Terbit: 12 August 2022 | Diperbarui: 19 August 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Epilepsi fotosensitif adalah epilepsi yang terjadi akibat kilatan cahaya serta pola terang dan gelap yang kontras. Kenali lebih jauh mengenai masalah kesehatan ini dalam ulasan berikut.

Epilepsi Fotosensitif: Gejala, Pemicu, dan Cara Mengatasinya

Mengenal Epilepsi Fotosensitif

Epilepsi adalah salah satu gangguan otak yang paling umum terjadi di dunia. Akibat lonjakan aktivitas listrik di otak, penderitanya dapat mengalami kejang-kejang.

Melansir WebMd, terdapat 1 dari 100 orang di Amerika menderita epilepsi. Sekitar 3 hingga 5 persen di antaranya menderita epilepsi fotosensitif atau photosensitive epilepsy.

Kondisi ini rentan menimpa anak-anak dan remaja karena kasusnya ditemukan hingga 5 persen. Sementara itu, sesorang yang berusia di atas 20 tahun jarang terdiagnosis epilepsi ini.

Selain itu, wanita lebih berisiko daripada pria. Namun, gejala kejang pada pria bisa lebih parah. Hal ini diperkirakan terjadi karena pria lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain video game.

Hal-hal yang Memicu Epilepsi Fotosensitif

Kejang epilepsi dapat mengganggu aktivitas, memengaruhi keselamatan, dan masih banyak lagi efek negatif lainnya.

Oleh karena itu, Anda perlu mengenali pola atau situasi yang dapat memicu terjadinya kejang-kejang.

Pada kasus epilepsi fotosensitif, pemicu kejadian kejang bisa sangat beragam. Namun, secara umum, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menimbulkan gejala kambuh:

  • Kilatan cahaya lampu.
  • Pola cerah dan kontras, misalnya pola putih dengan latar belakang hitam.
  • Cahaya putih berkedip, lalu dilanjutkan dengan kegelapan.
  • Gambar mencolok yang memengaruhi indra penglihatan.

Baca JugaCara Mengatasi Tremor di Usia Muda, dari yang Alami Hingga Medis

Beberapa contoh pemicu epilepsi ini, antara lain:

  • Lampu bioskop atau kelab malam.
  • Layar TV dan monitor.
  • Lampu yang berkedip pada mobil polisi, ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan alarm keselamatan.
  • Efek visual yang ada di dalam film, acara TV, atau video game.
  • Cahaya yang dilihat dari kipas yang bergerak.
  • Sinar matahari yang dilihat dari tirai miring.
  • Kamera dengan kilatan lampu dalam jumlah banyak.
  • Kembang api.
  • Sinar matahari yang dilihat melalui daun pohon.

Tak hanya itu, seseorang yang memiliki photosensitive epilepsy juga dapat mengalami kekambuhan gejala jika mengalami beberapa kondisi berikut:

  • Memainkan video game terus-menerus.
  • Kelelahan.
  • Mabuk.

Gejala Epilepsi Fotosensitif

Ada berbagai jenis tipe kejang yang dapat dialami penderita epilepsi. Pada epilepsi fotosensitif, kejang yang umumnya terjadi adalah kejang klonik tonik (grand mal seizure). Kejang tipe ini mulanya memengaruhi satu sisi otak, lalu menyebar hingga ke dua sisi otak.

Kejang dapat berlangsung hingga lebih dari 5 menit. Beberapa gejalanya berupa:

  • Kehilangan kesadaran. Pada kondisi ini, penderita bisa sampai jatuh ke tanah.
  • Kontraksi otot dan tubuh menegang.
  • Perubahan pada pola napas.
  • Berteriak.
  • Menggigit lidah dan bagian dalam pipi.
  • Anggota badan tersentak.
  • Kehilangan kontrol pada kandung kemih.

Setelah fase kejang berakhir, otot akan relaks. Penderita epilepsi pun dapat mengalami hal-hal berikut:

  • Bingung.
  • Merasa lelah.
  • Sakit kepala.
  • Merasa sakit.
  • Hilang ingatan dalam waktu singkat.

Waktu pemulihan setiap orang akan berbeda-beda. Sebagian orang mungkin akan langsung melanjutkan aktivitasnya, sedangkan sebagian lainnya membutuhkan waktu untuk rehat sejenak dari rutinitas.

Baca Juga8 Penyebab Kejang pada Anak yang Harus Diwaspadai Orang Tua

Cara Menangani Epilepsi Fotosensitif

Sebenarnya tidak ada obat khusus yang dapat menangani epilepsi fotosensitif. Namun, obat antiepilepsi (antiepileptic drugs/ AED) diketahui dapat mengurangi frekuensi kejang pada pasien.

Selain itu, pasien juga bisa menghindari rangsangan pemicu kejang untuk mencegah kekambuhan gejala. Jika tidak sengaja terkena pemicu, penderita dianjurkan menutup mata segera. Sebisa mungkin, jauhi sumber gangguan.

Kini Anda sudah mengetahui apa itu epilepsi fotosensitif. Umumnya gejala bisa mereda tanpa memerlukan batuan medis. Namun, jika ada penderita yang mengalami kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. What Is Epilepsy? https://www.epilepsy.com/what-is-epilepsy. (Diakses pada 11 Agustus 2022).
  2. Anonim. 2019. Photosensitive Epilepsy. https://epilepsysociety.org.uk/about-epilepsy/epileptic-seizures/seizure-triggers/photosensitive-epilepsy#. (Diakses pada 11 Agustus 2022).
  3. Hart, Tracy, & Santos-Longhurst, Adrienne. 2021. Everything You Need to Know About Tonic-Clonic Seizures. https://www.healthline.com/health/generalized-tonic-clonic-seizure. (Diakses pada 11 Agustus 2022).
  4. Marks, Hedy. 2020. Photosensitive Epilepsy. https://www.webmd.com/epilepsy/guide/photosensitive-epilepsy-symptoms-causes-treatment. (Diakses pada 11 Agustus 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi