Terbit: 5 April 2023 | Diperbarui: 9 August 2023
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Buang air besar (BAB) berdarah adalah kondisi di mana feses mengandung darah. Darah yang muncul biasanya berwarna merah cerah, namun terkadang juga dapat berwarna gelap. Simak penjelasan mengenai penyebab hingga cara mengobatinya dalam ulasan berikut.

BAB Berdarah: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu BAB Berdarah?

BAB keluar berdarah tidak selalu mengindikasikan kondisi yang berbahaya. Warna darah biasanya menentukan di saluran pencernaan bagian mana pendarahan terjadi.

Berikut adalah warna darah yang mungkin muncul:

  • Darah berwarna merah cerah mengindikasikan adanya perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah seperti usus besar atau rektum.
  • Darah berwarna merah tua mengindikasikan adanya perdarahan di usus kecil atau bagian awal usus besar.
  • Kotoran berwarna hitam dapat mengindikasikan perdarahan di lambung atau bagian atas usus kecil (lambung atau kerongkongan).

Selain karena perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, terkadang konsumsi makanan tertentu juga dapat membuat feses berwarna hitam.

Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dan melihat pada gejala yang lain untuk memastikan penyebabnya.

Baca JugaSering Buang Air Besar Bisa Menurunkan Berat Badan, Benarkah?

Gejala BAB Berdarah

Buang air besar berdarah itu sendiri dapat disebut sebagai gejala penyakit. Kemunculan darah pada feses ini dapat juga dibarengi dengan gejala lainnya, bergantung pada kondisi yang mendasarinya.

Jika Anda mengalami BAB berdarah yang disebabkan oleh pendarahan pada saluran pencernaan bagian bawah (hematochezia), maka Anda dapat mengalami:

  • Perubahan frekuensi buang air besar.
  • Penurunan berat badan.
  • Demam.
  • Diare.
  • Sakit perut.

Sementara itu, jika Anda mengalami pendarahan pada saluran pencernaan bagian atas, maka Anda dapat mengalami BAB berdarah yang disertai dengan gejala, seperti:

  • Feses berwarna gelap, dengan tekstur lunak dan lengket.
  • Muntah darah atau berwarna seperti kopi.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, buang air besar berdarah umumnya mengindikasikan penyakit berbahaya. Namun, terdapat beberapa kondisi di mana Anda perlu waspada dan mungkin akan membutuhkan perawatan medis segera.

Segera konsultasi ke dokter apabila Anda juga mengalami gejala berikut ini:

  • Kulit dingin dan lembap.
  • Kebingungan.
  • Pendarahan yang terus-menerus.
  • Nyeri perut yang sangat hebat.
  • Napas cepat.
  • Pingsan.
  • Kelopak bawah mata tampak pucat.
  • Muntah bercampur darah.

Penyebab BAB Berdarah

Kenapa BAB keluar darah? Pada dasarnya, banyak kondisi yang dapat mendasarinya mulai dari kondisi medis ringan hingga serius. Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hal tersebut:

  • Wasir. Pembengkakan pembuluh darah yang ada di rektum atau anus. Kondisi ini dapat disertai dengan nyeri, gatal, dan tidak rajang pendarahan pada anus.
  • Fisura ani. Terjadi robekan pada lapisan anus yang menyebabkan nyeri saat buang air besar. Kondisi ini umumnya ditandai dengan ukuran feses yang besar dan keras.
  • Fistula ani. Terbentuk lubang atau kantung yang tidak normal di antara dua organ yang berdekatan bisa antara anus dan rektum atau anus dan kulit. Selain feses berdarah, ada juga cairan putih saat BAB.
  • Polip kolon. Tumbuh jaringan tidak normal yang bersifat jinak pada area rektum atau usus besar.
  • Kanker usus besar. Sekitar 48% penderita kanker usus besar mengalami BAB berdarah.
  • Inflammatory Bowel Disease (IBD). Penyakit autoimun ini dapat menyebabkan peradangan dan merusak usus.
  • Gastroenteritis. Sakit pada lambung dan usus yang disebabkan virus, bakteri, atau parasit dapat menyebabkan diare berdarah.
  • Angiodisplasia. Kelainan pembuluh darah pada saluran cerna ini dapat menyebabkan pembuluh darah rusak dan rapuh sehingga menyebabkan BAB berdarah.
  • Penyakit divetrikular. Terbentuknya kantung di usus bagian bawah dapat menyebabkan sakit perut dan feses yang mengandung darah.
  • Kolitis iskemik atau stroke usus. Aliran darah ke usus besar terhambat atau terputus. Kondisi ini ditandai dengan feses yang mengandung darah.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami pendarahan rektum, di antaranya:

  • Sirosis. Penyakit liver yang menyebabkan ukuran hati mengecil, dapat menimbulkan bendungan pembuluh darah dan perdarahan varises esofagus.
  • Konsumsi alkohol berlebihan. Perilaku ini dapat menyebabkan fatty liver dan sirosis, alkohol juga menyebabkan penipisan mukosa lambung yang dapat menyebabkan perdarahan lambung.
  • Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati.
  • Sembelit atau konstipasi. Kondisi ini dapat menyebabkan tinja keras kemudian menyebabkan luka di rektum atau wasir/hemoroid.
  • Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kolitis ulseratif dan penyakit Crohn memiliki risiko terkena kondisi yang sama.
  • Faktor usia. Seseorang dengan usia lebih tua memiliki potensi lebih tinggi mengalami perdarahan lambung.
  • Obat-obatan pengencer darah jangka panjang semisal aspirin dan warfarin dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna. Obat obat antinyeri NSAID semisal ibuprofen, piroxicam, meloxicam, diclofenac, dan kortikosteroid semisal dexamethasone, prednison, methylprednisolon juga dapat menimbulkan perdarahan lambung.

Diagnosis BAB Berdarah

Pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi ini dapat dimulai dengan anamnesis yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan tes lainnya jika dibutuhkan.

1. Anamnesis

Dokter akan bertanya tentang gejala yang Anda rasakan dan juga riwayat kesehatan Anda secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan:

  • Kapan pertama kali menyadari adanya pendarahan?
  • Gejala lain apa yang dialami?
  • Apa warna darah?

2. Pemeriksaan Fisik

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu melihat pada area yang mengalami pendarahan. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Esophagogastroduodenoscopy (EGD). Memasukkan selang yang dilengkapi kamera untuk melihat bagian lambung dan duodenum yang mengalami pendarahan. Saat ini juga bisa dilakukan biopsi atau pengambilan sampel jaringan.
  • Kolonoskopi. Memasukkan alat yang dilengkapi kamera melalui dubur untuk melihat bagian usus besar dan mencari sumber pendarahan.
  • Enteroskopi. Prosedur yang sama dengan EGD dan kolonoskopi dilakukan untuk melihat bagian usus halus.
  • Barium enema. Pemeriksaan ini melibatkan material kontras berupa barium untuk membuat foto saluran pencernaan yang diambil dengan sinar X menjadi lebih jelas.
  • Angiografi. Menyuntikkan pewarna khusus ke pembuluh darah untuk membuat pembuluh darah terlihat jelas ketika CT scan.
  • Laparotomi. Operasi dengan membuka bagian perut untuk melihat penyebab pendarahan.

3. Tes Lainnya

Dokter juga dapat menyarankan tes lainnya seperti tes darah lengkap atau complete blood count (CBC) untuk mengetahui seberapa banyak Anda kehilangan darah. Pemeriksaan seperti tes pencitraan hingga biopsi juga dapat disarankan apabila dokter mencurigai adanya penyakit yang lebih serius seperti kanker.

Pengobatan BAB Berdarah

Apa yang harus dilakukan jika BAB berdarah? Cara mengatasi tentunya harus disesuaikan dengan penyebabnya. Perawatan bisa dilakukan di rumah secara mandiri hingga penanganan medis.

Perawatan di Rumah

Beberapa penyebab kondisi ini seperti wasir dan fisura ani terkadang dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan perawatan medis. Perawatan di rumah dapat membantu untuk mengatasi gejala yang dialami.

Anda dapat mandi air hangat untuk meredakan ketidaknyamanan akibat wasir. Krim yang dijual bebas di apotek juga biasanya dapat membantu mengurangi iritasi.

Perawatan Medis

Berikut adalah beberapa cara yang mungkin dilakukan untuk mengatasi buang air besar berdarah:

  • Dokter dapat meresepkan obat pelunak feses untuk mengatasi sembelit dan membantu penyembuhan fisura ani.
  • Operasi untuk mengatasi wasir yang terus menerus menimbulkan perdarahan.
  • Dokter akan meresepkan obat antibiotik apabila kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri/amoeba.
  • Perawatan seperti pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker dan menurunkan risiko kanker untuk kambuh.
  • Endoskopi bila terjadi perdarahan varises esofagus.

Baca Juga10 Ciri-ciri Pencernaan Sehat dan Bekerja dengan Baik

Komplikasi BAB Berdarah

Jika terus terjadi dan tidak ditangani, kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi seperti:

  • Anemia.
  • Kanker yang menyebar (jika penyebabnya adalah kanker).
  • Infeksi yang menyebar.
  • Syok.
  • Ensefalopati (keracunan otak).

Pencegahan BAB Berdarah

Berikut adalah beberapa hal yang bisa diterapkan untuk menurunkan risiko terjadinya buang air besar berdarah, antara lain:

  • Konsumsi makanan berserat tinggi.
  • Olahraga secara teratur.
  • Menjaga kebersihan rektum.
  • Menjaga asupan cairan tubuh.
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol, mencegah terjadi diabetes melitus dan obesitas, karena dapat menyebabkan fatty liver dan sirosis.
  • Mengobati hepatitis B sampai tuntas.

Buang air besar berdarah memang tidak selalu mengindikasikan kondisi yang berbahaya, namun jika gejala yang dialami tidak kunjung sembuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera konsultasikan kondisi Anda ke dokter. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat.

 

  1. Anonim. 2020. Rectal Bleeding. https://www.mayoclinic.org/symptoms/rectal-bleeding/basics/definition/sym-20050740. (Diakses 16 September 2020).
  2. Anonim. 2022. Rectal Bleeding. https://medlineplus.gov/ency/article/007741.htm. (Diakses pada 21 Februari 2023).
  3. Anonim. 2020. What Causes Gastrointestinal Bleeding and How Serious is it Really? https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/gastrointestinal-bleeding-is-a-symptom-of-digestive-tract-disorder/. (Diakses pada 21  Februari 2023).
  4. Cruder, Catherine. 2022. Does Crohn’s Disease Cause Bleeding? https://www.healthline.com/health/crohns-disease/bleeding. (Diakses pada 21 Februari 2023).
  5. Dunkin, Mary Anne. 2023. Blood in Stool. https://www.webmd.com/digestive-disorders/blood-in-stool. (Diakses pada 21 Februari 2023).
  6. Gotter, Ana. 2018. What’s the Difference Between Hematochezia and Melena? https://www.healthline.com/health/hematochezia-vs-melena. (Diakses pada 21 Februari 2023).
  7. Healthgrades Editorial Staff. 2020. Rectal Bleeding. https://www.healthgrades.com/right-care/digestive-health/rectal-bleeding. (Diakses 21 Februari 2023).
  8. Saleh, Naveed. 2022. Possible Causes of Bloody Stool. https://www.verywellhealth.com/causes-of-bloody-stool-1124078. (Diakses pada 21 Februari 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi