Terbit: 14 January 2020 | Diperbarui: 8 December 2021
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Salah satu kunci mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar adalah menikmati sinar matahari pagi. Jika kita juga melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga di bawah kehangatan sinar matahari pagi, dampaknya bahkan jauh lebih baik. Hanya saja, mengapa sinar matahari di siang hari justru dianggap kurang baik bagi kesehatan?

Mengapa Sinar Matahari Pagi Sehat, Tapi di Siang Hari Tidak?

Dampak Sinar Matahari bagi Tubuh

Kita mengenal istilah menikmati sinar matahari ini dengan kegiatan berjemur. Tak harus dilakukan di pantai, kita bisa berjemur di depan rumah. Masalahnya adalah jika kita sering berjemur atau terpapar sinar matahari di siang hari, dampaknya bisa berbahaya. Australian Cancer Council pada 2011 lalu bahkan menyebut kebiasaan ini bisa saja meningkatkan risiko terkena kanker kulit.

Sinar matahari pagi kaya akan vitamin D, kandungan yang penting bagi kesehatan tulang dan mental. Mencukupi kebutuhan vitamin D juga terbukti bisa menurunkan risiko beberapa jenis kanker seperti kanker usus besar, kanker prostat, dan kanker payudara, serta mencegah datangnya diabetes tipe 2.

Hanya saja, sinar matahari di siang hari cenderung memiliki radiasi ultraviolet yang jauh lebih besar. Masalahnya adalah paparan radiasi ini bisa menyebabkan kerusakan sel yang tidak bisa disepelekan dampaknya. Sebagai informasi, ada tiga jenis sinar ultraviolet yang dikeluarkan oleh matahari, namun yang bisa memberikan dampak bagi kesehatan tubuh adalah UV-A dan UV-B. Paparan sinar ultraviolet inilah yang bisa menyebabkan kulit terbakar atau meningkatkan risiko kanker kulit.

Mereka yang memiliki warna kulit lebih cerah diketahui lebih rentan mengalami dampak buruk dari paparan sinar ultraviolet. Sementara itu, mereka yang berkulit gelap biasanya tidak mengalami dampak terlalu besar meskipun tetap saja mereka tidak boleh sembarangan sering terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama di siang hari.

Tak hanya efek dari paparan radiasi sinar ultraviolet, paparan sinar matahari langsung yang panas dan menyengat juga dikhawatirkan bisa memicu heatstroke. Apalagi jika kita tidak mendapatkan asupan cairan yang cukup atau tidak segera mendapatkan tempat untuk berteduh.

Perbedaan Dampak Sinar Matahari di Waktu yang Berbeda-Beda

Pakar kesehatan William Grant dari California, Amerika Serikat menyebut ada perbedaan dari dampak sinar matahari di waktu yang berbeda-beda. Saat sinar matahari ada di bawah horizon seperti di awal pagi hari atau menjelang petang, hanya memancarkan sinar UV-A dan sangat sedikit UV-B. Hal inilah yang membuat paparan sinar matahari di waktu ini tidak begitu membahayakan kesehatan.

Hanya saja, jika kita ingin mendapatkan vitamin D dengan maksimal, pakar kesehatan justru menyarankan kita untuk menikmati sinar matahari setelah pukul 09.00 agar bisa mengaktifkan vitamin ini dengan maksimal. Berjemurlah sekitar 15 menit saja. Jika waktu sudah mencapai pukul 11.00, biasanya jumlah sinar UV-B sudah jauh lebih banyak sehingga sebaiknya kita membatasi waktu terkena sinar matahari maksimal 5 menit saja.

Bagian tubuh yang bisa kita kenakan sinar matahari adalah wajah, tanggan, kaki, serta punggung. Hanya saja, semakin siang, sinar matahari cenderung sangat silau dan bisa membuat mata perih atau terbakar. Sebaiknya kita memakai kacamata hitam demi memberikan perlindungan bagi mata.

Jika kita melakukan aktivitas di luar ruangan saat sinar matahari sedang sangat panas dan terik, ada baiknya juga menggunakan tabir surya demi memberikan perlindungan pada kulit agar tidak mudah terbakar atau mengalami efek buruk lainnya.

 

Sumber:

  1. Anonim. 2015. Spend 10 minutes in the sun to stay healthy. https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/health-fitness/health-news/Spend-10-minutes-in-the-sun-to-stay-healthy/articleshow/34047027.cms (Diakses pada 13 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi