Terbit: 18 July 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Enuresis adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat mengendalikan keluarnya urine. Kondisi yang memiliki sebutan populer ini adalah sesuatu wajar terjadi pada anak. Namun orang tua harus lebih waspada apabila anak masih mengompol setelah melewati usia 7 tahun. Simak penjelasan mengenai penyebab hingga cara mengatasinya di bawah ini.

Enuresis: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengobati

Apa itu Enuresis?

Enuresis adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan keluarnya urine. Kondisi ini lebih dikenal luas dengan istilah mengompol. Setiap orang bisa saja mengalami kondisi ini, tapi yang paling umum mengalami ngompol adalah anak-anak.

Mengompol di malam hari ketika tidur disebut dengan nocturnal enuresis, sedangkan mengompol di siang hari disebut dengan diurnal enuresis. Anak-anak dapat mengalami salah satu atau kedua jenis ini.

Apabila anak usia di bawah 5 tahun mengompol, maka tidak akan didiagnosis sebagai enuresis. Kondisi ini biasanya jarang bertahan hingga seseorang dewasa.

Meskipun begitu, kondisi ini dapat terjadi pada orang dewasa dan terkait dengan kondisi medis tertentu.

Gejala Enuresis

Kebanyakan anak sudah mulai dapat menggunakan toilet di usia 5 tahun, namun tentunya ini bukan merupakan ukuran usia yang pasti. Sebagian anak dapat belajar lebih cepat dan sebagian lainnya juga bisa saja masih mengompol hingga usia 7 tahun atau lebih.

Gejala enuresis meliputi:

  • Mengompol berulang kali.
  • Mengompol ketika masih berpakaian.
  • Mengompol paling tidak dua kali seminggu selama kurang lebih tiga bulan.

Kapan Harus ke Dokter?

Mengompol bisa jadi merupakan bentuk dari kebiasaan, tapi kondisi ini juga bisa didasari kondisi medis tertentu yang membutuhkan perhatian khusus. Segera konsultasikan ke dokter apabila anak memiliki kondisi seperti:

  • Masih mengompol setelah usia 7 tahun.
  • Kembali mengompol saat tidur padahal sudah tidak pernah mengompol selama beberapa bulan ke belakang.
  • Mengompol disertai dengan gejala lain seperti sakit ketika buang air kecil, mudah haus, perubahan warna urine menjadi merah atau merah muda, tinja keras, atau mendengkur.

Baca Juga: Inkontinensia Urine: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Penyebab Enuresis pada Anak

Gangguan enuresis pada anak dapat disebabkan oleh banyak faktor. Berikut adalah berbagai penyebab mengompol pada anak yang umum ditemui:

  • Kandung kemih kecil. Ukuran kandung kemih kecil sehingga tidak dapat menahan produksi urine di malam hari.
  • Ketidakmampuan mengenali kandung kemih penuh. Apabila saraf yang bertugas mengontrol kandung kemih lambat perkembangannya, kandung kemih yang penuh tidak dapat membangunkan anak dari tidurnya, terutama jika tidurnya nyenyak.
  • Infeksi saluran kemih. Infeksi pada saluran kemih dapat membuat anak kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Gejala infeksi saluran kemih dapat meliputi mengompol di malam atau siang hari, sering buang air kecil, urine berwarna merah atau merah muda, rasa sakit ketika buang air kecil.
  • Ketidakseimbangan hormon. Beberapa anak tidak menghasilkan ADH (anti-diuretic hormone) yang cukup sehingga tidak dapat memperlambat produksi urin di malam hari.
  • Sleep apnea. Biasanya enuresis adalah salah satu gejala dari obstructive sleep apnea, kondisi yang menyebabkan pernapasan anak terganggu selama tidur. Kondisi ini dapat disebabkan oleh peradangan amandel atau pembengkakan kelenjar gondok. Gejala lain yang mungkin mengindikasikan kondisi ini adalah seperti mengantuk di siang hari dan mendengkur.
  • Diabetes. Kondisi ini juga bisa mengindikasikan diabetes pada anak, terutama jika anak tidak memiliki kebiasaan mengompol sebelumnya. Gejala lain dari kondisi ini meliputi produksi urine meningkat, lebih cepat haus, kelelahan, penurunan berat badan meskipun pola makan tetap normal.
  • Masalah struktural pada saluran kemih atau sistem saraf. Mengompol dapat dikaitkan dengan gangguan pada sistem neurologis atau sistem kemih anak, namun kondisi ini relatif jarang terjadi.
  • Sembelit kronis. Otot untuk mengontrol pembuangan urine dan feses sama, jadi apabila sembelit terjadi untuk waktu yang lama maka dapat menyebabkan otot-otot ini menjadi tidak berfungsi sehingga dapat juga menyebabkan enuresis.

Penyebab Enuresis pada orang Dewasa

Penyebab pada orang dewasa pada dasarnya tidak berbeda jauh juga dengan anak. Berikut adalah beberapa penyebabnya:

  • Ginjal menghasilkan lebih banyak air kencing. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kurangnya hormon ADH atau karena ginjal tidak merespons hormon ini dengan baik. Kondisi ini dapat dipicu oleh diabetes insipidus.
  • Overactive bladder (OAB). Kondisi di mana kandung kemuh terlalu aktif. Penggunaan obat-obatan tertentu. Jenis obat yang dapat mengiritasi kandung kemih seperti Clozapine atau Risperidone dapat memicu enuresis.
  • Kondisi yang memengaruhi kemampuan tubuh menyimpan dan menahan urine. Kondisi yang dimaksud termasuk kanker kandung kemih, kanker prostat, penyakit otak dan tulang belakang seperti multiple sclerosis dan penyakit Parkinson.

Selain penyebab di atas, sama seperti pada mengompol pada anak, kondisi seperti diabetes, sleep apnea, sembelit, dan masalah pada struktur uretra juga bisa menjadi penyebabnya.

Baca Juga: Urine Berwarna Kuning setelah Minum Vitamin? Ini Sebabnya!

Faktor Risiko Enuresis

Enuresis adalah kondisi yang dapat terjadi pada siapa saja, namun kondisi ini dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa faktor risiko kondisi ini meliputi:

  • Stres dan kecemasan. Pengalaman baru yang mungkin menimbulkan stres seperti kelahiran adik, memulai sekolah baru, atau tidur di tempat asing biasanya dapat memicu anak mengompol.
  • Riwayat keluarga. Apabila satu atau kedua orang tua anak mengalami kondisi ini, anak tersebut juga memiliki risiko tinggi mengalami enuresis.
  • ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder). Enuresis sering terjadi pada anak-anak yang menderita kondisi ini.

Diagnosis Enuresis

Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk dapat membantu diagnosis dan mencari tahu kondisi yang menyebabkan enuresis. Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan untuk membantu diagnosis:

  • Wawancara medis. Dokter akan bertanya tentang asupan cairan, riwayat keluarga, kebiasaan buang air besar dan buang air kecil, dan masalah lainnya yang terkait dengan mengompol.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Tes urine untuk memeriksa tanda-tanda infeksi atau diabetes.
  • Rontgen atau tes pencitraan lain untuk memeriksa ginjal atau kandung kemih dan melihat struktur kandung kemih.

Selain pemeriksaan di atas, dokter juga mungkin akan menyarankan jenis tes saluran kemih lainnya yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Penanganan Enuresis

Beberapa kebiasaan mungkin dapat membantu mengatasi masalah anak mengompol. Langkah yang bisa Anda terapkan di rumah untuk mengatasi enuresis adalah:

  • Membatasi asupan cairan di malam hari. Anjurkan pada anak untuk minum lebih banyak di pagi hingga sore hari. Namun apabila anak melakukan aktivitas fisik tertentu di malam hari, sebaiknya jangan batasi asupan cairannya.
  • Menghindari konsumsi makanan atau minuman yang berkafein. Pada dasarnya kafein memang tidak dianjurkan untuk anak-anak, konsumsinya di malam hari juga berpotensi menstimulasi kandung kemih.
  • Menerapkan double voiding sebelum tidur. Double voiding mengacu pada menghabiskan waktu ekstra di toilet untuk mencoba mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
  • Mengawasi penggunaan toilet sepanjang hari. Sarankan pada anak untuk buang air kecil paling tidak dua jam sekali.

Apabila enuresis didasari oleh kondisi medis seperti sleep apnea atau konstipasi, maka pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut juga harus dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:

1. Alarm Mengompol

Alarm mengompol atau moisture alarm adalah perangkat yang digunakan untuk membantu Anda mengetahui kapan anak mengompol atau akan buang air kecil.

Alarm ini akan berbunyi ketika merasakan lembap atau basah. Seiring dengan berjalannya waktu, alarm akan menjadi lebih peka dan dapat mendeteksi ketika anak ingin buang air kecil sehingga mengompol dapat dicegah.

2. Obat-Obatan

Penggunaan obat-obatan biasanya digunakan sebagai pilihan terakhir untuk mengatasi enuresis. Jenis obat yang mungkin diresepkan adalah seperti:

  • Desmopressin. Obat ini dapat mengurangi produksi urine di malam hari.
  • Obat antikolinergik. Obat ini bekerja mengurangi kontraksi kandung kemih dan meningkatkan kapasitas kandung kemih.

 

  1. Anonim. 2017. Bed-wetting. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bed-wetting/symptoms-causes/syc-20366685. (Diakses 13 September 2019).
  2. Anonim. 2018. Enuresis in Children. https://www.webmd.com/mental-health/enuresis. (Diakses 13 September 2019).
  3. Anonim. 2019. Bed-Wetting in Adults. https://www.webmd.com/urinary-incontinence-oab/bed-wetting-in-adults. (Diakses 21 September 2019).
  4. Cafasso, Jacquelyn. 2019. What Causes Bedwetting?. https://www.healthline.com/health/bedwetting. (Diakses 13 September 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi