Terbit: 23 March 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Nyeri pada bagian tubuh tertentu terkadang menyerang secara tiba-tiba. Rasa nyeri yang muncul bisa tergolong ringan seperti kesemutan, bahkan terasa seperti ditusuk-tusuk. Anda dapat mengatasinya dengan prosedur manajemen nyeri. Simak selengkapnya di sini!

Manajemen Nyeri: Indikasi, Tujuan, Prosedur, dll

Apa itu Manajemen Nyeri?

Manajemen nyeri atau pain management adalah sekumpulan prosedur medis untuk meringankan atau menghilangkan nyeri pada tubuh pasien.

Tim medis akan membantu Anda mengontrol rasa sakit dengan beberapa metode, seperti penggunaan obat-obatan, terapi, hingga pembedahan. Sebagian kasus nyeri mungkin membutuhkan lebih dari satu metode penanganan.

Pain alias nyeri dapat terjadi pada siapa saja dan termasuk kondisi yang umum terjadi. Seiring bertambahnya usia, nyeri akan lebih sering menimpa, terutama pada wanita.

Indikasi Manajemen Nyeri

Nyeri dapat tergolong ringan, bahkan berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. Lantas, kondisi nyeri seperti apa yang membutuhkan pain management? Berikut rinciannya:

Klasifikasi nyeri akut

Nyeri yang termasuk dalam golongan ini umum muncul sebagai respons terhadap cedera ataupun kondisi medis. Nyeri akut dapat muncul secara tiba-tiba, lalu menghilang secara tiba-tiba pula.

Ada dua jenis nyeri yang termasuk dalam golongan ini, yaitu:

1. Somatic pain (nyeri somatik)

Nyeri ini muncul ketika reseptor nyeri pada area berikut teraktivasi: kulit, otot, kerangka, sendi, dan jaringan ikat. Umumnya, rangsangan seperti gaya, suhu, getaran, atau pembengkakan mengaktifkan indra ini.

Nyeri somatik dapat berupa kram, perih, sakit, dan nyeri yang tajam.

2. Visceral pain (nyeri visceral)

Nyeri viseral terjadi ketika reseptor nyeri di panggul, perut, dada, atau usus diaktifkan.  Rasa sakit akan Anda rasakan ketika organ dan jaringan tubuh mengalami luka atau kerusakan.

Nyeri akibat kondisi ini cukup sulit untuk digambarkan. Bisa saja Anda mendefinisikannya seperti diremas, ditekan, atau hanya sakit.

Baca JugaSkala Nyeri: Jenis dan Cara Menghitungnya

Klasifikasi nyeri kronis

Nyeri ini akan berlangsung lama, bahkan melebihi waktu yang diperkirakan sebelumnya. Biasanya nyeri akan bertahan hingga lebih dari tiga bulan.

Berikut ini adalah jenis nyeri yang termasuk kronis:

1. Nociceptive pain (nyeri nosiseptif)

Nyeri ini dapat berupa somatik ataupun visceral. Rasa sakit muncul karena adanya rangsangan yang berpotensi menjadi kondisi serius. Nyeri biasanya terdeteksi oleh nociceptors (indra perasa nyeri).

Nyeri yang dapat dirasakan, berupa:

  • Kesemutan.
  • Lemah.
  • Kaku.
  • Sakit seperti ditusuk.

Adapun untuk mengobatinya, obat analgesik (pereda nyeri) umum dapat digunakan.

2. Neuropathic pain (nyeri neuropatik)

Nyeri ini melibatkan sistem saraf perifer atau saraf pusat. Karena melibatkan sistem saraf, nyeri dapat muncul secara tiba-tiba.

Gejala gangguan atau masalah pada sistem saraf dapat menimbulkan berbagai nyeri berikut:

  • Kesemutan dan kekakuan.
  • Rasa terbakar.
  • Sulit tidur akibat nyeri yang muncul.
  • Masalah pengaturan emosi akibat rasa sakit.

Berbeda dengan nyeri nosiseptif, obat analgesik tidak dapat digunakan untuk mengatasi kondisi ini. Namun, analgesik adjuvant dapat membantu.

3. Patofisiologi yang belum dapat diidentifikasi

Kondisi nyeri muncul akibat kondisi yang belum dapat dijelaskan. Maka dari itu, perawatan nyeri dapat mencoba berbagai metode.

4. Sindrom nyeri akibat faktor psikologis

Nyeri yang muncul berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang. Berbagai nyeri yang dapat muncul, yakni sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, dan sakit perut.

Tujuan Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri dapat membantu Anda mengatasi nyeri, baik secara fisik maupun mental. Secara umum, tujuan pain management adalah sebagai berikut:

  • Meningkatkan kualitas hidup pasien.
  • Membantu mengurangi rasa nyeri.
  • Meningkatkan fungsi dari anggota tubuh yang mengalami nyeri.

Persiapan Manajemen Nyeri

Pain management akan bergantung pada penyebab nyeri yang mendasarinya. Oleh sebab itu, sebelum mengetahui SOP manajemen nyeri, ketahui dengan baik penyebab nyeri.

Oleh sebab itu, dokter atau tim medis akan bertanya seputar riwayat kesehatan Anda terlebih dahulu, termasuk riwayat medis dan pembedahan.

Selain itu, ada sejumlah pemeriksaan yang menunjang, di antaranya:

  • Tes darah.
  • Magnetic resonance imaging (MRI).
  • Computerized tomography scan (CT scan).
  • Rontgen.
  • Ultrasonografi (USG).
  • Elektromiografi (EMG).

Baca Juga25 Obat Nyeri Otot yang Bisa Anda Gunakan (Alami & Medis)

Prosedur Manajemen Nyeri

Setelah mengetahui penyebab nyeri, dokter atau tim medis akan menentukan metode manajemen nyeri sesuai kondisi Anda.

Secara umum, berikut ini adalah prosedur pada pain management:

1. Rest, ice, compression, and elevation (RICE)

RICE termasuk home remedies alias pengobatan rumahan untuk mengatasi cedera akut. RICE merupakan singkatan dari:

  • R = Rest. Ini artinya Anda perlu mengistirahatkan area yang sedang mengalami nyeri.
  • I = Ice. Kompres dingin dapat membantu mengatasi nyeri. Gunakan kain untuk membalut es sehingga es tidak langsung menyentuh kulit.
  • C = Compression. Berikan tekanan terhadap area yang cedera.
  • E = Elevation. Artinya, tinggikan area cedera lebih tinggi dari jantung sehingga cairan keluar dari daerah yang mengalami pembengkakan.

2. Obat-obatan

Obat pereda nyeri umum digunakan ketika mengalami nyeri. Ada berbagai jenis obat yang tersedia di apotek, baik yang tergolong umum maupun yang memerlukan resep dokter.

Obat pereda nyeri dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu nonopioid dan opioid. Berikut rinciannya:

Nonopioid

Berikut ini adalah golongan obat nonopioid analgesik:

  • Analgesik: obat pereda nyeri yang paling umum, misalnya paracetamol, aspirin.
  • Antiinflamasi nonsteroid (NSAID): selain meredakan nyeri, golongan obat ini dapat mengurangi peradangan. Contohnya ibuprofen.
  • Antidepresan: contoh obat golongan ini adalah amitriptyline.
  • Antiepilepsi: obat untuk nyeri spesifik, misalnya untuk nyeri saraf.
  • anestesi lokal dalam bentuk tetes, semprotan, krim, atau suntikan.

Opioid

Obat-obatan ini digunakan pada kondisi nyeri parah, misalnya pada pasien kanker. Penggunaan obat bisa menyebabkan efek adiksi alias ketagihan. Maka dari itu, penggunaan obat harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Contoh golongan obat ini, yaitu codeine, fentanyl, hydrocodone-acetaminophen, morphine, oxycodone, dan oxycodone-acetaminophen.

3. Pembedahan

Pembedahan adalah salah satu metode dalam manajemen nyeri yang terbilang jarang digunakan.

Namun, jika memiliki komplikasi neurologis yang serius, seperti disfungsi usus atau kandung kemih yang berbarengan dengan nyeri kronis, Anda mungkin membutuhkan tindakan ini segera.

Berikut ini adalah pembedahan untuk meredakan nyeri:

  • Dorsal root entry zone operation (DREZ). Pembedahan ini untuk mengatasi jaringan atau serabut saraf pencetus rasa nyeri.
  • Penghambat saraf. Metode pembedahan ini memotong aliran impuls saraf dari sumber nyeri ke otak.
  • Stimulasi listrik. Pada pembedahan ini, aliran listrik digunakan untuk merangsang serabut saraf.
  • Operasi tulang belakang. Operasi ini dapat menstabilkan ruas-ruas tulang belakang atau mengurangi tekanan penyebab rasa nyeri pada saraf tersebut.

4. Fisioterapi

Fisioterapi dapat berupa pijat, terapi panas, terapi dingin, atau latihan fisik.

5. Akupunktur

Akupunktur adalah terapi alternatif yang berguna untuk mengatasi keluhan nyeri. Penggunaan jarum dalam terapi ini akan menstimulasi titik anatomis tertentu pada tubuh.

Tujuan dari akupunktur, yaitu mengembalikan keseimbangan dalam tubuh dan mendorongnya untuk sembuh dengan melepaskan senyawa penghilang rasa sakit alami (endorfin).

6. Neurolytic techniques

Contoh terapi ini, misalnya radiofrequency coagulation dan cryotherapy.

7. Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)

Penggunaan transcutaneous electrical nerve timulation (TENS) merupakan salah satu metode manajemen nyeri non-farmakologi.

Sayangnya, belum terdapat bukti kuat yang mendukung penggunaan TENS untuk mengatasi nyeri kronis. Namun, bila metode lain tidak menunjukkan hasil yang diharapkan, TENS kemungkinan bisa membantu mengatasi nyeri tersebut.

8. Konseling

Banyak psikolog meredakan nyeri kronis menggunakan terapi perilaku kognitif, atau CBT. Metode lainnya adalah biofeedback. Metode ini bertujuan untuk memantau ketegangan otot, detak jantung, aktivitas otak, dan lain-lain secara real-time (langsung).

Selain itu, hipnosis juga bisa menjadi metode efektif untuk membantu mengelola rasa sakit. Selain obat-obatan dan pembedahan, metode ini dapat digunakan sebagai pain management tambahan.

Baca Juga13 Obat Nyeri Sendi di Apotek yang Efektif untuk Meredakan Gejala

Perhatikan Ini

Jika pain management melibatkan penggunaan obat-obatan, Anda sebaiknya lebih waspada, terutama jika memiliki kondisi di bawah ini:

  • Penyakit ginjal.
  • Alergi terhadap obat tertentu, misalnya NSAID.
  • Polip jantung.
  • Anemia.
  • Hemofilia.
  • Defisiensi (kekurangan) vitamin K.
  • Trombosit menurun.
  • Ulkus pada usus dan lambung.
  • Gangguan pada hati.

Selain itu, bila manajemen nyeri berupa tindakan operasi, Anda perlu lebih berhati-hati saat memiliki kondisi berikut:

  • Alergi anestesi.
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Sedang mengonsumsi obat pengencer darah.

Itulah penjelasan seputar prosedur manajemen nyeri. Ingat, pain management tidak akan langsung membantu Anda sembuh dari nyeri. Prosedur ini hanya membantu mengurangi rasa nyeri sekaligus membantu Anda mengendalikan rasa nyeri tersebut.

 

  1. Anonim. Pain and Pain Management – Adults. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/pain-and-pain-management-adults. (Diakses pada 22 Maret 2022).
  2. Anonim. Pain Management Guideline. https://www.hcanj.org/files/2013/09/Pain-Management-Guidelines-_HCANJ-May-12-final.pdf. (Diakses pada 22 Maret 2022).
  3. Anonim. Pain Management. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/21514-pain-management. (Diakses pada 23 Maret 2022).
  4. Anonim. Pain: Psychogenic Pain. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12056-pain-psychogenic-pain. (Diakses pada 22 Maret 2022).
  5. Anonim. Pain Relievers. https://medlineplus.gov/painrelievers.html. (Diakses pada 23 Maret 2022).
  6. Anonim. 2018. Surgery for Chronic Pain. https://www.spineuniverse.com/conditions/chronic-pain/surgery-chronic-pain. (Diakses pada 23 Maret 2022).
  7. Dresden, Danielle. 2018. What is the RICE Method for Injuries? https://www.medicalnewstoday.com/articles/321469. (Diakses pada 22 Maret 2022).
  8. Duggal, Neel. 2018. Somatic Pain vs. Visceral Pain. https://www.healthline.com/health/somatic-vs-visceral-pain. (Diakses pada 22 Maret 2022).
  9. Subramanian, Sushma. 2021. How Psychologists Can Help Treat Chronic Pain. https://www.nytimes.com/2021/11/09/well/mind/psychologists-chronic-pain-therapy.html. (Diakses pada 23 Maret 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi