Terbit: 5 January 2021
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Anemia pada bayi baru lahir mungkin terjadi akibat penghancuran sel darah merah berlebihan, kehilangan darah, atau gangguan pembentukan sel darah merah. Ketahui gejala anemia pada bayi, penyebab, dan cara mengatasinya di bawah ini.

Anemia pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Apa itu Anemia pada Bayi?

Anemia pada bayi adalah kondisi di mana bayi kekurangan jumlah sel darah merah dalam darah atau lebih rendah dari kondisi normal. Bayi baru lahir dikatakan anemia bila memiliki kadar hemoglobin (sel darah merah) kurang dari 13.5 g per dL. Fungsi hemoglobin ini sangat penting untuk mengalirkan oksigen ke sel-sel lain di dalam tubuh untuk bertahan hidup.

Kekurangan hemoglobin pada bayi dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti jika bayi lahir prematur, kerusakan sel darah merah, masalah produksi sel darah merah, kekurangan zat besi, atau bayi kehilangan banyak sel darah merah saat proses kelahiran. Anemia akan membuat bayi tampak pucat, rewel, lemah, sesak napas, dan tekanan darah rendah.

Anak-anak di bawah usia 5 tahun mungkin juga mengalami anemia pada satu tahap. Penyebab paling umum adalah kekurangan zat besi karena tidak mendapatkan nutrisi seimbang dari pola makan sehari-hari. Terkandung pada tingkat keparahannya, sebagian besar kasus anemia pada anak bisa diatasi dengan perubahan pola makan namun sebagiannya lagi membutuhkan perawatan lebih serius seperti dengan obat-obatan atau transfusi darah.

Gejala Anemia pada Bayi

Bayi dengan anemia ringan biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun, namun mohon perhatikan dan segera konsultasi ke dokter bila bayi Anda menunjukan tanda-tanda anemia sebagai berikut:

  • Kulit pucat
  • Pipi dan bibir pucat
  • Tangan dan kaki selalu dingin
  • Tidak napsu makan
  • Tidak berenergi
  • Napas cepat
  • Detak jantung lebih cepat
  • Lemah dan lelah

Sementara pada anak yang lebih besar, anak akan menunjukkan gejala anemia lainnya seperti:

  • Pusing.
  • Restless leg syndrome atau kaki tidak bisa diam.
  • Lebih sering tidur siang karena merasa cepat lelah dan tidak berenergi.
  • Lapisan kelopak mata dan kuku tampak pucat.
  • Sifat lekas marah.
  • Lidah sakit atau bengkak.
  • Pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.
  • Masalah perilaku.
  • Sering sakit atau mengalami infeksi.
  • Penyembuhan luka yang lebih lambat akibat jaringan tubuh yang buruk.

Anemia bisa menjadi tanda dari penyakit lain yang lebih serius. Bila bayi atau anak mengalami kerusakan sel darah merah ekstrim, maka akan mengalami gejala penyakit kuning.

Kapan Harus ke Dokter?

Orang tua harus sadar dan peduli pada perubahan anak secara fisik dan semua aspek karena kadang anak belum dapat berkomunikasi tentang apa yang dirasakannya. Segera konsultasi ke dokter apabila Anda mencurigai ciri-ciri anemia pada bayi Anda.

Selain itu, penting untuk melakukan kontrol kesehatan bayi secara rutin mulai dari kontrol kenaikan berat badan, kadar bilirubin (ciri penyakit kuning), imunisasi, cek pup bayi, cek kondisi fisik bayi untuk memeriksa kesehatan bayi secara keseluruhan.

Dokter akan memberi tahu Anda dan menjelaskan langkah selanjutnya bila bayi mungkin mengalami anemia atau indikasi lainnya.

Penyebab Anemia pada Bayi

Anemia pada bayi baru lahir dapat terjadi akibat beberapa faktor, termasuk:

1. Anemia Prematuritas (Bayi Lahir Prematur)

Bayi prematur atau bayi yang lahir lebih awal sebelum waktunya memiliki jumlah sel darah merah yang lebih rendah karena kurangnya pembentukan sel dalam merah di dalam rahim. Bayi prematur juga harus melakukan pengambilan darah berulang untuk kebutuhan laboratorium sehingga kadar darah merah mungkin berkurang.

Anemia pada bayi prematur biasanya tidak menunjukkan gejala dan kondisi ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan setelah sumsum tulang sudah bisa memproduksi sel darah merah baru dengan normal.

2. Tubuh Bayi Tidak Memproduksi Sel Darah Merah yang Cukup

Anemia fisiologis adalah istilah untuk jenis anemia pada bayi akibat tubuh bayi belum bisa memproduksi sel darah merah di beberapa bulan pertama awal kehidupannya. Tubuh bayi tumbuh dengan cepat namun tidak diimbangi dengan produksi sel darah merah yang mencukupi kebutuhan seluruh organ.

3. Bayi Kehilangan Banyak Darah

Bayi dengan kondisi tertentu harus melakukan tes darah berkali-kali untuk kebutuhan penelitian. Kondisi ini bisa membuat bayi kekurangan sel darah merah karena organ bayi juga belum bekerja secara maksimal untuk menggantikan sel darah merah yang hilang.

4. Tubuh Memecah Sel Darah Merah Lebih Cepat

Masalah ketidakcocokan Rh/ABO akan membuat tubuh terlalu cepat memecah sel darah merah, bisa menyebabkan bayi mengidap penyakit kuning (hiperbilirubinemia). Kondisi ini terjadi akibat golongan darah ibu dan bayi tidak cocok.

5. Faktor Genetik

Dalam beberapa kasus, bayi mengalami anemia karena kelainan genetik atau faktor bawaan lahir. Bayi mungkin mengalami infeksi tertentu dengan gejala anemia.

6. Penghancuran Sel Darah Merah

Penghancuran sel darah merah terjadi pada:

  • Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Sejumlah besar sel darah merah dihancurkan oleh antibodi yang diproduksi oleh ibu selama janin berada dalam kandungan.
  • Bayi yang menderita kelainan bentuk sel darah merah, misalnya sferositosis (sel darah merah berbentuk sferis).
  • Kelainan hemoglobin (protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah), misalnya penyakit sel sabit atau talasemia.
  • Infeksi selama bayi berada dalam kandungan (misalnya toksoplasmosis, campak Jerman, penyakit sitomegalovirus, herpes simpleks, atau sifilis).
  • Jika sel darah dihancurkan, hemoglobin diubah menjadi bilirubin. Kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah (hiperbilirubinemia) menyebabkan penyakit kuning (jaundice) dan pada kasus yang berat, bisa menyebabkan kerusakan otak (kern ikterus).

7. Kekurangan Zat Besi  (Anemia Defisiensi Besi)

Bayi usia 3-6 bulan yang minum susu formula atau susu sapi murni yang tidak diperkaya zat besi atau anak usia lebih besar yang tidak mendapatkan asupan zat besi dari makanan sehari-hari. Bayi dan anak tersebut bisa mengalami kekurangan zat besi dan memicu anemia kemudian.

Faktor Risiko Anemia pada Bayi

Berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan risiko anemia pada anak-anak:

  • Bayi lahir prematur.
  • Anak lahir dari keluarga dengan riwayat anemia.
  • Bayi minum susu sapi lebih awal dari yang direkomendasikan.
  • Anak kurang gizi dan nutrisi, terutama zat besi atau beberapa vitamin atau mineral.
  • Mengalami infeksi atau penyakit jangka panjang seperti penyakit ginjal atau liver.
  • Anak mengalami kecelakaan atau pendarahan yang membuatnya kehilangan banyak darah.
  • Balita usia 1-5 tahun yang minum susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai lebih dari 710 mililiter sehari.
  • Anak yang minum ASI namun tidak diberikan MPASI mengandung zat besi setelah usia 6 bulan.
  • Anak dengan obesitas.

Diagnosis Anemia pada Bayi

Dokter akan menganalisis gejala anemia pada anak lalu memastikannya dengan beberapa pemeriksaan, termasuk:

  • Hitung Darah Lengkap atau Complete Blood Count (CBC). Memeriksa kadar sel darah merah dan sel darah putih, trombosit (sel pembekuan darah), dan retikulosit (sel darah merah muda).
  • Skrining Hemoglobin dan Hematokrit. Skrining pertama untuk mengukur jumlah hemoglobin dalam darah.
  • Peripheral Smear (Apusan Tepi). Pengambilan sampel darah kecil yang kemudian diperiksa di laboratorium.

Dalam beberapa kasus, pemeriksaan lain dibutuhkan seperti aspirasi sumsum tulang, biopsi, atau tes lainnya sesuai dengan kebutuhan. Anemia juga dapat didiagnosis melalui USG prenatal dengan tanda-tanda anemia pada janin.

Jenis Anemia pada Bayi

Ada beberapa jenis anemia berdasarkan penyebabnya, termasuk:

  • Anemia Defisiensi Zat Besi. Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi adalah salah satu komponen pembentuk sel darah merah.
  • Anemia Megaloblastik. Kekurangan asam folat atau vitamin B12 yang juga komponen penting dalam produksi sel darah merah.
  • Anemia Hemolitik. Sel darah merah mudah hancur akibat infeksi atau penyakit tertentu sehingga menyebabkan anemia.
  • Anemia Sel Sabit. Kondisi bawaan karena produksi sel darah merah abnormal.
  • Anemia Cooley (Talasemia). Jenis anemia lain akibat sel darah merah abnormal.
  • Anemia Aplastik. Anemia akibat masalah pada sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah.

Cara Mengobati Anemia pada Bayi

Cara mengatasi anemia tergantung pada jenis, penyebab, dan tingkat keparahan anemia, serta usia dan kondisi kesehatan keseluruhan bayi Anda. Berikut ini beberapa jenis perawatan anemia secara umum:

  • Menggunakan suplemen zat besi.
  • Memberikan tetes atau pil vitamin dan mineral.
  • Obat-obatan sesuai dengan kondisi.
  • Transfusi sel induk.
  • Transfusi darah.
  • Perubahan pola makan anak.
  • Operasi untuk mengangkat limpa.

Penyedia layanan kesehatan akan memberi saran pengobatan terbaik sesuai dengan kebutuhan anak Anda. Di sisi lain, orang tua juga harus bekerja sama dengan dokter untuk mengobati penyakit anak hingga sembuh total.

Komplikasi yang Bisa Terjadi

Anemia pada bayi bisa membuat orang tua panik. Bayi baru lahir yang kehilangan banyak hemoglobin selama proses kelahiran akan lahir dengan wajah pucat, syok, dan detak jantung tidak teratur. Bayi juga mengalami sesak napas dan tekanan darah rendah yang mengkhawatirkan.

Apabila kerusakan sel darah merah terjadi sangat cepat, bayi memiliki risiko mengalami penyakit kuning. Bayi harus mendapat perawatan rumah sakit beberapa hari di rumah sakit untuk penanganan terbaik dan paling efektif.

Cara Mencegah Anemia pada Bayi

Anemia bawaan tidak dapat dicegah, namun beberapa jenis anemia lainnya dapat dicegah dengan beberapa cara sebagai berikut:

  • Beri bayi ASI. Bayi akan mendapat asupan zat besi yang cukup dari ASI.
  • Bila mengonsumsi susu formula, beri bayi susu formula yang diperkaya zat besi.
  • Jangan beri bayi susu sapi murni sampai usianya 1 tahun. Pasalnya, susu sapi murni tidak diperkaya zat besi yang cukup.
  • Beri anak Anda makanan kaya zat besi seperti kuning telur, tomat, kentang, dan lainnya. Pelajari jenis makanan kaya zat besi di sini.

Itulah pembahasan tentang penyebab anemia pada bayi baru lahir, gejala, dan cara mengatasinya. Segera hubungi dokter bila Anda melihat ada gejala anemia atau indikasi mengkhawatirkan lainnya pada bayi Anda. Semoga informasi ini bermanfaat.

 

  1. Anonim. 2020. What is anemia in children?. https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions—pediatrics/a/anemia-in-children.html. (Diakses pada 5 Januari 2020).
  2. Anonim. 2020. Anemia in Newborns. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15698-anemia-in-newborns. (Diakses pada 5 Januari 2020).
  3. Anonim. 2019. Anemia in Children and Teens: Parent FAQs. https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/chronic/Pages/Anemia-and-Your-Child.aspx. (Diakses pada 5 Januari 2020).
  4. Anonim. 2020. Iron deficiency in children: Prevention tips for parents. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art-20045634. (Diakses pada 5 Januari 2020).
  5. Walter, Andrew, MS, MD. 2020. Anemia in the Newborn. https://www.msdmanuals.com/home/children-s-health-issues/blood-problems-in-newborns/anemia-in-the-newborn. (Diakses pada 5 Januari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi