Terbit: 4 February 2021
Ditulis oleh: dr. Monica Djaja Saputera | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Trakeostomi adalah tindakan medis yang dilakukan untuk membentuk jalan napas buatan. Ketahui selengkapnya tentang tindakan ini mulai dari tujuan, prosedur, hingga risikonya berikut ini!

Trakeostomi: Tujuan, Prosedur, Risiko, dll

Apa Itu Trakeostomi?

Trakeostomi adalah sebuah prosedur medis dengan menyisipkan selang khusus atau windpipe ke dalam trakea melalui lubang kecil atau stoma di bagian depan leher. Prosedur ini dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat (misal trauma, gagal napas, dll) atau pada kondisi terencana atau elektif (misal pembedahan di area kepala dan leher).

Apa Tujuan Trakeostomi?

Tujuan pemasangan trakeostomi adalah membentuk jalan napas buatan, yang memungkinkan pasien untuk bernapas melalui pipa trakeostomi, bukan dari napas hidung atau mulut. Selain itu, pemasangannya juga memiliki manfaat lain seperti:

  • Mencegah kerusakan laring dan saluran napas atas akibat pemasangan intubasi berkepanjangan.
  • Menjaga kestabilan jalan napas pasien yang membutuhkan dukungan oksigen atau ventilator mekanik jangka panjang.
  • Mempermudah akses penyedotan lendir di saluran napas bawah.
  • Membebaskan saluran napas atas dari sumbatan akibat tumor, trauma, benda asing, infeksi atau tindakan bedah.

Kapan Trakeostomi Perlu Dilakukan?

Tindakan ini perlu dilakukan pada kondisi tertentu, seperti: 

  1. Sumbatan atau obstruksi saluran pernapasan atas, dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti cacat bawaan atau kongenital, infeksi, keganasan atau malignansi, trauma, lumpuh atau paralisis pita suara, atau adanya benda asing di saluran napas.
  2. Mencegah aspirasi pada kondisi kronis, seperti penyakit saraf (contoh: sindrom Guillain-Barre, miastenia gravis, multipel sklerosis, tetanus, dll), koma (nilai GCS <8), dan trauma pada area wajah.
  3. Gagal napas, yang umumnya terjadi pada penyakit paru (contoh: bronkitis kronis eksaserbasi, emfisema, asma atau pneumonia berat), saraf (contoh: multipel sklerosis, penyakit motor neuron), atau cedera dada kronis. 
  4. Tindakan pembedahan area kepala dan leher.
  5. Adanya kerusakan pada saraf yang bertanggung jawab untuk proses menelan.

Apa Saja yang Perlu Diperhatikan sebelum Melakukan Trakeostomi?

Pada kondisi tidak gawat darurat umumnya dokter akan memberikan edukasi terlebih dahulu mengenai apa itu trakeostomi, serta keuntungan dan resiko akibat tindakan tersebut. Apabila pasien memiliki riwayat konsumsi obat antikoagulan, maka disarankan untuk menghentikan obat tersebut sebelum melakukan tindakan ini. 

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan pada area leher pasien guna melihat apakah ada faktor penyulit tindakan ini. Beberapa kondisi yang dapat menjadi faktor penyulit adalah seperti pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan lain yang juga diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium, yaitu nilai trombosit 100×109/l. 

Bagaimana Prosedur Melakukan Trakeostomi?

Tindakan ini sebisa mungkin harus dilakukan dengan pembiusan total di ruang operasi. Namun, pada kondisi gawat darurat, tindakan dapat dilakukan dengan pembiusan lokal di ruangan. 

Langkah-langkah prosedur tindakan trakeostomi di ruang operasi adalah: 

  1. Menempatkan pasien dalam posisi telentang dan menjaga kestabilan kepala leher dengan menggunakan bantal khusus berbentuk ring atau donat.
  2. Melakukan tindakan antiseptik pada area leher pasien yang diposisikan ekstensi.
  3. Melakukan pembiusan total.
  4. Melakukan insisi atau sayatan transversal sepanjang +3-6 cm di area leher pasien, sampai tampak tulang rawan trakea yang merupakan penanda akses masuk pipa trakeostomi.
  5. Memasukkan pipa ke dalam lubang tersebut.
  6. Menutup longgar luka sayatan dan menjaga kestabilan pipa dengan jahitan.

Apa Saja Komplikasi Tindakan Trakeostomi?

Berdasarkan waktu terjadinya, komplikasinya dibagi menjadi:

1. Komplikasi selama tindakan:

  • Perdarahan
  • Cedera trakea, laring, dan struktur paratrakea
  • Emboli udara
  • Apneu (henti napas)
  • Cardiac arrest (henti jantung)

2. Komplikasi dini setelah tindakan:

  • Emfisema subkutan
  • Pneumothoraks atau paru kolaps
  • Bergesernya pipa trakeostomi 
  • Adanya sumbatan pada pipa
  • Infeksi pada area trakeostomi 
  • Gangguan menelan
  • Perdarahan sekunder

3. Komplikasi terlambat setelah tindakan

  • Perdarahan
  • Nyeri atau rasa tidak nyaman pada area pemasangan trakeostomi, terutama saat berbicara, menelan, atau batuk
  • Stenosis laringotrakeal
  • Jaringan parut di area trakeostomi 

 

  1. Muscat, K., Bille, A., Simo, R. (2017). A guide to open surgical tracheostomy. Shanghai Chest; 1-4. doi:10.21037/shc.2017.05.05
  2. Oxford University Hospitals. (2020). Tracheostomy information for patients and relatives. Oxford University Hospitals NHS Foundation Trust; 1-11.
  3. Russel, C., Matta, B. (2004). Tracheostomy a multiprofessional handbook. Cambridge University Press: Greenwich Medical Media Limited; 29-58.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi