Terbit: 20 June 2022 | Diperbarui: 6 July 2022
Ditulis oleh: Wulan Anugrah | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Pemeriksaan albumin penting untuk mengecek fungsi ginjal dan hati. Kenali lebih jauh seputar tes ini melalui ulasan berikut!

Pemeriksaan Albumin: Fungsi, Prosedur, dan Cara Membaca Hasilnya

Sekilas Tentang Pemeriksaan Albumin

Pemeriksaan albumin adalah tes untuk membantu mengetahui jumlah kadar albumin di dalam darah. Albumin sendiri merupakan protein yang terdapat di dalam plasma darah. Protein ini diproduksi oleh hati.

Fungsi dari albumin adalah memastikan bahwa darah tetap berada di arteri dan vena serta membawa hormon, vitamin, dan enzim ke seluruh tubuh.

Dokter atau tenaga medis akan melakukan tes albumin jika hati dan ginjal Anda dicurigai mengalami gangguan dan tidak bekerja secara optimal.

Kegunaan Pemeriksaan Albumin

Tes albumin berguna untuk mengetahui jumlah kadar albumin di dalam tubuh. Penting Anda ketahui, kekurangan atau kelebihan kadar ini bisa menandakan adanya gangguan pada tubuh seseorang.

Kadar albumin yang rendah bisa menandakan penyakit ginjal atau penyakit hati. Sementara itu, jika kadar protein ini tinggi, maka hal ini bisa menandakan bahwa tubuh sedang diare berat atau dehidrasi.

Baca JugaPemeriksaan AMH, Tes Hormon untuk Mengetahui Kesuburan

Siapa yang Membutuhkan Tes Ini?

Selain tes darah dan tes urine, pemeriksaan albumin perlu dilakukan jika seseorang menunjukkan gejala penyakit hati atau penyakit ginjal. Berikut ini sejumlah gejala yang bisa Anda amati:

1. Gejala Penyakit Hati

Sejumlah gejala yang dapat muncul pada orang dengan penyakit hati, di antaranya:

  • Mual dan muntah.
  • Gatal-gatal pada kulit.
  • Urine berwarna gelap.
  • Mudah memar.
  • Penyakit kuning.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Perubahan pada feses, misalnya warnanya menjadi lebih pucat.
  • Kelelahan.
  • Edema (pembengkakan) di dalam perut atau kaki.
  • Berat badan turun tanpa penyebab yang jelas.

2. Gejala Penyakit Ginjal

Sementara itu, berbagai gejala penyakit ginjal, antara lain:

  • Mual.
  • Muntah.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Gangguan tidur.
  • Kelelahan atau sulit untuk konsentrasi.
  • Buang air kecil lebih sering atau sebaliknya.
  • Kram otot.
  • Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan wajah.
  • Kulit kering dan gatal.
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru.
  • Nyeri dada jika cairan banyak menumpuk di sekitar lapisan jantung.
  • Ketajaman mental menurun.

Adakah Persiapan Sebelum Melakukan Tes?

Sebenarnya, tidak ada persiapan khusus dalam pemeriksaan albumin. Hanya saja, jika dokter atau tenaga medis menganjurkan tes darah lainnya, Anda akan diminta untuk berpuasa selama beberapa jam sebelum melakukan tes.

Terkait dengan instruksi lain dalam pemeriksaan, dokter atau tenaga medis akan menjelaskannya kepada Anda lebih jauh.

Selain itu, jika Anda sedang menggunakan obat-obatan, sebaiknya beritahukan kepada dokter atau tenaga medis. Pasalnya, obat-obatan tertentu dapat memengaruhi hasil tes.

Penting untuk Anda ingat, jangan menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ataupun tenaga medis.

Prosedur Pemeriksaan Albumin

Pemeriksaan albumin hanya membutuhkan beberapa menit sehingga tidak memakan banyak waktu dalam prosesnya.

Berikut ini adalah prosedur pemeriksaan yang umumnya dilakukan:

  • Sebelum menyuntikkan, tenaga medis akan mengoleskan antiseptik pada area penusukan. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
  • Tenaga medis akan menggunakan jarum suntik untuk mengambil darah dari vena di lengan.
  • Saat pengambilan darah, Anda mungkin merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum.
  • Jika jumlah darah cukup, tenaga medis akan memasukkan sampel darah ke dalam tabung khusus dan mengeluarkan jarum dari area suntikan.
  • Tenaga medis akan menutup bekas suntikan menggunakan perban kecil. Ini dapat Anda lepaskan dalam beberapa jam setelah prosedur.

Baca JugaMengenal Pemeriksaan Glaukoma, Kapan Harus Dilakukan?

Hasil Pemeriksaan Albumin

Hasil pemeriksaan biasanya akan keluar dalam beberapa hari setelah Anda menjalani prosedur. Kadar albumin Anda bisa dikatakan normal apabila berada di angka 3.5-5.5 gr per desiliter (g/dL).

Albumin yang kurang dari jumlah tersebut (hipoalbuminemia) bisa menandakan sejumlah kondisi, seperti:

  • Infeksi.
  • Peradangan akibat sepsis, tindakan operasi, ataupun kondisi lain.
  • Penyakit ginjal.
  • Inflammatory bowel disease (IBD).
  • Penyakit hati, seperti sirosis, kanker kanker hati (hepatitis A, B, atau C), dan penyakit hati berlemak.
  • Malnutrisi.
  • Gangguan tiroid.
  • Gangguan pencernaan yang melibatkan kesalahan penggunaan protein dari makanan, misalnya penyakit Crohn dan gangguan malabsorbsi.
  • Di sisi lain, jika kadar albumin dalam tubuh tinggi (hiperalbuminemia), maka hal ini bisa menandakan berbagai gangguan kesehatan berikut:
  • Diare parah.
  • Dehidrasi.

Efek Samping Tes

Secara umum, pemeriksaan albumin tidak menimbulkan efek samping yang cukup serius. Namun, seperti halnya prosedur medis lain, tetap ada efek dari pemeriksaan ini.

Anda mungkin akan mengalami memar, rasa nyeri, ataupun pendarahan ringan pada area suntikan. Kendati demikian, efek tersebut biasanya akan menghilang dalam sehari atau dua hari.

Demikian beberapa hal seputar cek albumin yang penting untuk Anda ketahui. Jika memiliki kecurigaan terhadap gangguan pada hati dan ginjal, segera konsultasikan ke dokter.

 

  1. Anonim. Albumin Blood Test. https://medlineplus.gov/lab-tests/albumin-blood-test/. (Diakses pada 20 Juni 2022).
  2. Anonim. Albumin Blood Test. https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/22390-albumin-blood-test. (Diakses pada 20 Juni 2022).
  3. Anonim. Chronic Kidney Disease. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-kidney-disease/symptoms-causes/syc-20354521. (Diakses pada 20 Juni 2022).
  4. Anonim. Liver Disease. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/liver-problems/symptoms-causes/syc-20374502.(Diakses pada 20 Juni 2022).
  5. Gurarie, Mark. 2021. What Is Albumin? https://www.verywellhealth.com/albumin-5076351. (Diakses pada 20 Juni 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi