Terbit: 25 July 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Memiliki hewan peliharaan seperti anjing dan kucing memang menyenangkan, namun di satu sisi berisiko memicu reaksi alergi. Simak penjelasan lengkap mengenai ciri-ciri alergi hewan hingga penanganannya dalam ulasan berikut ini.

Alergi Hewan: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Alergi Hewan?

Alergi hewan adalah salah satu jenis alergi yang terjadi ketika seseorang mengalami kontak dengan binatang, umumnya binatang peliharaan seperti anjing dan kucing. Biasanya, reaksi alergi muncul ketika Anda terpapar bulu, liur, maupun urine dari binatang tersebut.

Sama seperti jenis alergi lainnya, alergi binatang ditandai dengan gejala-gejala seperti bersin, batuk, hingga gatal pada kulit. Pada beberapa orang, kondisi ini bisa memicu terjadinya asma.

Pada kasus yang ringan, alergi tidak membutuhkan penanganan khusus selain menghindari faktor pencetus maupun mengonsumsi obat antihistamin. Namun, reaksi alergi yang parah mungkin membutuhkan pertolongan medis.

Baca Juga: Alergi Deterjen: Ciri-ciri hingga Cara Mengatasinya

Mengenali Ciri-ciri Alergi Hewan

Berikut ini adalah beberapa gejala alergi hewan peliharaan, di antaranya:

  • Bersin.
  • Hidung berair dan gatal.
  • Hidung tersumbat.
  • Mata merah.
  • Mata gatal.
  • Napas pendek.
  • Langit-langit mulut gatal.
  • Batuk.
  • Nyeri pada area wajah.
  • Kerap terjaga saat tidur.
  • Kantung mata membengkak dan berwarna kebiruan.

Sementara apabila alergi memicu asma, maka gejala yang kemungkinan akan Anda alami adalah sebagai berikut:

  • Sesak napas.
  • Dada terasa tertekan.
  • Suara bersiul—atau mengi—saat menghembuskan napas.
  • Kesulitan untuk tidur.

Reaksi alergi juga terjadi pada kulit. Gejalanya terdiri dari:

  • Kulit terasa gatal.
  • Muncul bercak-bercak merah pada kulit.
  • Eksim.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Beberapa tanda dan gejala alergi hewan peliharaan—seperti pilek atau bersin—mirip dengan flu biasa. Terkadang memang jadi sulit untuk mengetahui apakah hal tersebut berkaitan dengan flu atau alergi.

Namun, apabila gejala terus berlanjut selama lebih dari dua minggu, kemungkinan besar Anda memiliki alergi binatang. Terlebih lagi jika Anda mempunyai hewan peliharaan.

Jika Anda mengalami gejala-gejala mengarah alergi dan sudah berlangsung lebih dari dua minggu, sebaiknya segera kunjungi dokter guna pemeriksaan lebih lanjut. Sementara itu, cari perawatan darurat jika gejala dengan cepat memburuk. Pertolongan medis sedini mungkin menjadi penting guna memudahkan proses pengobatan.

Penyebab Alergi Hewan

Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi terhadap zat asing—dalam kasus ini—yakni bulu, liur, dan urine hewan peliharaan. Sistem kekebalan lantas menghasilkan protein yang dikenal sebagai antibodi.

Antibodi ini melindungi tubuh dari penyerang yang tidak diinginkan yang dapat membuat Anda sakit atau menyebabkan infeksi.

Jika Anda memiliki alergi bulu hewan, liur, atau urine, sistem kekebalan membuat antibodi yang mengidentifikasi alergen sebagai sesuatu yang berbahaya; meskipun sebenarnya tidak.

Sistem kekebalan memberikan respons yang menghasilkan peradangan di saluran hidung atau paru-paru. Inilah mengapa sebagian besar gejala alergi berkaitan dengan masalah pernapasan mulai dari batuk, bersin, hingga sesak napas.

Lantas, apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh ‘salah’ dalam mengidentifikasi zat asing yang masuk ke dalam tubuh? Perihal tersebut, hingga saat ini para ahli pun belum dapat memastikannya.

Faktor Risiko Alergi Hewan

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap alergi hewan peliharaan. Beberapa faktor tersebut antara lain:

  • Memiliki hewan peliharaan. Pemilik hewan peliharaan menjadi yang paling rentan untuk mengalami kondisi ini. Akan tetapi, tidak semua yang memelihara binatang sudah pasti mengidap alergi karena masih ada faktor-faktor lainnya yang berperan.
  • Genetik. Apabila ada anggota keluarga (terutama orang tua) yang memiliki riwayat alergi terhadap hewan, maka biasanya Anda juga rentan untuk menderita kondisi yang sama.
  • Kesehatan. Khusus untuk mereka yang memiliki riwayat penyakit asma maupun gangguan pernapasan lainnya, maka risiko terkena jenis alergi ini semakin besar.
  • Usia. Anak-anak lebih rentan mengalami alergi hewan peliharaan karena sistem imunnya belum terbentuk secara sempurna.

Baca Juga: Macam-Macam Alergi Kulit yang Harus Anda Tahu

Diagnosis Alergi Hewan

Dalam mendiagnosis alergi, dokter akan melakukan pemeriksaan medis yang meliputi:

  • Anamnesis.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Anamnesis adalah tahap di mana dokter akan mewawancarai pasien guna mengidentifikasi penyebab dari keluhan yang dialami. Pertanyaan biasanya seputar gejala, riwayat medis keluarga, riwayat penyakit, dan gaya hidup.

Sampaikan informasi sejelas mungkin pada dokter. Informasi yang jelas membantu dokter dalam memastikan kondisi yang Anda alami.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah sesi anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik ini dengan memperhatikan sejumlah gejala umum dari alergi, seperti mata merah, ruam pada kulit, termasuk analisis frekuensi bersin.

3. Pemeriksaan Penunjang

Guna memastikan apakah Anda memang benar-benar menderita alergi, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang meliputi:

  • Skin Prick Test (Tes Tusuk Jarum)

Skin prick test adalah tes dengan menusukkan sebuah jarum kecil atau lanset, pada daerah lengan dan kemudian meneteskan alergen (pemicu alergi) pada tempat tusukan tersebut.

Biasanya, tusukan dilakukan beberapa kali di tempat yang berbeda tergantung dari jumlah alergen yang dicurigai. Apabila muncul kemerahan dan ruam pada kulit, hasil tes adalah positif.

  • Patch Test (Tes Tempel Plester)

Patch test adalah tes reaksi alergi yang dengan cara menempelkan plester berisi ekstrak alergen. Pasien diminta untuk mengenakan plester tersebut selama 48 jam dan tidak boleh terkena air atau aktivitas yang menyebabkan keringat berlebih.

Setelah itu, dokter akan mencabut plester tersebut. Kulit yang ruam dan kemerahan menunjukkan pasien positif menderita alergi.

  • IgE Total

Saat bereaksi dengan alergen, tubuh akan mengeluarkan Imunoglobulin E yang dapat kita nilai untuk mengetahui adanya reaksi alergi seseorang. Pemeriksaan IgE dapat dilakukan menggunakan sampel darah.

Pengobatan Alergi Hewan

Pengobatan atau perawatan alergi hewan yang pertama kali harus Anda lakukan adalah menghindari faktor pemicunya, dalam hal ini yaitu binatang peliharaan itu sendiri.

Anda sebaiknya menempatkan hewan pada area khusus seperti taman. Sementara itu, pastikan hewan kesayangan tidak naik ke kursi, sofa, apalagi tempat tidur.

Selain itu, dokter juga akan memberikan Anda sejumlah obat-obatan seperti:

  • Antihistamin.
  • Kortikosteroid.
  • Dekongestan.
  • Leukotriene.

Pada beberapa kasus, dokter bisa saja akan menyarankan Anda untuk menjalani terapi imun guna menyesuaikan sensitivitas sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing.

Baca Juga: Tes Alergi: Jenis, Prosedur, Biaya, dll

Komplikasi Alergi Hewan

Jika penderita alergi binatang tidak melakukan perawatan terhadap kondisinya tersebut, bisa jadi ia akan mengalami sejumlah komplikasi di masa mendatang. Komplikasi yang bisa terjadi:

  • Asma.
  • Infeksi sinus.

Apabila Anda berpotensi untuk mengidap alergi hewan, maka cara mencegah kondisi ini tentu saja dengan tidak memelihara hewan-hewan tersebut. Anda bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai hal ini apabila tetap ingin memiliki binatang peliharaan di rumah.

 

  1. Anonim. Dog and Cat Allergy. https://acaai.org/allergies/types/pet-allergy. (Diakses 3 November 2020)
  2. Anonim. Pet Allergy. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pet-allergy/symptoms-causes/syc-20352192. (Diakses 3 November 2020)
  3. Anonim. Pet Allergy. https://www.aaaai.org/conditions-and-treatments/allergies/pet-allergy. (Diakses 3 November 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi