Terbit: 28 December 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Cukup banyak orang yang memilih untuk menghisap rokok mild karena berpikir jika rokok dengan kandungan TAR yang lebih rendah ini jauh lebih aman bagi kesehatan jika dibandingkan dengan rokok kretek.

Apakah Rokok Mild Lebih Aman untuk Kesehatan?

Rokok Mild dan Pengaruhnya pada Kesehatan

Cukup banyak perokok yang merekomendasikan rokok mild bagi mereka yang belum pernah mencoba untuk merokok karena menganggapnya rokok mild ‘lebih aman’. Lantas, apakah memang ada rokok yang paling aman dikonsumsi.

Pakar kesehatan dr. Elisna Syahruddin, Ph.D, Sp.P(K) dari RSUP Persahabatan menyebutkan bahwa meskipun memiliki kandungan nikotin lebih rendah, tetap saja menghisap rokok mild bisa memberikan kerugian bagi kesehatan, khususnya dalam menyebabkan kanker paru-paru.

Menurut dr. Elisna tanpa sadar para penghisap rokok mild ini terlena dengan label aman dari rokok ini dan bisa dengan santai menghisap rokok ini dalam jumlah yang banyak setiap hari. Hal ini tentu akan membuat kadar nikotin dan racun lainnya yang ada dalam rokok terhisap dalam jumlah yang banyak oleh tubuh dan memicu datangnya penyakit.

Dokter Elisna pun menyebut rokok mild sama sekali tidak bisa dianggap sebagai rokok yang lebih aman untuk dihisap. Rokok jenis apapun sama-sama memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Jika Anda tidak ingin mendapatkan efek buruk dari merokok, satu-satunya cara adalah dengan berhenti merokok apapun jenisnya. Bahkan, bagi mereka yang berkata bahwa rokok elektrik lebih aman untuk dihisap, sebenarnya rokok ini juga tetap bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan layaknya saat kita menghisap rokok konvensional.

Rokok yang Paling Aman Dikonsumsi

Jika penjelasan sebelumnya mengatakan semua jenis rokok adalah berbahaya bagi kesehatan tubuh–khususnya organ paru-paru, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Gretha Zahar seorang ahli kimia radiasi, dan Prof. Sutiman Bambang Sumitro seorang guru besar nanobiologi dari Universitas Brawijaya Malang, menghasilkan rokok yang tidak berbahaya.

Kedua orang itu melakukan kajian ilmiah terhadap tembakau dan menemukan bahwa partikel di asap rokok dapat meluruhkan radikal bebas. Melalui kajian ilmiah berbasis nanosains, nanoteknologi, dan nanobiologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik–asap rokok dianalisa dengan instrumen gas chromatography yang menemukan bahwa sesungguhnya senyawa dalam asap rokok tidak semata-mata senyawa radikal bebas melainkan banyak polimer berbentuk kumpulan butiran partikel. Nikotin adalah salah satu bagian kecil dari butiran partikel dari asap rokok.

Setelah itu, mereka meramu rokok medis yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Rokok yang tidak berbahaya itu mereka namakan divine kretek. Divine kretek mengandung formula scavenger yang mampu menangkap dan meluruhkan radikal bebas yang mengendap dalam tubuh.

Rokok yang paling aman dikonsumsi ini bahkan terbukti dapat menyembuhkan penyakit autis, kanker, kardiovaskuler, stroke hingga paru-paru. Selain divine kretek, keduanya menemukan teknik terapi balur yang merupakan terapi tradisional terhadap fungsi sel dengan bahan utama asap tembakau.

Dr. Gretha Zahar mengklaim rokok yang paling aman dikonsumsi adalah rokok divine kretek. Menurutnya, kimia, senyawa merkuri memiliki satu perbedaan elektron saja dari aurum–nama kimia untuk emas.

Oleh karena itu, ia membuat sebuah senyawa asam amino yang mampu melepaskan satu elektron di merkuri agar berubah menjadi aurum. Asam amino itulah yang diteteskan atau diolah dengan tembakau pada rokok buatannya dan menjadi rokok yang paling aman dikonsumsi.

Ketika merkuri dalam divine kretek itu berubah menjadi emas, maka hal itu berguna untuk melawan kanker. Selain diubah menjadi emas, Gretha mengungkapkan bahwa asam amino juga berguna untuk memperkecil gelembung-gelembung merkuri ke ukuran nano. Dengan begitu, kandungan merkuri yang tersisa dalam tubuh akan dikeluarkan lewat kulit melalui pori-pori.

Menurut Gretha, terapi nano buatannya berbeda dengan terapi nano lainnya karena kandungan merkurinya dibungkus sehingga tidak menyerap ke tubuh tetapi dikeluarkan. Gretha mengklaim terapinya ini lebih efektif karena asap nikotin dalam bentuk gas lebih cepat meresap ke dalam tubuh. Meski begitu, ia mengklaim tingkat keberhasilan terapinya belum lah sempurna.

Dengan rekayasa teknologi pada tingkat nano, asap divine kretek justru berfungsi sebagai obat dan pengobatan alternatif. Dalam ukuran nano atau tingkat sub-atomik, nikotin memiliki kemampuan untuk meluruhkan, memperkecil dan mengubah sifat radikal bebas Hg yang berbentuk gas.

Sedangkan senyawa TAR memiliki peran sebagai semikonduktor yang baik untuk mempercepat pengeluaran senyawa radikal bebas dari tubuh.

Menurut Gretha Zahar, banyak pemahaman yang berbeda terkait tembakau atau rokok, namun dia sudah membuktikannya secara empiris bahwa divine kretek adalah rokok yang paling aman dikonsumsi karena dapat merontokan radikal bebas.

Seperti diketahui, dalam pandangan umum yang berbasis analisis secara fragmentasi dan terisolasi, kandungan tembakau berupa nikotin, TAR, CO dan sekitar 3.997 zat kimia lainnya ialah sumber penyakit. Namun, menurut Gretha, radikal bebas lah yang sesungguhnya berbahaya dan menjadi sumber segala penyakit.

Menyanggah Informasi Rokok yang Tidak Berbahaya

Klaim Dr. Gretha Zahar bahwa divine kretek adalah rokok yang paling aman dikonsumsi tentu menimbulkan pertentangan di kalangan medis. Ahli penyakit paru sekaligus Ketua Divisi Ilmu Penyakit Paru, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Dokter Slamet Hariadi, tidak percaya sama sekali dengan terapi rokok yang dilakukan Dr. Gretha Zahar.

“Asap rokok itu sumber racun, kok malah dibuat obat,” ujarnya.

Menurut dia, di dalam rokok sedikitnya terkandung ribuan zat berbahaya. Jadi, klaim tentang rokok yang paling aman dikonsumsi belum mempunyai dasar yang kuat, sehingga ia masih meragukan terapi rokok itu.

Selain itu, dokter Slamet juga mempertanyakan bahan yang digunakan dan yang terkandung dalam rokok itu, proses dan metode penelitiannya. “Sudah berapa kali diuji coba dan bagaimana tingkat keberhasilannya,” katanya.

Sementara itu, Tribowo Tuahta Ginting, psikiater dari Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan, mengatakan, diperlukan penelitian yang kuat untuk membuktikan keampuhan terapi rokok ini.  Ia mengungkapkan, jika pada dasaranya terapi berhenti merokok masih berbentuk bakaran dan diisap, efek negatif dari bakaran masih ada.

Penggunaan tembakau untuk menghentikan kebiasaan merokok menurut Tribowo sifatnya hanya sebagai pengganti, karena kandungan nikotin yang ada di dalam tembakau tetap akan masuk ke dalam tubuh.

“Ada tembakau yang dikunyah seperti sirih, itu kan yang dicari nikotinnya. Kalau dibalur ya nikotinnya tetap masuk lewat kulit. Itu sama saja seperti terapi nikotin model koyo,” katanya. Menurutnya, terapi ini hanya memindahkan ketergantungan saja. Agar perokok berhenti menggunakan nikotin, ia menyarankan perokok untuk menjalani konseling.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi