus yang sudah cukup serius, dokter bisa saja menempuh tindakan operasi untuk ‘membuang’ kulup penis. Pastikan Anda atau anak Anda mendapatkan penanganan medis yang tepat dan aman.

Pencegahan Fimosis

Melakukan sunat mungkin menjadi cara mencegah—atau setidaknya meminimalisir—fimosis. Kendati demikian, bagi anak-anak yang memang pasti mengalami fimosis, hal ini tentunya tidak perlu dirisaukan oleh para orang tua.

Alih-alih khawatir, yang justru harus diperhatikan adalah bagaimana merawat penis agar selalu bersih sehingga kemungkinan untuk mengalami fimosis di kemudian hari menjadi kecil. Ini juga berlaku untuk pria dewasa yang memang tidak disunat.

Berikut adalah tips atau cara merawat penis yang belum atau tidak disunat sebagai langkah antisipasi kehadiran fimosis:

  • Membersihkan kulup dan kepala penis yang terbungkus di dalamnya dengan air hangat
  • Membersihkan kulup dan kepala penis dengan sabun non-parfum (agar tidak terjadi iritasi)
  • Hindari penggunaan bedak atau deodoran pada penis dan area di sekitarnya
  • Hindari menarik kulup secara paksa pada anak karena dapat berakibat parafimosis
  • Melakukan pemeriksaan medis apabila menemui kejanggalan pada penis

Lakukan cara-cara tersebut secara rutin dan konsisten agar risiko gangguan medis yang satu ini dapat benar-benar diminimalisir. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2 Penis Disorders: Phimosis and Paraphimosis. https://www.webmd.com/men/phimosis-paraphimosis#1 (Diakses pada 17 Januari 2020
  2. Barrell, A. 2017. What is Phimosis? https://www.medicalnewstoday.com/articles/319993.php (Diakses pada 17 Januari 2020)
  3. Roland, J. 2017. Everything You Should Know About Phimosis. https://www.healthline.com/health/mens-health/phimosis#vs-paraphimosis (Diakses pada 17 Januari 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi