Terbit: 20 April 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Para ilmuwan sedang bekerja keras untuk menemukan obat Corona atau vaksin Corona untuk menghentikan penyebaran COVID-19 yang disebabkan oleh Coronavirus di seluruh dunia. Pelajari berbagai kandungan, metode, obat, dan vaksin yang sedang diteliti untuk mengatasi pandemi COVID-19 dalam artikel ini.

15 Obat Corona COVID-19 yang Sedang Dikaji (Berdasarkan Penelitian)

Daftar Obat yang Sedang Diteliti Sebagai Obat COVID-19

Kasus infeksi virus Corona pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019. Wabah ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia hingga menginfeksi ratusan juta orang. World Health Organization (WHO) pun telah menetapkan infeksi COVID-19 yang diakibatkan dari jenis baru Coronavirus ini sebagai pandemi.

Saat ini, seluruh ilmuwan dari berbagai institusi kesehatan seperti World Health Organization (WHO), National Institutes of Health (NIH), Food and Drug Administration (FDA), Center for Drug Evaluation and Research (CDER), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Gilead Sciences, pusat penelitian di Cina, dan berbagai perusahaan farmasi serta organisasi penelitian sedang meneliti obat untuk virus Corona ini.

Berikut ini adalah daftar obat yang berpotensi untuk mencegah atau mengatasi virus Corona:

1. Remdesivir

Penelitian tentang potensi obat remdesivir untuk mengatasi COVID-19 telah masuk dalam dalam dua uji klinis acak fase III di negara-negara Asia. Percobaan ini dilakukan pada 761 pasien di beberapa rumah sakit di Wuhan dan pusat perawatan Coronavirus lainnya.

Berdasarkan laporan dari The New England Journal of Medicine (NEJM), pasien COVID-19 di Amerika yang diberi obat ini mengalami peningkatan kondisi kesehatan secara klinis. Laporan lain dari University of Nebraska Medical Center juga sedang melakukan percobaan klinis menggunakan obat ini. Klik di sini untuk informasi lengkap tentang obat remdesivir.

2. Chloroquine

Obat chloroquine telah disetujui oleh FDA sebagai obat darurat untuk mengatasi gejala COVID-19. Chloroquine adalah obat yang digunakan untuk mengobati malaria, amebiasis, dan radang sendi. Obat ini bekerja dengan cara mengacaukan pertumbuhan parasit penyebab infeksi dalam sel darah merah.

Beberapa negara pun menyetujui menggunakan obat chloroquine atau hydroxychloroquine (Plaquenil) sebagai antisipasi atau obat darurat untuk mengatasi gejala COVID-19. Berbagai lembaga pemerintah dan lembaga akademik lainnya sedang melacak dan meneliti penggunaannya untuk virus Corona.

3. Favilavir

Favilavir adalah obat Corona pertama yang disetujui Cina melalui National Medical Products Administration of China. Obat ini berperan sebagai antivirus untuk mengatasi influenza yang kemudian dijadikan sebagai terapi investigasi untuk mengobati coronavirus.

Berdasarkan laporan dari kepala China National Center for Biotechnology Department, favilavir menunjukan hasil signifikan pada percobaan klinis yang dilakukan pada 70 pasien Coronavirus di Shenzhen, provinsi Guangdong, Cina. Walaupun demikian, penelitian farmasi dan farmakologi klinis masih dikembangkan untuk menganalisis potensi obat Corona ini.

4. Tamiflu

Tamiflu adalah obat antiinfluenza yang digunakan untuk mengobati influenza tipe A dan B, termasuk flu burung (H5N1 dan H7N9), flu babi (H1N1), dan jenis flu musiman pada manusia. Obat ini adalah obat resep yang mengandung oseltamivir phosphate dengan sedian kapsul dan suspensi.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) memutuskan untuk menggunakan obat ini sebagai penggunaan darurat untuk mengatasi gejala COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga merekomendasikan obat ini. Selanjutnya, Tamiflu masih diteliti untuk memastikan kemanjurannya dalam mengobati Corona.

5. Favipiravir

Favipiravir adalah obat yang digunakan untuk mengatasi influenza akibat infeksi virus. Obat ini terbukti efektif untuk mengatasi berbagai jenis dan subtipe influenza termasuk strain yang kebal dengan obat-obatan anti influenza lainnya.

Obat favipiravir dikembanglan oleh perusahaan farmasi Jepang bernama FujiFilm Toyama Chemical of Japan dengan merek dagang Avigan. Penelitian di Cina menyampaikan bahwa obat favipiravir memiliki potensi untuk mengatasi COVID-19, namun belum ada laporan resmi dari perusahaan farmasi Jepang tersebut. Sementara penelitian lanjutan masih dikembangkan.

6. Hydroxychloroquine

Hydroxychloroquine adalah obat anti malaria seperti chloroquine. Obat ini digunakan untuk malaria dengan gejala peradangan tertentu. Obat ini sedang diuji sebagai obat COVID-19 yang potensial. FDA juga sudah menyetujui penggunaan obat ini sebagai Emergency Use Authorization (EUA) atau penggunaan obat emergensi.

Obat ini sedang diteliti di beberapa negara Asia, Amerika, dan Eropa. Berdasarkan percobaan klinis yang sedang dilakukan, obat hydroxychloroquine dan chloroquine menjadi pertimbangan paling tepat karena obat ini tersedia dimana saja dan kebanyakan orang bisa menggunakannya.

7. Lopinavir dan Ritonavir

Lopinavir dan ritonavir adalah obat untuk mengontrol gejala HIV. Sebelumnya, obat lopinavir/ritonavir pernah dipelajari untuk pengobatan MERS dan coronavirus SARS. Pada wabah SARS (2003), penggunaan obat lopinavir/ritonavir yang dikombinasikan dengan obat ribavirin dilaporkan menurunkan angka kematian akibat virus Corona saat itu.

Saat ini, obat lopinavir dan ritonavir sedang diteliti oleh Janssen Pharmaceutical Companies bersama Biomedical Advanced Research and Development Authority (BARDA) untuk mengatasi COVID-19. Dalam penggunaanya sekarang, obat lopinavir dan ritonavir hanya disetujui sebagai obat pendukung dengan kombinasi obat lainnya untuk pengobatan HIV-1

8. Fingolimod

Fingolimod adalah obat yang digunakan untuk mengontrol gejala relapsing multiple sclerosis (MS), tidak menyembuhkan penyakitnya. Obat ini dapat digunakan untuk anak di atas usia 10 tahun dan orang dewasa.

Obat fingolimod juga termasuk dalam daftar obat COVID-19 yang sedang diteliti. Obat ini sedang dikaji di First Affiliated Hospital of Fujian Medical University in Fuzhou, China. Sementara ini, belum ada uji klinis resmi yang menyatakan potensinya untuk mengatasi gejala Coronavirus.

9. Methylprednisolone

Methylprednisolone adalah sebuah glukokortikoid yang banyak digunakan yang disebut methylprednisolone sedang dipelajari untuk keamanan dan efektivitas dalam pengobatan pneumonia coronavirus baru di sejumlah rumah sakit di provinsi Hubei Cina.

Obat methylprednisolone bersama beberapa obat lainnya sedang diteliti apakah ampuh sebagai obat Corona. Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit di provinsi Hubei, Cina. Obat methylprednisolone dianggap potensial untuk mengatasi gejala pneumonia pada pasien COVID-19.

10. Bevacizumab

Bevacizumab adalah terapi pertama yang disetujui oleh FDA untuk antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal adalah imunoterapi untuk meningkatkan pertahanan atau imun alami dari tubuh agar dapat melawan sel-sel kanker. Obat ini juga digunakan untuk menghambat angiogenesis (formasi pembuluh darah baru yang lahir dari pembuluh darah yang sudah ada).

Obat bevacizumab juga sedang diteliti apakah memiliki potensi sebagai obat COVID-19. Berdasarkan laporan terbaru, obat ini sedang dipelajari untuk mengatasi gejala pneumonia dan gangguan pernapasan lainnya pada pasien COVID-19 di Rumah Sakit Qilu Universitas Shandong di Jinan, Cina.

 

11. Leronlimab

Leronlimab adalah obat yang termasuk dalam kelas obat CCR5 Antagonist. Leronlimab berperan sebagai obat investigasi yang sedang dipelajari untuk mengobati infeksi HIV dan aktivitas perlindungan potensial terhadap penyakit graft-versus-host (GvHD).

Obat leronlimab juga termasuk dalam obat Corona yang sedang diteliti. FDA telah memberi izin untuk memulai dan mendaftarkan leronlimab dalam uji coba fase II dalam merawat pasien dengan penyakit COVID-2019. Berdasarkan laporan terbaru, obat dianggap potensial untuk mengatasi badai sitokin pada sebagian kecil pasien COVID-19 di New York.

12. Hydroxychloroquine dan Azithromycin

Kombinasi obat hydroxychloroquine dan azithromycin sedang diteliti sebagai obat COVID-19. Hydroxychloroquine adalah obat malaria, sementara azithromycin adalah obat antibakteri untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri gram positif dan gram negatif.

Pada penelitian di Perancis sebelumnya (dari Gautret et al), obat kombinasi hydroxychloroquine dan azithromycin dilaporkan dapat mengatasi COVID-19 pada 6/26 pasien yang menggunakan obat tersebut. Hasil dari penelitian tersebut membuat warga setempat membeli obat ini hingga stok farmasi habis sehingga orang-orang yang membutuhkan obat ini seperti penderita lupus dan rheumatoid arthritis mengalami kesulitan dalam perawatan.

Berdasarkan penelitian berbeda di rumah sakit di Paris pada 11 pasien (7 pria dan 4 wanita) COVID-19, hasilnya adalah perawatan dengan kombinasi hydroxychloroquine dan azithromycin ini tidak memiliki hasil signifikan. Penelitian terbaru tersebut dilaporkan oleh Jean-Michel Molina dan tim dari Saint Louis Hospital, Paris yang diterbitkan dalam French journal Médecine et Maladies Infectieuses.

13. Ivermectin

Ivermectin adalah obat antiparasit untuk mengobati parasit pada saluran usus, kulit, dan mata. Obat ini bekerja dengan cara melumpuhkan bagian-bagian dari parasit dan menghentikan parasit dewasa agar tidak mengembangkan larva. Obat ivermectin juga disebut memiliki potensi sebagai obat Corona.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Monash University di Melbourne, Australia, obat ivermectin terbukti efektif melawan virus SARS-CoV-2 dalam studi laboratorium in-vitro. Walaupun demikian, penelitian ini belum selesai dan mungkin membutuhkan lebih banyak waktu.

14. Sarilumab

Sarilumab adalah obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis moderat yang biasanya juga digunakan dengan obat kombinasi lainnya. Obat ini hanya dapat digunakan bila pilihan obat atau perawatan rheumatoid arthritis lainnya gagal mengatasi dan menyembuhkan gejala.

Belakangan ini, obat sarilumab juga sedang diteliti sebagai obat COVID-19 yang potensial. Obat ini sedang dipelajari untuk mengatasi gejala gangguan pernapasan akut pada pasien COVID-19.

15. EIDD-2801

Para peneliti dari UNC-Chapel Hill sedang meneliti kemampuan antivirus EIDD-2801 sebagai pilihan obat Corona yang potensial. Ridgeback Biotherapeutics juga telah mendaftarkan antivirus EIDD-2801 dan FDA sudah menyetujui untuk penelitian pada pasien.

Cara kerja EIDD-2801 hampir serupa dengan obat remdesivir, yaitu dengan meniru komponen utama molekul RNA. Obat ini digunakan untuk melemahkan virus sehingga virus berhenti menyebar dalam tubuh. Walaupun demikian, penelitian ini belum selesai dan belum menemukan hasil yang valid.

Itulah beberapa obat yang sedang diteliti sebagai obat Corona yang potensial. Jenis obat-obatan lain juga sedang diteliti seperti antivirus investigasi, imunoterapi, terapi, dan kandungan lainnya yang paling ampuh mengatasi atau mencegah COVID-19. Ketahui informasi lebih detail tentang COVID-19, klik di sini

Cara Mencegah Penyebaran Virus Corona

Penelitian ini mungkin memakan waktu yang agak lama, selagi ilmuwan lain mendeteksi sifat, formula, dan informasi penting lainnya terkait virus Corona ini. Berbagai federasi kesehatan dari seluruh dunia, perusahaan farmasi, dan para ilmuwan yang terintegrasi di dalamnya sedang bekerja sangat keras untuk menemukan obat dan vaksin dari pandemi COVID-19.

Sementara itu, upaya pencegahan penyebaran COVID-19 telah dan masih dilakukan oleh seluruh warga dunia, seperti melakukan pembatasan sosia (social distancing), karantina wilayah (lockdown), dan kampanye hidup sehat dengan rajin cuci tangan dan konsumsi makanan sehat. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah kesadaran untuk mencegah COVID-19 bersama-sama.

 

  1. CDC. 2020. Information for Clinicians on Investigational Therapeutics for Patients with COVID-19. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/therapeutic-options.html. (Diakses pada 20 April 2020).
  2. CNN Indonesia. 2020. Tamiflu, Obat Flu Burung yang Dipakai Terawan untuk Covid-19. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200330080028-255-488136/tamiflu-obat-flu-burung-yang-dipakai-terawan-untuk-covid-19. (Diakses pada 20 April 2020).
  3. Drug Target. Balfour, Hannah. 2020. EIDD-2801 shows efficacy against COVID-19 in human cells and mice. https://www.drugtargetreview.com/news/59567/eidd-2801-shows-efficacy-against-covid-19-in-human-cells-and-mice/. (Diakses pada 20 April 2020).
  4. Duddu, Praveen. 2020. Coronavirus treatment: Vaccines/drugs in the pipeline for COVID-19. https://www.clinicaltrialsarena.com/analysis/coronavirus-mers-cov-drugs/. (Diakses pada 20 April 2020).
  5. i-Base. 2020. Simon Collins. No benefit of hydroxychloroquine and azithromycin in people hospitalised with COVID-19. http://i-base.info/htb/37524. (Diakses pada 20 April 2020).
  6. Kupferschmidt, Kai dan Jon Cohen. 2020. WHO launches global megatrial of the four most promising coronavirus treatments. https://www.sciencemag.org/news/2020/03/who-launches-global-megatrial-four-most-promising-coronavirus-treatments. (Diakses pada 20 April 2020).
  7. Kupferschmidt, Kai. 2020. Trials of drugs to prevent coronavirus infection begin in health care workers. https://www.sciencemag.org/news/2020/04/trials-drugs-prevent-coronavirus-infection-begin-health-care-workers. (Diakses pada 20 April 2020).
  8. Stewart BPharm, J. 2020. COVID-19: Prevention & Investigational Treatments. https://www.drugs.com/condition/covid-19.html. (Diakses pada 20 April 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi