Terbit: 23 February 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Antibiotik untuk jerawat sering kali digunakan karena membantu mengurangi bakteri penyebab jerawat di kulit. Apakah efektif menghilangkan jerawat dan apakah menimbulkan efek samping? Selengkapnya ketahui jawabannya dalam penjelasan di bawah ini!

Antibiotik Ampuh untuk Hilangkan Jerawat dan Cara Mempersingkat Penggunaannya

Antibiotik untuk Jerawat

Antibiotik bekerja dengan beberapa mekanisme. Mekanisme yang paling penting adalah mengurangi jumlah bakteri di dalam dan di sekitar folikel.

Antibiotik juga bekerja dengan mengurangi bahan kimia yang mengiritasi yang dihasilkan oleh sel darah putih. Pada akhirnya, antibiotik mengurangi konsentrasi asam lemak bebas dalam sebum, juga mengurangi respons inflamasi.

Berikut ini obat-obatan golongan antibiotik untuk jerawat:

1. Antibiotik topikal untuk jerawat

Antibiotik topikal dapat membantu membunuh bakteri di kulit yang dapat menginfeksi folikel rambut yang tersumbat, serta mengurangi kemerahan dan peradangan. Obat ini tersedia sebagai lotion, gel, atau salep yang dioleskan sekali atau dua kali sehari.

Lamanya pengobatan biasanya dianjurkan selama 6 hingga 8 minggu. Setelah itu, pengobatan biasanya dihentikan, karena ada risiko bakteri di wajah yang menjadi kebal pada antibiotik. Ini dapat memperburuk jerawat dan menyebabkan infeksi tambahan.

Antibiotik topikal untuk jerawat, termasuk:

  • Clindamycin
  • Erythromycin
  • Dapsone

Untuk beberapa bulan pertama pengobatan dengan salep antibiotik untuk jerawat misalnya, Anda bisa menggunakan retinoid dan antibiotik, dengan antibiotik yang dioleskan di pagi hari dan retinoid di malam hari.

Antibiotik biasanya dikombinasikan dengan benzoil peroksida untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya resistensi antibiotik. Contohnya termasuk clindamycin dengan benzoil peroksida dan erythromycin dengan benzoil peroksida. Antibiotik topikal saja tidak dianjurkan.

Meskipun jarang terjadi, berikut ini efek samping yang mungkin terjadi:

  • Iritasi ringan di kulit.
  • Kemerahan dan sensasi terbakar di kulit.
  • Pengelupasan di kulit.

Baca Juga: Jerawat: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

2. Antibiotik oral untuk jerawat

Antibiotik oral berupa tablet biasanya digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan topikal untuk mengobati jerawat yang lebih parah.

Dalam kebanyakan kasus, tetracyclines adalah golongan antibiotik yang dapat diresepkan, kecuali sedang hamil atau menyusui. Wanita hamil atau menyusui biasanya dianjurkan untuk mengonsumsi antibiotik yang disebut erythromycin, yang diketahui lebih aman digunakan.

Penggunaan antibiotik untuk jerawat biasanya diperlukan waktu sekitar 6 minggu sebelum mengalami perbaikan pada jerawat.

Bergantung pada seberapa baik merespons terhadap pengobatan, antibiotik oral bisa bertahan 4 hingga 6 bulan.

Tetracyclines (meliputi doxycycline, minocycline) dapat membuat kulit sensitif terhadap sinar matahari dan sinar UV, dan juga dapat membuat pil KB kurang efektif selama beberapa minggu pertama pengobatan. Oleh karena itu, gunakan metode kontrasepsi alternatif, seperti kondom, selama pengobatan.

Obat antibiotik untuk jerawat lainnya termasuk:

  • Trimethoprim
  • Cotrimoxazole

Jika Anda menggunakan antibiotik topikal atau antibiotik oral, dokter mungkin juga menyarankan Anda menggunakan benzoil peroksida pada kulit berjerawat. Langkah ini dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan resistensi antibiotik.

Baca Juga: 13 Golongan Obat Antibiotik yang Perlu Diketahui

Cara Mempersingkat Penggunaan Antibiotik

Anda bisa mempersingkat jumlah waktu yang diperlukan untuk menggunakan antibiotik dalam rencana perawatan dengan melakukan langkah berikut:

1. Menggunakan semua obat yang diresepkan

Ketika diminum sendiri, antibiotik akan cepat kehilangan kemampuannya untuk melawan jerawat. Ketika ini terjadi, bakteri terus tumbuh dan Anda bisa mengembangkan kondisi yang dikenal sebagai resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik adalah masalah kesehatan umum. Inilah sebabnya dokter kulit meresepkan obat jerawat lain bersama dengan antibiotik. Anda mungkin perlu menggunakan gel benzoil peroksida atau adapalen bersama dengan antibiotik.

2. Perawatan kulit berjerawat dengan lembut

Ketika berusaha menghilangkan jerawat, mungkin tertarik untuk menggosok kulit hingga bersih. Namun, menggosok dapat mengiritasi kulit dan memperburuk jerawat. Untuk itu, sebaiknya bersihkan wajah berjerawat secara lembut.

3. Rutin memeriksakan kulit ke dokter selama pengobatan

Simpan semua janji tindak lanjut dengan dokter kulit Anda.

Rutin memenuhi janji temu akan memungkinkan dokter kulit untuk melihat apakah perawatannya berhasil. Beberapa pasien mungkin membutuhkan obat antibiotik untuk jerawat yang berbeda. Sedangkan yang lain membutuhkan jenis perawatan yang berbeda.

4. Rajin perawatan kulit

Setelah kulit bersih dari jerawat, penting untuk menjalani perawatan jerawat yang berbeda untuk mencegah munculnya jerawat baru.

Kebanyakan orang dapat menjaga kulit tetap bersih dengan menggunakan obat yang dioleskan ke kulit.

Pastikan pula untuk terus menggunakan perawatan jerawat dalam rencana perawatan. Ini akan membantu menjaga kulit tetap bersih dan mengurangi kebutuhan obat jerawat yang lebih kuat seperti antibiotik.

 

  1. Anonim. 2019. Acne. https://www.nhs.uk/conditions/acne/treatment/ (Diakses pada 23 Februari 2022)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. How Long Can I Take an Antibiotic to Treat My Acne?. https://www.aad.org/public/diseases/acne/derm-treat/antibiotics (Diakses pada 23 Februari 2022)
  3. Hassan, Ed. 2021. Topical and Oral Antibiotics for Acne: Best Ones, How Long to Take Them, and More. https://dermcollective.com/antibiotics-for-acne/ (Diakses pada 23 Februari 2022)
  4. Mayo Clinic Staff. 2020. Acne. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acne/diagnosis-treatment/drc-20368048#:~:text=For%20moderate%20to%20severe%20acne,macrolide%20(erythromycin%2C%20azithromycin). (Diakses pada 23 Februari 2022)
  5. Oakley, Amanda. 2014. Antibiotics for acne. https://dermnetnz.org/topics/antibiotics-for-acne (Diakses pada 23 Februari 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi