Molnupiravir adalah obat antivirus oral untuk mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat COVID-19. Obat ini digadang akan menjadi obat oral pertama untuk menekan penyebaran COVID-19. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Molnupiravir Obat Apa?
Molnupiravir adalah obat antivirus yang dilaporkan dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian akibat COVID-19 sekitar 50% dalam uji klinis fase III sementara. Obat ini awalnya dikembangkan untuk penyakit influenza oleh Merck (MSD), perusahaan farmasi Amerika Serikat. Namun, kemudian diperkirakan efektif untuk penanganan COVID-19.
Saat ini sedang dievaluasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang penggunaannya untuk terapi COVID-19. Jika disetujui, ini akan menjadi obat oral pertama untuk COVID-19. Termasuk Indonesia yang berencana akan mendatangkan obat ini untuk menekan penyebaran COVID-19.
Cara Kerja Obat Molnupiravir
Obat yang termasuk dalam kelas antivirus ini bekerja dengan mengubah materi genetik virus dan mengacaukan genetik untuk mencegah replikasi virus dalam inang. Di dalam sel inang, obat kemudian diubah menjadi molnupiravir trifosfat.
Ketika virus berusaha mereplikasi, obat ini dimasukkan ke dalam RNA virus yang menyebabkan mutasi. Ini akan menghentikan virus untuk mereplikasi. Dengan begitu, membuat jumlah virus dalam tubuh tetap rendah dan mengurangi keparahan penyakit.
Manfaat Molnupiravir
Dalam uji coba secara klinis oleh Merck, obat ini efektif terhadap semua varian COVID-19, termasuk Delta, Gamma, dan Mu. Untuk varian Delta, yang dalam penelitian baru-baru ini memiliki 235% meningkatkan risiko masuk unit perawatan intensif daripada varian aslinya.
Hasil penelitian ini berlaku untuk orang yang dapat menerima molnupiravir segera setelah muncul gejala ringan hingga sedang. Namun, uji coba sebelumnya tidak menunjukan adanya manfaat dalam memberikan obat kepada pasien yang sudah dirawat di rumah sakit akibat COVID-19.
Dalam uji klinis, obat ini sebagian besar diberikan kepada orang yang berusia di atas 60 tahun atau mereka yang lebih muda tetapi memiliki kondisi lain yang berisiko tinggi COVID-19, termasuk diabetes, penyakit jantung, atau obesitas.
Food and Drug Administration (FDA) juga akan memutuskan apakah obat ini harus diberikan kepada orang yang divaksinasi, karena hanya individu yang tidak divaksinasi yang dimasukkan dalam uji coba ini.
Baca Juga: 10 Varian Baru Virus Corona (COVID-19) yang Patut Diwaspadai!
Penelitian Obat Molnupiravir
Salam sebuah uji coba secara global yang dipimpin oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck, telah melakukan uji coba fase III secara acak, para ilmuwan memberikan molnupiravir atau plasebo kepada 775 orang. Semua peserta positif terinfeksi SARS-CoV-2 dan mengalami gejala COVID-19 ringan hingga sedang yang dimulai 5 hari sebelumnya.
Setiap peserta memiliki satu faktor risiko COVID-19 yang parah, tetapi belum pernah menjalani rawat inap. Faktor risiko ini termasuk usia 60 tahun ke atas, obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Para ilmuwan kemudian membagi 775 peserta secara acak menjadi dua kelompok. Satu kelompok menerima molnupiravir dan yang lainnya plasebo. Para peserta diberi kapsul dua kali sehari selama 5 hari.
Dari 385 pasien yang menggunakan obat ini, 28 pasien menjalani rawat inap, daripada 53 pasien dari kelompok plasebo. Sebanyak delapan dari peserta kelompok plasebo meninggal, sementara dari semua yang diberi antivirus masih hidup pada akhir masa penelitian 29 hari.
Karena hasil yang sangat positif, rekrutmen untuk penelitian telah dihentikan. Dengan demikian, Merck mengajukan permohonan otorisasi penggunaan darurat dari Food and Drug Administration (FDA).
Baca Juga: 15 Obat Corona COVID-19 yang Sedang Dikaji (Berdasarkan Penelitian)
Dosis Obat Molnupiravir
Untuk melawan virus corona, termasuk untuk semua varian baru, obat antivirus ini aman dan dapat ditoleransi dengan baik dengan dosis 800 mg. Obat diberikan dua kali sehari selama 5 hari.
Kemungkinan Efek Samping Molnupiravir
Terlepas dari keamanan dan efektivitas obat antivirus ini setelah hasil penelitian, namun beberapa ahli telah mengemukakan tentang keamanan obat yang bekerja dengan menyebabkan mutasi.
Mengingat obat ini menyebabkan RNA virus bermutasi, dikhawatirkan obat ini juga dapat menyebabkan mutasi pada sel inang. Satu penelitian dalam kultur sel hewan menemukan mutasi pada sel yang diobati dengan molnupiravir.
Hal tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa obat ini dapat menyebabkan kanker atau kelainan kelahiran. Penulis penelitian sel hewan merekomendasikan bahwa potensi mutagenik ini dinilai secara in vivo, dengan fokus pada sel yang membelah dengan cepat.
Mereka juga merekomendasikan melakukan pemantauan untuk menilai potensi efek samping genotoksik – kemampuan bahan kimia untuk merusak informasi genetik dalam sel sehingga memicu mutasi sel.
Molnupiravir Harganya berapa?
Berdasarkan hitung-hitungan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, harga molnupiravir sekitar US$40-US$50 atau setara Rp568.000-Rp710.000 dengan asumsi kurs Rp14.200/US$.
Sekadar informasi, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah telah sepakat membeli 600 ribu hingga 1 juta obat molnupiravir. Obat ini rencananya akan didatangkan ke Indonesia pada Desember 2021.
Berita Terbaru tentang Obat Alternatif COVID-19 Molnupiravir
Pada Senin (10/1/2022) di Jakarta, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyampaikan bahwa obat Molnupiravir sudah mendapat izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) sebagai obat alternatif COVID-19.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memberi keterangan bahwa saat ini sudah menyediakan sekitar 400 ribu tablet Molnupiravir yang siap digunakan.
Berdasarkan penelitian terkini, Molnupiravir adalah obat antivirus yang mampu memberikan proteksi sekitar 30-40% dari virus Corona. Penggunaan obat ini harus dengan resep dan pengawasan dokter.
- Anonim. 2021. Penggunaan Obat Molnupiravir di Indonesia Harus Lulus Persyaratan BPOM. https://covid19.go.id/p/berita/penggunaan-obat-molnupiravir-di-indonesia-harus-lulus-persyaratan-bpom (Diakses pada 25 November 2021)
- Anonim. 2021. WHO-Unitaid statement on the MPP licensing agreement for molnupiravir. https://www.who.int/news/item/27-10-2021-who-unitaid-statement-on-the-mpp-licensing-agreement-for-molnupiravir (Diakses pada 25 November 2021)
- Khoo, Saye H et al. 2021. Optimal dose and safety of molnupiravir in patients with early SARS-CoV-2: a Phase I, open-label, dose-escalating, randomized controlled study. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34450619/ (Diakses pada 25 November 2021)
- Katella, Kathy. 2021. 9 Things You Need To Know About the New COVID-19 Pill. https://www.yalemedicine.org/news/9-things-to-know-about-covid-pill (Diakses pada 25 November 2021)
- Lang, Katharine. 2021. Molnupiravir vs. COVID-19: Will the drug live up to the hype?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/molnupiravir-vs-covid-19-will-the-drug-live-up-to-the-hype (Diakses pada 25 November 2021)