Terbit: 6 October 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Anemia lebih sering dikenal dengan masalah kurang darah. Padahal, masalah kesehatan ini sebenarnya disebabkan oleh minimnya sel darah merah atau hemoglobin di dalam tubuh. Padahal, hemoglobin berperan besar dalam distribusi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Masalahnya adalah hal ini tak hanya akan menyebabkan datangnya gejala lemas atau kurang bertenaga. Dalam realitanya anemia ternyata juga bisa membuat risiko terkena demam berdarah meningkat. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Awas, Anemia Bisa Membuat Risiko Demam Berdarah Naik

Kaitan Antara Anemia dan Demam Berdarah

Pakar kesehatan menyebut demam berdarah sebagai salah satu penyakit yang cukup mematikan. Bahkan, di Indonesia, penyakit ini bisa menyebabkan Kejadian Luar Biasa di berbagai daerah setiap tahunnya.

Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus dengue. Jika nyamuk ini menggigit kita dan kemudian menularkan virus dengue, maka sekitar 3 atau 14 hari kemudian gejala dari demam berdarah akan muncul. Gejala-gejala tersebut adalah demam tinggi, muntah yang disertai dengan darah, nyeri otot dan persendian, hingga munculnya ruam-ruam pada kulit.

Penyakit ini tidak mengenal jenis kelamin ataupun usia meskipun di Indonesia seringkali yang mengalaminya adalah anak-anak. Hanya saja, pakar kesehatan menyebut orang-orang dengan masalah anemia atau kekurangan zat besi cenderung memiliki risiko lebih besar untuk terkena masalah kesehatan ini.

Sebagai informasi, virus dengue ternyata bisa menjadi lebih aktif pada orang-orang dengan masalah anemia atau gangguan zat besi. Hal ini berarti, jika penderita anemia digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini, bisa jadi risiko untuk terkena demam berdarah anak naik dengan signifikan.

Para ahli juga menyebut penderita demam berdarah diminta untuk memperbanyak asupan makanan tinggi zat besi sebagai salah satu cara agar mereka bisa segera bisa segera pulih.

Berbagai Cara Mencegah Anemia

Anemia bisa menyebabkan sensasi tidak nyaman pada tubuh. Bagaimana tidak, hal ini membuat badan terasa lemas dan tidak bersemangat melakukan aktivitas. Kita juga seperti tidak memiliki energi yang cukup.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan demi mencegah anemia.

  1. Memperbanyak Asupan Makanan Tinggi Kandungan Zat Besi

Kekurangan zat besi bisa menyebabkan datangnya anemia. Karena alasan inilah kita sebaiknya memenuhi asupan ini demi mencegah datangnya masalah kesehatan ini. Beberapa jenis makanan yang menyediakan zat besi adalah daging-dagingan, kerang, bayam, sayuran hijau dan berbagai jenis kacang-kacangan.

  1. Mengonsumsi Makanan Tinggi Kandungan Vitamin C dan Asam Folat

Selain makanan dengan kadar zat besi yang tinggi, pakar kesehatan juga menyarankan kita untuk memperbanyak asupan makanan tinggi vitamin C dan asam folat demi mencegah anemia. Makanan-makanan ini bisa berupa paprika, jeruk, brokoli, nanas, sayur bayam, pisang, dan sereal.

  1. Mengonsumsi Makanan yang Tinggi Kandungan Vitamin B12

Makanan dengan kandungan vitamin B12 juga bisa membantu mencegah datangnya anemia, lho. Makanan-makanan ini adalah daging ikan salmon, daging ikan tuna, telur, susu, dan berbagai macam produk kedelai.

  1. Mengonsumsi Roti Gandum

Roti gandum dikenal luas sebagai salah satu makanan yang cocok untuk program diet karena kadar seratnya yang sangat tinggi. Hanya saja, beberapa jenis roti gandum seperti amaranth dan quinoa memiliki kandungan zat besi yang tinggi sehingga bisa membantu mencegah anemia.

  1. Mengombinasikan Makanan Sehat

Kita bisa mengonsumsi makanan sehat layaknya pasta dengan daging-dagingan dan saus tomat, daging ayam dengan brokoli, buah segar, dan lain-lain demi memastikan asupan zat besi harian cukup dan mencegah datangnya anemia.

 

Sumber:

  1. 2019. How anaemia accelerates spread of dengue. economictimes.indiatimes.com/news/science/how-anaemia-accelerates-spread-of-dengue/researchers-suggestion/slideshow/71164971.cms. (Diakses pada 5 Oktober 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi