Terbit: 13 March 2020 | Diperbarui: 23 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Apa itu dismenore? Nyeri haid atau dismenore adalah nyeri atau kram di bagian bawah perut. Ini merupakan kondisi yang paling umum terjadi sebelum atau selama menstruasi. Bahkan banyak wanita mengalaminya secara rutin. Oleh karena itu, ada baiknya Anda mengenali gejala, penyebab, hingga pengobatannya.

Dismenore: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Jenis Dismenore

Ada dua jenis dismenore, yaitu:

1. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nama lain dari nyeri haid yang biasa terjadi. nyeri atau kram biasanya terjadi pada satu atau dua hari sebelum wanita mendapatkan menstruasi.

Nyeri biasanya terasa di perut bawah atau punggung, bisa nyeri ringan sampai nyeri berat. Kram menstruasi biasanya mulai sesaat sebelum atau pada awal haid dan terus berlanjut satu sampai tiga hari. Nyeri akan berkurang seiring bertambahnya usia wanita dan dapat berhenti sepenuhnya setelah memiliki bayi pertamanya.

2. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan ini di antaranya, adenomiosis, endometriosis, fibroid rahim, atau infeksi.

Nyeri haid jenis ini ini biasanya mulai lebih awal dalam siklus menstruasi dan berlangsung lebih lama dari kram menstruasi. Nyeri sering tidak disertai mual, muntah, kelelahan, atau diare.

Penyebab Dismenore

Dismenore disebabkan kontraksi otot di rahim. Jika kontraksi rahim terlalu kuat, kondisi ini dapat menekan pembuluh darah di dekatnya, menghambat pasokan oksigen ke jaringan otot rahim. Selama periode menstruasi, dinding uterus memproduksi hormon yang disebut prostaglandin. Hormon ini menyebabkan uterus berkontraksi dan sering kali menimbulkan rasa sakit.

Wanita dengan jumlah prostaglandin yang lebih dari normal dapat mengalami keram. Nyeri haid terjadi ketika bagian dari otot kehilangan pasokan oksigen selama beberapa waktu. Seiring berjalannya waktu, ketika kondisi hormon sudah mulai stabil, maka kram menstruasi ini akan berhenti.

Sementara penyebab dismenore sekunder adalah terdapat penyakit pada organ reproduksi wanita. Penyakit yang dapat menyebabkan dismenore sekunder di antaranya:

1. Endometriosis

Adalah kondisi medis yang menyakitkan ketika sel-sel dari lapisan rahim tumbuh di bagian lain dari tubuh, biasanya pada tuba falopi, ovarium, atau jaringan yang melapisi panggul.

2. Fibroid di Dalam Rahim

Fibroid adalah tumor non-kanker dapat menekan rahim atau menyebabkan menstruasi dan rasa sakit yang tidak biasa, meskipun kondisi ini sering tidak menimbulkan gejala.

3. Penyakit Radang Panggul

Pelvic inflammatory disease (PID) atau penyakit radang panggul adalah infeksi rahim, saluran tuba, atau indung telur yang sering disebabkan oleh bakteri menular seksual yang menjadi penyebab dismenore.

4. Adenomyosis

Adalah kondisi yang jarang terjadi di mana lapisan rahim tumbuh di dinding otot rahim, yang menyebabkan peradangan, tekanan, dan rasa sakit. Kondisi ini juga dapat menyebabkan menstruasi yang lebih lama atau lebih berat.

5. Stenosis Serviks

Penyebab dismenore selanjutnya adalah cervical stenosis atau stenosis serviks, merupakan kondisi yang juga jarang terjadi di mana serviks sangat kecil atau sempit sehingga dapat menghambat aliran menstruasi, menyebabkan peningkatan tekanan di dalam rahim yang mengakibatkan rasa sakit.

Faktor Risiko Dismenore

Setiap wanita dapat mengembangkan nyeri haid atau dismenore, namun berikut beberapa kebiasaan dan kondisi yang mungkin berisiko lebih tinggi:

  1. Wanita yang merokok
  2. Wanita yang minum alkohol selama periode (alkohol cenderung memperpanjang nyeri haid)
  3. Wanita yang kelebihan berat badan (obesitas)
  4. Wanita yang memulai haid sebelum usia 11 tahun
  5. Wanita yang belum pernah hamil

Gejala Dismenore

Gejala nyeri haid terbagi menjadi dua kategori, yakni gejala dismenore primer dan sekunder:

1. Dismenore Primer

Gejala dismenore primer di antaranya:

  • Nyeri haid segera setelah menarche atau haid pertama (?6 bulan)
  • Nyeri biasa selama 48-72 jam (sering dimulai beberapa jam sebelum atau setelah aliran menstruasi)
  • Kram atau nyeri persalinan
  • Latar belakang nyeri perut bagian bawah yang konstan, menjalar ke punggung atau paha
  • Temuan pemeriksaan pelvis yang tidak biasa (termasuk dubur)

2. Dismenore Sekunder

Berikut ini gejala dari dismenore sekunder:

  • Dimulai pada usia 20-an atau 30-an, setelah siklus sebelumnya yang relatif tidak menyakitkan
  • Aliran menstruasi yang berat atau perdarahan yang tidak teratur
  • Terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche
  • Kelainan panggul
  • Tidak merespons obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) atau kontrasepsi oral (OC)
  • Infertilitas
  • Dispareunia (nyeri vagina terus-menerus)
  • Keputihan

Diagnosis Dismenore

Guna mendiagnosis dismenore, dokter akan mengevaluasi riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik dan panggul dengan lengkap. Berikut beberapa tes lain yang mungkin dilakukan, termasuk:

1. Ultrasonografi (USG)

Tes ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menggambarkan organ internal.

2. Magnetic resonance imaging (MRI)

Tes MRI menggunakan magnet besar, frekuensi radio, dan komputer untuk membuat gambar secara rinci dari organ dan struktur di dalam tubuh.

3. Laparoskopi

Prosedur minor ini menggunakan laparoskop, adalah selang tipis yang disematkan lensa dan cahaya. Alat ini dimasukkan ke dalam sayatan di dinding perut. Laparoskop digunakan  untuk melihat ke daerah panggul dan perut, dan dokter biasanya dapat mendeteksi pertumbuhan yang abnormal.

4. Histeroskopi

Adalah pemeriksaan secara visual dari kanal serviks dan bagian dalam rahim. Dokter menggunakan hysteroscope (alat pengamat) yang dimasukkan melalui vagina.

Pengobatan Dismenore secara Alami

Cara mengatasi dismenore secara alami dengan melakukan perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan, di antaranya:

1. Olahraga Secara Teratur

Cara mengatasi dismenore yang pertama adalah melakukan aktivitas fisik, bahkan termasuk seks, untuk membantu meringankan kram menstruasi bagi sebagian wanita.

2. Menggunakan Suhu Panas

Cara mengatasi dismenore yang cukup mudah dengan berendam di air panas atau menggunakan bantal pemanas, botol air panas atau kain kompres panas di perut bagian bawah dapat meredakan kram.

3. Suplemen Makanan

Beberapa suplemen seperti vitamin E, asam lemak omega-3, vitamin B-1 (thiamin), vitamin B-6, dan suplemen magnesium dapat mengurangi nyeri haid.

4. Mengurangi Stres

Stres secara psikologis dapat meningkatkan risiko kram menstruasi dan keparahannya. Oleh karena itu, kurangi stres Anda untuk meredakannya.

Pengobatan Dismenore secara Medis

Jika cara mengatasi dismenore secara alami tidak efektif, untuk meredakan kram menstruasi dapat dilakukan sesuai anjuran dokter berikut ini:

1. Obat Penghilang Rasa Sakit

Penghilang rasa sakit yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau naproxen sodium, dengan dosis reguler yang dimulai sehari sebelum menstruasi mulai dapat membantu mengendalikan nyeri. Selain itu, obat antiinflamasi nonsteroid yang diresepkan juga tersedia.

Minumlah obat penghilang rasa sakit pada awal haid, atau segera setelah merasakan gejalanya, dan terus minum obat anjuran selama dua hingga tiga hari, atau sampai gejalanya hilang.

2. Pil KB

Pil KB mengandung hormon yang dapat mencegah ovulasi dan mengurangi keparahan kram. Hormon-hormon ini juga dapat digunakan dalam beberapa bentuk, seperti suntikan, tambalan kulit, implan yang ditempatkan di bawah kulit lengan, cincin fleksibel yang dimasukkan ke dalam vagina, atau intrauterine device (IUD).

3. Operasi

Jika nyeri haid disebabkan karena kelainan seperti endometriosis atau fibroid, operasi untuk memperbaiki masalah dapat membantu mengurangi gejala.

Operasi pengangkatan rahim juga bisa menjadi pilihan jika prosedur lain gagal meredakan gejala dan jika Anda tidak berencana untuk memiliki anak.

 

  1. Anonim. Dysmenorrhea. 2014. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4148-dysmenorrhea. (Diakses 19 November 2019)
  2. Anonim. Dysmenorrhea. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/dysmenorrhea. (Diakses 19 November 2019)
  3. Anonim. 2018. Menstrual cramps. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menstrual-cramps/diagnosis-treatment/drc-20374944. (Diakses 19 November 2019)
  4. Calis, Karim A. 2019. Dysmenorrhea. https://emedicine.medscape.com/article/253812-overview. (Diakses 19 November 2019)
  5. Martel dan Erica C. 2017. What Causes Painful Menstrual Periods and How Do I Treat Them?. https://www.healthline.com/health/painful-menstrual-periods#causes. (Diakses 19 November 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi