Terbit: 21 December 2021 | Diperbarui: 30 December 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Coronasomnia adalah istilah baru yang digunakan untuk gangguan tidur terkait pandemi COVID-19. Selengkapnya ketahui gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya berikut ini!

Mengenal Coronasomnia, Gangguan Tidur Selama Pandemi COVID-19

Apa Itu Coronasomnia?

Coronasomnia adalah istilah untuk menggambarkan gangguan tidur terkait stres dan kecemasan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Ini terjadi ketika gejala insomnia yang semakin meningkat di masa pandemi.

Bagi kebanyakan orang, gejala coronasomnia dimulai atau intens selama pandemi virus corona. Beberapa penyebabnya, yang berkisar dari hilangnya rutinitas sehari-hari hingga peningkatan konsumsi media massa di tengah pandemi.

Meskipun bukan kondisi medis, gangguan tidur ini dapat menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap kesehatan fisik dan emosional seiring waktu.

Tanda dan Gejala Coronasomnia

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tidak menyebutkan insomnia sebagai gejala umum COVID-19. Sementara orang dengan pasca-COVID-19 mungkin mengalami kesulitan tidur dan telah mengalami insomnia, gangguan tidur mungkin cenderung karena stres terkait pandemi daripada kondisi itu sendiri.

Berikut ini beberapa gejala coronasomnia:

  • Gejala insomnia, seperti sulit tidur dan dan tidur tidak nyenyak.
  • Tingkat stres meningkat.
  • Peningkatan gejala kecemasan dan depresi.
  • Jadwal tidur yang tertunda.
  • Gejala kurang tidur, seperti peningkatan kantuk di siang hari, gangguan konsentrasi dan fokus, dan suasana hati yang buruk.
  • Selama pandemi COVID-19, berbagai penelitian telah mendokumentasikan peningkatan insomnia dan gangguan kesehatan mental.

Baca Juga: Insomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan, dll

Siapa yang Berisiko Terkena Coronasomnia?

Siapa pun dapat mengembangkan gejala susah tidur di masa pandemi COVID-19, tetapi kelompok orang tertentu mengalami peningkatan risiko, termasuk:

  • Pasien COVID-19
  • Pekerja medis garis depan.
  • Pekerja di sektor penting.
  • Perempuan.
  • Orang dewasa muda.
  • Orang kulit berwarna.

Pasien COVID-19 paling berisiko mengalami gangguan tidur, karena gejala penyakit yang membuatnya sulit istirahat, seperti bernapas dan batuk. Sekitar 75% pasien mengalami kesulitan tidur.

Penyebab Coronasomnia

Pandemi COVID-19 telah memengaruhi hampir semua aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya anak-anak menyesuaikan diri dengan sekolah daring, sementara jutaan pekerja beralih ke pekerjaan jarak jauh, dirumahkan, atau kehilangan pekerjaan sama sekali.

Banyak orang kehilangan orang yang dicintai dan mengalami penyakit. Keadaan ketidakpastian yang berkelanjutan atas keamanan kerja, kesehatan, dan kapan semuanya akan kembali normal. Dengan begitu banyak perubahan, sehingga tidak heran orang mengalami kesulitan tidur.

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan coronasomnia:

1. Peningkatan stres

Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan atau stres berdampak pada kesehatan psikologis dan menimbulkan gangguan tidur dapat berlangsung berbulan-bulan. Pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab kondisi tersebut.

Stres dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon yang bekerja berlawanan dengan melatonin (hormon tidur). Kortisol biasanya meningkat di pagi hari untuk memberi energi pada tubuh, dan kemudian menurun di malam hari untuk mempersiapkan istirahat.

Ketika kadar kortisol tetap tinggi akibat stres, produksi melatonin terganggu. Ini pada akhirnya dapat menyebabkan coronasomnia.

2. Hilangnya rutinitas harian

Karena diberlakukan menjaga jarak atau physical distancing setelah munculnya wabah COVID-19, banyak kehidupan normal menghilang. Hilangnya aktivitas ini telah meningkatkan isolasi sosial dan berdampak negatif pada kesehatan mental.

Aktivitas normal juga berperan penting dalam kaitannya dengan tidur. Beberapa aktivitas seperti perjalanan, makan, kelas olahraga, dan acara sosial, merupakan semua penanda waktu yang membantu memperkuat ritme sirkadian (siklus tidur-bangun). Setelah wabah COVID-19, rutinitas tersebut tiba-tiba fleksibel atau bahkan hilang.

Untuk sebagian besar orang, perubahan tersebut berperan pada fase-delay insomnia. Orang yang terdampak wabah ini mulai tidur lebih lambat dan bangun lebih lambat. Juga memiliki kualitas tidur yang lebih rendah. Gejala ini lebih terasa pada orang dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang lebih tinggi.

3. Peningkatan konsumsi media

Sebagai kewaspadaan dengan mengikuti informasi terbaru tentang wabah COVID-19, orang-orang secara signifikan meningkatkan konsumsi media massa selama pandemi. Hampir di semua aspek, perilaku ini dapat meningkatkan tekanan mental.

Menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan media massa dan memantau berita lebih sering, keduanya terkait dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Semakin banyak orang mencari berbagai jenis media, seperti televisi atau media sosial, semakin tinggi gejala ketakutannya.

Mereka secara khusus meningkatkan konsumsi media di malam hari, misalnya menjelang waktu tidur. Akibatnya, orang-orang juga menghabiskan lebih banyak waktu dengan gawainya, streaming, dan menonton berita. Peningkatan waktu dengan gawai ini terkait dengan tidur yang lebih pendek dan kurang nyenyak.

Cara Mengatasi Coronasomnia

Jika dibiarkan, gangguan tidur akibat wabah COVID-19 dapat menyebabkan masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah guna mengatasinya dengan cara berikut ini:

1. Buat rutinitas dan melakukannya

Menetapkan waktu untuk bangun dan tidur setiap hari bisa membantu tubuh bersiap untuk beristirahat dan tidur malam yang nyenyak. Untuk meningkatkan peluang tertidur lebih cepat, pikirkan rutinitas sebelum tidur yang menenangkan, misalnya menyeruput secangkir teh bebas kafein atau membaca buku.

2. Aktif sepanjang hari

Aktivitas aerobik moderat seperti jogging bisa membantu tertidur lebih cepat dan juga tetap tertidur. Tetap aktif dengan olahraga juga dapat membantu menurunkan tingkat stres. Guna mengatasi coronasomnia, pastikan untuk tetap aktif sepanjang hari secara rutin.

3. Batasi penggunaan gawai satu jam sebelum tidur

Menggunakan smartphone atau komputer sebelum tidur akan membuat Anda sulit untuk tidur. Cahaya biru yang dipancarkan dari kedua perangkat ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh mengeluarkan melatonin, hormon alami yang menyebabkan tidur.

Jika mengharuskan Anda menggunakan perangkat elektronik, sebaiknya alihkan pengaturan layar ke warna yang lebih hangat dan meredupkan pencahayaan.

Baca Juga: 20 Cara Mengatasi Insomnia yang Cepat dan Efektif

4. Konsultasikan dengan spesialis

Jika mengalami stres atau kecemasan yang tinggi, sebaiknya luangkan waktu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental. Terapi perilaku-kognitif adalah pendekatan terapeutik yang didukung bukti dan terkenal bagi mereka yang memiliki masalah kecemasan, stres, atau insomnia.

Seorang profesional kesehatan mental dapat memberikan mekanisme cara dan teknik dukungan untuk membantu mengelola situasi stres atau mengkhawatirkan.

Itulah penjelasan coronasomnia yang patut Anda waspadai untuk mencegah masalah kesehatan akibat gangguan tidur. Semoga informasi ini bermanfaat ya, teman Sehat!

 

  1. Anonim. 2021. How the COVID-19 Pandemic Can Impact Your Sleep. https://health.clevelandclinic.org/covid-19-insomnia-tips/ (Diakses pada 21 Desember 2021).
  2. Anoim. Tanpa Tahun. What is coronasomnia? How COVID-19 can affect our sleep. https://psious.com/coronasomnia-affect-our-sleep/ (Diakses pada 21 Desember 2021).
  3. Anonim. Tanpa Tahun. Dealing With Coronasomnia?. https://healthmatters.nyp.org/dealing-with-coronasomnia/ (Diakses pada 21 Desember 2021).
  4. Fry, Alexa. 2021. Coronasomnia: Definition, Symptoms, and Solutions. https://www.sleepfoundation.org/covid-19-and-sleep/coronasomnia (Diakses pada 21 Desember 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi