Terbit: 6 November 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Kasus septic tank yang meledak di Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur pada Senin, 4 November 2019 masih menjadi perbincangan hangat masyarakat. Sebagai informasi, ledakan ini diawali oleh proses pengurasan atau penyedotan septic tank, salah satu jasa yang sering digunakan oleh banyak orang, khususnya di kota-kota besar.

Seberapa Sering Septic Tank Sebaiknya Dikuras?

Kronologi Ledakan Septic Tank di Cakung, Jakarta Timur.

Ledakan septic tank ini terjadi justru saat proses penyedotan tinja sudah selesai dilakukan. Saat itu, sopir truk sedot WC, S, sedang memeriksa sisa tinja yang ada di dalam lubang septic tank dengan menggunakan koran yang dibakar sebagai pencahayaan.

Pria 44 tahun ini kemudian membiarkan koran yang terbakar ini di dalam septic tank dan kemudian akan pamit ke pemilik rumah. Hanya saja, tiba-tiba saja terjadi ledakan keras dari septic tank tersebut hingga menewaskannya.

Para ahli menyebut ledakan septic tank ini berasal dari gas metana yang menumpuk di dalam septic tank selama bertahun-tahun. Saat tersulut api, gas yang memiliki tekanan tinggi ini akan menyebabkan ledakan yang cukup keras dan bisa membuat tutup septic tank pecah atau bahkan terbang.

Melihat fakta ini, ada baiknya memang kita tidak sembarangan bermain api di sekitar septic tank atau bahkan memasukkan api ke dalamnya. Hal ini bisa menyebabkan ledakan yang berbahaya. Selain itu, kita juga sebaiknya memberikan saluran udara pada septic tank agar tidak terjadi penumpukan gas metana dengan tekanan tinggi di dalamnya.

Frekuensi Menguras Septic Tank yang Disarankan

Masih banyak orang yang terbiasa membiarkan kotoran di dalam septic tanknya terus menumpuk dan berpikir jika hal ini tidak perlu disedot atau dikuras. Padahal, pakar kesehatan menyarankan kita untuk selalu rutin menguras septic tank setidaknya tiga tahun sekali. Jika kita malas melakukannya, bisa jadi kotoran di dalam septic tank merembes ke luar dan membuat lingkungan di sekitarnya menjadi tercemar.

Salah satu yang bisa tercemar oleh septic tank yang merembes adalah air tanah atau air sumur. Padahal, bisa jadi air tanah ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk minum, mandi, atau mencuci. Air ini tentu akan tercemar oleh berbagai bakteri yang bisa menyebabkan datangnya penyakit.

Banyak orang yang dengan santai menganggap septic tank yang belum penuh atau mampet sebagai tanda bahwa mereka tidak perlu mengurasnya. Padahal, hal ini disebabkan oleh prose penguraian bakteri pada kotoran di dalam septic tank yang membuat kotoran berubah menjadi endapan lumpur dan air. Air ini kemudian bisa merembes di sekitar septic tank sehingga membuat septic tank ini seperti tidak akan pernah penuh.

Air Tanah di Indonesia Telah Banyak Tercemar Bakteri E.Coli

Pakar kesehatan Foort Bustraan dari Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene menyebut telah melakukan penelitian pada air tanah dan air sungai. Hasilnya cukup mengejutkan, yakni 80 persen dari sumber air tersebut sudah tercemar bakteri E.Coli, bakteri yang juga bisa ditemukan di dalam kotoran atau di dalam septik tanc. Hal ini sepertinya terkait dengan kecenderungan masyarakat Indonesia yang masih belum memahami sanitasi atau menjaga lingkungan dengan baik.

Sementara itu, Nugraha Tri Utomo dari Bappenas menyebut septic tank yang tidak pernah dikuras selama lima tahun besar kemungkinan akan bocor dan merembes sehingga mencemari lingkungan sekitar. Jika rembesan ini mencapai air tanah yang kita gunakan untuk konsumsi sehari-hari, maka akan menyebabkan datangnya masalah kesehatan seperti diare yang berbahaya.

 

Sumber:

  1. Illahi, Kurnia. 2019. Kronologi Septic Tank Meledak di Cakung yang Menewaskan Sopir Jasa Sedot WC.id/news/megapolitan/kronologi-septic-tank-meledak-di-cakung-yang-menewaskan-sopir-jasa-sedot-wc. (Diakses pada 6 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi