Terbit: 31 March 2019 | Diperbarui: 31 May 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Kreatinin adalah produk sisa yang dihasilkan melalui metabolisme otot dengan memecah kreatin. Kadar kreatinin bisa diketahui melalui tes kreatinin pada darah dan urine. Hasil tes kreatinin akan menunjukkan nilai kreatinin normal atau tidak.

Kreatinin: Definisi, Nilai Normal, dan Nilai Tidak Normal

Berapakah nilai normal kreatinin? Apa artinya jika kreatinin rendah? Bagaimana cara menurunkan kreatinin bila kreatinin tinggi? Baca terus penjelasan ini untuk mendapatkan jawabannya dan informasi lainnya terkait kadar kreatinin darah dan urine!

Apa Itu Tes Kreatinin?

Saat otot kita berkontraksi, otot akan menghasilkan produk sisa metabolisme yang disebut juga dengan kreatinin. Produk sisa ini akan disaring oleh ginjal dan dibuang melalui urin.

Pemeriksaan kreatinin adalah pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kinerja ginjal dalam menyaring dan kemampuannya untuk membuang kreatinin di dalam darah.

Ginjal yang sehat mampu menyaring kreatinin yang ada di darah sehingga dapat dibuang melalui urin sehingga kadar kreatinin darah dapat dipertahankan dalam batas normal. Sebaliknya, apabila kondisi kesehatan ginjal terganggu dan tidak dapat membuang kreatinin, maka kadar kreatinin di dalam darah akan meningkat.

Ada 2 cara untuk memeriksa kadar kreatinin, yaitu melalui darah dan melalui urine. Pemeriksaan kreatinin dalam darah disebut juga pemeriksaan serum kreatinin, sedangkan pengukuran kreatinin dalam urin disebut juga pemeriksaan kreatinin clearance.

Pemeriksaan kreatinin clearance dilakukan dengan cara mengumpulkan urine selama 24 jam yang ditampung menggunakan container steril. Hasil pemeriksaan tes kreatinin dinyatakan dengan satuan mg/dL atau mikro mol/L.

Tes kreatinin biasanya dilakukan bersamaan dengan tes kadar ureum darah (BUN) karena memiliki fungsi yang hampir sama yaitu untuk menilai fungsi ginjal.

Berikut ini adalah beberapa fungsi tes kreatinin darah dan urine:

  1. Mengukur kemampuan ginjal dalam menyaring darah
  2. Mendiagnosis adanya gangguan atau penyakit ginjal
  3. Memantau perkembangan penyakit atau gangguan ginjal
  4. Mengevaluasi status kesehatan seseorang secara umum

Prosedur Pemeriksaan Kreatinin

Pemeriksaan kreatinin memiliki prosedur yang harus dipatuhi. Pelaksanaan tes kreatinin yang sesuai dengan prosedur meningkatkan akurasi hasil kadar kreatinin darah dan urine. Interpretasi hasil dan diagnosis pun bisa dilakukan secara tepat.

Prosedur pemeriksaan kadar kreatinin bisa dilihat pada beberapa langkah ini:

1. Proses pengambilan sampel darah

Pasien yang akan menjalani tes kreatinin diharuskan menjalani prosedur pengambilan sampel darah. Sampel darah diambil lewat pembuluh darah vena yang ada di lengan. Ada beberapa persiapan yang harus Anda jalani sebelum melakukan pengambilan sampel darah.

Kemungkinan, Anda perlu berpuasa semalaman. Puasa yang dimaksud lebih menekankan pada puasa makan daging masak. Hal ini dikarenakan konsumsi daging masak sebelum tes kreatinin bisa meningkatkan nilai kreatinin.

Pengambilan sampel darah melalui vena terkadang dapat mempunyai efek samping seperti hematoma atau kebiruan pada bekas tempat tusukan.

2. Proses pengambilan sampel urine

Selain dari darah, pemeriksaan kreatinin melalui urin juga dapat dilakukan, disebut juga kreatinin clearance. Pengambilan sampel urine dilaksanakan dengan mengumpulkan sampel urine 24 jam.

Jadi, semua sampel urine Anda dalam sehari (24 jam) akan dikumpulkan dan ditampung ke dalam kontainer steril yang sudah disediakan dari laboratorium.

Namun, tidak semua prosedur pemeriksaan kreatinin urine melakukan hal ini. Ada juga pengambilan urine yang hanya dilakukan secara tunggal dan acak untuk kemudian diuji.

3. Pemeriksaan kreatinin darah dan urine di laboratorium

Setelah sampel darah dan urine disimpan di dalam kontainer, maka kontainer  tersebut perlu diberikan label keterangan. Prosedur pemeriksaan kreatinin selanjutnya adalah  pengukuran kadar kreatinin darah dan urine di laboratorium.

Ada beberapa metode untuk mengukur kadar kreatinin di laboratorium. Namun, metode Jaffe Reaction adalah metode pemeriksaan kadar kreatinin darah dan urine yang sering digunakan daripada metode lainnya.

Metode Jaffe Reaction dapat mengukur kadar kreatinin dengan cara menggunakan asam pikrat. Asam pikrat bisa menciptakan suasana alkalis sehingga kreatinin dapat diikat dan membentuk warna senyawa kuning jingga.

Pada metode Jaffe Reaction terdapat 2 cara pengukuran kadar kreatinin, yaitu deproteinasi dan nondeproteinasi. Deproteinasi adalah cara pengukuran kadar kreatinin yang lebih baik daripada nondeproteinasi.

Hal iin dikarenakan hasil tes kreatinin yang didapatkan lebih akurat. Akan tetapi, cara deproteinasi memiliki kekurangan. Kekurangan cara deproteinasi adalah butuh sampel lebih banyak dan waktu pemeriksaan lebih lama.

Tidak seperti, cara nondeproteinasi yang hanya membutuhkan waktu 2 menit dan sampel uji yang lebih sedikit. Pengukuran kadar kreatinin dengan cara deproteinasi adalah dengan menambahkan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada sampel lalu diputar dengan kecepatan tinggi selama 5-10 menit.

Setelah itu, protein dan senyawa lain akan mengendap dan hasil endapan akan diukur. Kadar kreatinin pun bisa dilihat dan dibaca dengan alat baca. Nilai kreatinin yang sudah ditetapkan akan dibandingkan dengan nilai normal kreatinin.

Faktor yang Memengaruhi Akurasi Hasil Tes Kreatinin

Hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah dan urine tidak selalu akurat. Ada kemungkinan di mana hasilnya kurang atau tidak akurat. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi tingkat akurasi hasil tes kreatinin:

  • Tahap pra analitik
    1. kelengkapan identitas pasien
    2. proses pengambilan sampel
  • Tahap analitik
    1. metode dan cara yang dipilih
    2. kondisi alat dan bahan
  • Tahap pasca analitik
    1. pembacaan hasil
    2. pencatatan hasil
    3. pelaporan hasil

Nilai Normal Kreatinin

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, oleh karena kreatinin adalah hasil metabolisme dari otot, nilai kreatinin sangat bergantung dari masa otot. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai hasil kreatinin adalah jenis kelamin, umur, ras dan ukuran tubuh seseorang.

Menurut data yang didapatkan dari Ilex Medical, nilai normal kreatinin darah dan urine pada beberapa kategori usia bisa dilihat di bawah ini:

1. Nilai normal kreatinin darah

  1. Cord                                 : 0,6-1,2 mg/dL atau 53-106 mikro mol/L
  2. Bayi baru lahir 1-4 hari      : 0,3-1,0 mg/dL atau 27-88 mikro mol/L
  3. Bayi 5 hari-1 tahun            : 0,2-0,4 mg/dL atau 18-35 mikro mol/L
  4. Anak-anak                        : 0,3-0,7 mg/dL atau 27-62 mikro mol/L
  5. Remaja                            : 0,5-1,0 mg/dL atau 44-88 mikro mol/L
  6. Wanita dewasa                 : 0,6-1,1 mg/dL atau 53-97 mikro mol/L
  7. Pria dewasa                     : 0,7-1,3 mg/dL atau 62-115 mikro mol/L

2. Nilai normal kreatinin urine

  1. Bayi                                : 8-20 mg/dL atau 71-177 mikro mol/kg/day
  2. Anak-anak                       : 8-22 mg/dL atau 71-194 mikro mol/kg/day
  3. Remaja                           : 8-30 mg/dL atau 71-265 mikro mol/kg/day
  4. Wanita dewasa                 : 11-20 mg/dL atau 97-177 mikro mol/kg/day
  5. Pria dewasa                     : 14-26 mg/dL atau 124-230 mikro mol/kg/day

Kisaran nilai normal kreatinin bisa saja berbeda pada setiap laboratorium. Namun, seharusnya nilai normal ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Apabila Kreatinin Tinggi

Hasil pemeriksaan kreatinin bisa saja mendapatkan nilai kreatinin yang lebih tinggi dari nilai kreatinin normal. Nilai kreatinin yang tinggi bisa disebabkan oleh beberapa kondisi.

1. Kondisi normal

Hasil pemeriksaan kreatinin dapat lebih tinggi dari nilai normal apabila seseorang banyak mengkonsumsi daging, suplemen protein atau sumber protein lainnya dan berolahraga dengan intensitas yang sangat tinggi.

Namun biasanya, peningkatan nilai kreatinin karena hal-hal tersebut tidak akan terlalu tinggi dibandingkan apabila peningkatan nilai kreatinin yang dikarenakan suatu penyakit.

2. Dehidrasi

Sekitar 60-70% dari tubuh kita terdiri dari cairan. Kebutuhan cairan tubuh yang tercukupi memelihara semua organ kita agar dapat berfungsi dengan baik, salah satunya adalah ginjal. Dehidrasi berat dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan meningkatkan kadar kreatinin.

3. Penyakit ginjal

Kadar kreatinin yang lebih tinggi dari normal dapat merupakan gejala penyakit ginjal seperti Glomerulonefritis, Pielonefritis, Penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal.

Pasien yang mengalami masalah gagal ginjal biasanya akan mengalami beberapa gejala. Beberapa gejalanya adalah dehidrasi, cepat lelah, pembengkakan (edema), sesak napas, mual, dan muntah.

4. Sumbatan aliran urinasi

Hal-hal yang dapat menyumbat dan mengganggu jalannya urinasi seperti pembesaran pada prostat dan batu ginjal dapat menyebabkan gangguan dari pembuangan kreatinin sehingga kadar kreatinin dapat meningkat

5. Efek samping obat

Beberapa obat seperti Cimetidine, Ranitidine dan Trimetoprim dapat mengurangi sekresi atau pembuangan kreatinin pada urin sehingga menyebabkan kreatinin darah meningkat.

Obat Fenofibrat menyebabkan produksi kreatinin yang lebih banyak sehingga kadar kreatinin juga dapat lebih tinggi dari nilai normal. Nilai kreatinin biasanya akan menjadi normal kembali setelah beberapa bulan menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.

6. Gangguan aliran darah ke ginjal

Pasien yang mengalami syok, kekurangan cairan, atau aterosklerosis biasanya akan mengalami gangguan aliran darah yang menuju ke ginjal. Akibatnya, pasien tersebut tidak memiliki nilai kreatinin normal.

Bagaimana cara menurunkan kreatinin?

Apabila Anda memiliki nilai kreatinin tinggi tetapi bukan karena mengalami penyakit terkait ginjal atau akibat penggunaan obat tertentu , maka tidak perlu cemas secara berlebih.

Ada beberapa cara menurunkan kreatinin sehingga Anda bisa memiliki nilai kreatinin normal. Berikut ini adalah beberapa cara menurunkan kreatinin bagi yang memiliki kreatinin tinggi:

  1. Jangan melakukan olahraga berat yang meningkatkan pembentukan otot
  2. Kurangi asupan protein atau hindari diet protein tinggi
  3. Hindari konsumsi suplemen berbasis kreatin
  4. Perbanyak minum cairan
  5. Perbanyak konsumsi serat

Namun, apabila nilai kreatinin Anda tinggi karena penyakit terkait ginjal atau menggunakan obat-obatan tertentu, sebaiknya Anda melakukan konsultasi dengan dokter.

Apabila Kreatinin Rendah

Tes kreatinin serum darah dan urine juga bisa menunjukkan nilai yang lebih rendah dari nilai kreatinin. Kejadian kreatinin rendah sebenarnya tidak umum dan jarang terjadi sehingga Anda tidak perlu cemas.

Nilai kreatinin rendah menunjukkan adanya beberapa masalah medis, yaitu:

1. Turunnya massa otot

Penurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan produksi kreatinin. Hal ini pun mengakibatkan nilai kreatinin rendah.

2. Kurang gizi

Kurangnya asupan gizi juga berdampak pada penurunan massa otot yang akhirnya membuat nilai kreatinin rendah.

3. Kehamilan

Ibu hamil bisa memiliki nilai kreatinin rendah. Ini dikarenakan fisiologis kehamilan yang membuat perputaran aliran ginjal lebih cepat sehingga banyak kreatinin yang terbuang.

4. Usia lanjut

Orang-orang lansia memiliki nilai kreatinin rendah karena faktor usia yang semakin tua mengakibatkan penurunan massa otot.

Kondisi kadar kreatinin yang tidak normal bisa disebabkan oleh hal lain. Oleh karena itu, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter lebih lanjut agar dokter bisa menegakkan diagnosa terhadap indikasi medis terkait nilai kreatinin tinggi atau rendah.

Informasi ini telah ditinjau oleh dr. Patricia Aulia

 

Sumber:

  1. LabTestsOnline: Creatinine. https://labtestsonline.org/tests/creatinine [diakses pada 29 Maret 2019]
  2. IlexMedical: Creatinine. http://www.ilexmedical.com/files/PDF/Creatinine_ARC_CHEM.pdf [diakses pada 29 Maret 2019]
  3. CDKJournal: Verdiansah. Pemeriksaan Fungsi Ginjal (Laporan Praktik Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik). http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/25/23 [diakses pada 29 Maret 2019]
  4. Unimus: Tinjauan Pustaka (Kreatinin). http://repository.unimus.ac.id/452/3/BAB%20II.pdf [diakses pada 29 Maret 2019]
  5. Sitti Hadijah. 2018. Analisis Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah
    Dengan Deproteinisasi Dan Nondeproteinisasi Metode Jaffe Reaction (Jurnal Analis Kesehatan). Makassar: Poltekkes Kemenkes Makassar. http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/view/120 [diakses pada 29 Maret 2019]

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi