Terbit: 21 June 2017
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Penikahan remaja berusia 15 tahun dari Baturaja, Sumatera Selatan, bernama Amanda Safitri dan Muhammad Fitrah Rizky, baru-baru ini menarik perhatian banyak orang di media sosial. Bagaimana tidak, pasangan pengantin ini tercatat masih menjadi murid Sekolah Menengah Pertama. Banyak orang yang memuji keputusan keduanya untuk menikah karena ingin menghindari zina, namun ada pula yang menganggap pernikahan ini sebagai sesuatu yang terburu-buru untuk dilakukan. Sebenarnya, apakah ada dampak kesehatan yang didapatkan dari pernikahan di usia remaja seperti yang mereka lakukan?

Seperti Apa Dampak Kesehatan Dari Pernikahan di Usia Remaja?

Pakar kesehatan di bidang psikologi anak dan remaja bernama Ratih Zulhaqqi menyebutkan jika pernikahan di usia remaja bisa memberikan dampak psikologis berupa adanya tahapan hidup yang terasa terlewati begitu saja oleh pelakunya. Yang menjadi masalah adalah, salah satu atau kedua pasangan yang menikah ini bisa merasa kehilangan tahapan hidup tersebut dan meminta tahapan ini kembali di suatu waktu di masa depan. Kondisi ini bisa saja memicu pertengkaran atau bahkan perceraian di kemudian hari.

Menurut Ratih, saat fase SMA atau setelah lulus SMA, remaja sedang dalam kondisi mencari eksistensi diri dan jati diri. Di saat-saat inilah mereka kerap melakukan banyak hal baik itu bersama teman-temannya atau orang lain yang Ia percayai. Jika mereka sudah menikah, mereka tentu tidak akan bisa melakukan berbagai hal tersebut karena sudah memiliki tanggung jawab di keluarganya. Hal inilah yang bisa membuat mereka kehilangan fase tersebut.

Dalam hal kesehatan fisik sendiri, pakar kesehatan di bidang kehamilan bernama dr. Arietta Pusponegoro, SpOG(K) menyebutkan jika sebelum usia wanita mencapai 20 tahun, tubuhnya sebenarnya belum benar-benar siap untuk hamil. Beliau sendiri menyarankan wanita untuk hamil dan melahirkan di usia ideal antara 20 hingga 35 tahun. Jika seorang wanita hamil sebelum 20 tahun, Ia pun beresiko lebih besar mengalami ketuban pecah dini atau kelahiran bayi yang prematur. Tak hanya itu, ibu juga akan lebih beresiko terkena anemia, pendarahan, dan hipertensi.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi