Terbit: 24 May 2021 | Diperbarui: 6 October 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Penyakit akibat kerja adalah jenis penyakit yang terjadi sebagai akibat dari paparan faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja. Apa saja penyakit akibat kerja yang perlu Anda ketahui? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

12 Penyakit Akibat Kerja yang Harus Anda Waspadai

Apa Itu Penyakit Akibat Kerja (PAK)?

Pengertian penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau aktivitas yang menjadi bagian dari pekerjaan. Penyakit ini juga memiliki banyak penyebab, di mana faktor lingkungan kerja dapat berperan, bersama dengan faktor risiko lainnya dalam perkembangan suatu penyakit.

Menurut Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan lingkungan itu juga meliputi lingkungan kerja, sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga diatur dalam peraturan tersendiri, dan di dalamnya dibahas tentang penyakit akibat kerja. Agar seseorang dapat menuntut haknya terkait penyakit akibat kerja, penting bagi Anda untuk mengenali apa PAK itu.

Berbagai Macam Penyakit Akibat Kerja

Penyakit ini terjadi ketik 3a aktivitas atau paparan yang terjadi di tempat kerja menyebabkan atau berkontribusi pada suatu kondisi/memperburuk keadaan yang sudah ada sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa terjadi dengan pekerjaan yang Anda lakukan, di antaranya:

1. Dermatitis

Ini adalah penyebab umum penyakit kulit akibat kerja. Bahkan, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 75 persen pasien dengan dermatitis kontak akibat kerja mengembangkan penyakit kulit kronis. Penyakit yang juga disebut eksim ini merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis namun tidak berbahaya. Gejala yang muncul juga biasanya ringan, seperti gatal pada kulit.

2. Penyakit Pernapasan

Keadaaan ini termasuk asma, penyakit paru-paru, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Dibanding penyakit lainnya, asma dianggap sebagai penyakit paru-paru akibat kerja yang paling umum, terutama di sektor industri otomotif, kimia, dan plastik.

3. Gangguan Muskuloskeletal (MSD)

Ini adalah keadaan yang lazim terjadi tempat kerja, bahkan di lingkungan perkantoran. Sebagian besar MSD terkait pekerjaan berkembang seiring waktu dan disebabkan oleh gerakan berulang, tuntutan kerja yang tinggi, kurangnya waktu istirahat, dan lain-lain. Keadaan ini juga disebutkan menyumbang 43 persen dari semua cedera terkait pekerjaan.

4. Gangguan Pendengaran

Penyakit akibat kerja ini lebih umum terjadi pada pekerja di sektor pertambangan, konstruksi dan industri manufaktur. Kebisingan adalah penyebab dari gangguan pendengaran, akan tetapi pelarut, logam, asfiksia, dan panas juga dapat berperan.

Paparan kebisingan yang dikombinasikan dengan agen lain dapat menyebabkan gangguan pendengaran lebih besar daripada yang dihasilkan dari paparan kebisingan saja.

5. Kanker

Menurut European Agency for Safety and Health, kanker menyumbang 24 persen dari kematian terkait pekerjaan secara global. Kanker akibat kerja terjadi saat pekerja bersentuhan dengan zat karsinogenik di tempat kerja. Zat tertentu dikaitkan dengan berbagai jenis kanker, dan karsinogen tertentu dapat sangat lazim di industri tertentu.

Penyakit terkait asbes masih menjadi salah satu insiden penyakit akibat kerja yang paling terkenal. Hal ini termasuk kanker paru-paru, kanker lambung, kanker laring/faring, dan mesothelioma (kanker yang terjadi pada lapisan tipis jaringan yang menutupi sebagian besar organ dalam).

6. Stres dan Gangguan Mental Lainnya

Berbagai sumber menyatakan bahwa gangguan kesehatan mental juga dapat dianggap sebagai penyakit akibat kerja dalam konteks tertentu. Gangguan stres pasca trauma (PTSD) paling sering disebut. Keadaan ini lebih sering memengaruhi pekerjaan yang sering mendapatkan tekanan tinggi, seperti militer atau penegak hukum.

Bahkan, menurut sebuah studi, seseorang yang mengalami peristiwa traumatis lebih berisiko mengembangkan PTSD.

Baca Juga: Kecelakaan Kerja: Penyebab dan Contoh Kasusnya

7. Penyakit Menular

Sebuah studi mengungkapkan, petugas kesehatan berisiko tertular penyakit menular seperti hepatitis B, hepatitis C, tuberkulosis, hingga HIV. Studi itu juga mencatat bahwa tuberkulosis merupakan risiko bagi pekerja di layanan sosial atau fasilitas pemasyarakatan karena aktivitasnya yang terus-menerus berhubungan dengan populasi berisiko tinggi.

8. Nyeri Punggung Bawah

Meskipun penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti, sebuah studi berhasil mengidentifikasi beberapa aktivitas kerja dan postur tubuh yang canggung sebagai penyebab utama masalah ini.

Perlu Anda ketahui, pada punggung terdapat saraf yang berfungsi mengatur pergerakan dan menangkap rangsang dari tubuh bagian bawah. Saraf tulang belakang ini terdapat di dalam rongga tulang belakang dan dilindungi oleh bantalan saraf. Jika terdapat masalah di struktur-struktur tersebut, nyeri punggung bawah bisa terjadi.

9. Carpal Tunnel Syndrome

Carpal tunnel syndrome atau sindrom lorong karpal disebabkan oleh kompresi saraf median, yaitu saraf yang mengontrol sensasi dan gerakan di tangan. Keadaan ini tidak selalu disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan. Biasanya, peningkatan risiko di tempat kerja dikaitkan dengan penggunaan alat perkakas.

10. Kram pada Tangan atau Lengan Bawah

Jika kram sangat parah sehingga mengarah pada diagnosis klinis, kram dapat sangat melemahkan dan mengganggu kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan normal.

Keadaan ini bersifat kronis dan dikaitkan dengan gerakan yang berulang. Kram biasanya ditandai dengan seseorang yang tidak dapat melakukan serangkaian gerakan yang sebelumnya terkoordinasi dengan baik.

11. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)

Pekerja yang tangannya sering terkena getaran tinggi, misalnya di industri yang menggunakan alat dan mesin yang menghasilkan getaran, dapat mengalami gangguan sirkulasi darah dan kerusakan saraf di tangan dan lengan.

Penyakit ini merupakan suatu kumpulan gejala vaskuler, neurologis, dan muskuloskeletal yang mengenai jari, tangan, dan lengan yang diakibatkan karena penggunaan alat-alat yang dapat menggetarkan tangan secara berlebihan. HAVS memiliki gejala yang hampir sama dengan carpal tunnel syndrome sehingga sulit untuk membedakan keduanya.

Gejala HAVS dibedakan berdasarkan gejala vaskuler dan gejala sensorineural. Gejala yang paling sering yaitu rasa kesemutan atau mati rasa terutama tangan, lengan, dan jari.

12. Tendinitis dan Tenosinovitis

Tendinitis adalah peradangan yang terjadi pada tendon, sementara tenosinovitis berarti radang selubung (sinovium) yang mengelilingi tendon. Seseorang yang melakukan pekerjaan berulang berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini.

Pekerjaan yang menuntut fisik itu termasuk (tetapi tidak terbatas pada) tugas yang melibatkan pengangkatan berulang dan aktivitas yang melibatkan gerakan ekstrem di tangan/pergelangan tangan.

Diagnosis oleh Dokter

Meski Anda sudah mengetahui berbagai penyakit akibat kerja seperti di atas, konsultasi dengan dokter tetap diperlukan untuk menentukan kondisi dengan tepat. Gangguan yang terjadi harus didiagnosis oleh dokter. Diagnosis termasuk mengidentifikasi gejala baru atau gejala yang sudah ada sebelumnya.

Jika diagnosis yang Anda alami adalah termasuk PAK, perlu ada surat keterangan lanjutan dari dokter perusahaan agar Anda mendapatkan jaminan BPJS Ketenagakerjaan.

 

  1. Anonim. Occupational diseases. https://www.hse.gov.uk/riddor/occupational-diseases.htm. (Diakses pada 24 Mei 2021).
  2. Anonim. National Occupational Research Agenda. https://www.cdc.gov/niosh/docs/96-115/diseas.html. (Diakses pada 24 Mei 2021).
  3. Foulis, Maia. 2020. 7 most common occupational diseases. https://www.thesafetymag.com/ca/topics/occupational-hygiene/7-most-common-occupational-diseases/236947. (Diakses pada 24 Mei 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi