Suplemen melatonin umumnya dikonsumsi untuk membantu mengatasi keluhan sulit tidur. Namun, konsumsi suplemen ini tidak boleh sembarangan agar tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. Simak aturan penggunaannya dalam ulasan di bawah ini!
Aturan Minum Suplemen Melatonin
Melatonin diproduksi oleh tubuh secara alami. Hormon ini akan membantu waktu sirkadian (jam internal tubuh 24 jam) dan waktu tidur Anda.
Selain diproduksi sendiri, melatonin juga tersedia dalam bentuk suplemen. Umumnya, suplemen digunakan untuk menangani keluhan sulit tidur.
Melatonin juga dapat digunakan untuk menangani berbagai keluhan lain, termasuk di antaranya jet lag, delayed sleep-wake phase disorder (DSP), gangguan tidur pada anak-anak, dan gangguan kecemasan sebelum dan sesudah operasi.
Agar manfaat suplemen melatonin bisa diperoleh secara optimal tanpa mengundang efek samping, perhatikan aturan penggunaannya berikut ini:
1. Gunakan Sesuai Dosis yang Dianjurkan
Dosis konsumsi suplemen akan bergantung pada keluhan yang Anda rasakan. Oleh sebab itu, pastikan untuk menggunakannya sesuai dengan petunjuk penggunaan.
Dosis umum pada dewasa adalah sebanyak 2 mg. Jika keluhan tidak membaik, dosis bisa ditingkatkan hingga menjadi 3-5 mg. Namun, pastikan untuk berkonsultasi kepada dokter terlebih dahulu sebelum menambahkan dosis.
Sementara pada anak-anak, aturan penggunaannya menyesuaikan dengan usia si Kecil. Berikut aturannya:
- Usia 3-5 tahun: 1-2 mg.
- Usia 6-12 tahun: 2-3 mg.
- Usia 13 tahun ke atas: 5 mg.
Pastikan untuk mengonsumsi suplemen 1-2 jam sebelum tidur untuk memberikan waktu bagi obat bekerja dengan baik.
2. Konsultasi dengan Dokter Jika Sedang Konsumsi Obat Lain
Obat-obatan tertentu yang dikonsumsi bersamaan dengan suplemen melatonin bisa berinteraksi satu sama lain. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan risiko efek samping yang tidak diinginkan.
Oleh sebab itu, pastikan Anda telah berkonsultasi lebih dulu dengan dokter atau apoteker bila sedang menggunakan berbagai obat di bawah ini:
- Antidepresan.
- Obat penurun tekanan darah.
- Estrogen. Biasanya obat-obatan ini digunakan dalam terapi penggantian hormon atau kontrasepsi.
- Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), misalnya ibuprofen, diklofenak, atau naproxen.
- Antagonis opioid yang digunakan untuk mengatasi masalah kecanduan narkoba.
- Obat-obatan untuk diabetes.
- Psoralens. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah kelainan pada kulit, seperti psoriasis.
- Antibiotik tertentu, seperti rifampisin atau kuinolon.
- Carbamazepine. Obat ini digunakan untuk menangani epilepsi.
- Obat pengencer darah, misalnya warfarin.
- Thioridazine. Obat ini digunakan pada penderita skizofrenia.
- Obat-obatan untuk menangani masalah insomnia, seperti zaleplon, zolpidem, atau zopiclone.
- Cimetidine. Obat ini digunakan untuk mengatasi keluhan pada perut, misalnya mag.
3. Perhatikan Kontraindikasi
Ada berbagai kondisi yang menjadi kontraindikasi penggunaan obat. Ini artinya, orang dengan kondisi tertentu sebaiknya tidak mengonsumsi suplemen melatonin.
Sesuai pedoman American Academy of Sleep Medicine tahun 2015, lansia dengan demensia sebaiknya tidak menggunakan suplemen ini. Pasalnya, efek kantuk yang dirasakan bisa bertahan lebih lama hingga siang hari.
Agar penggunaan suplemen melatonin aman, bicarakan kepada dokter bila mengalami berbagai kondisi berikut:
- Pernah memiliki alergi terhadap melatonin sebelumnya.
- Memiliki masalah hati atau ginjal.
- Menderita rheumatoid arthritis, lupus atau multiple sclerosis, atau masalah autoimun lainnya.
Selain dilarang, orang dengan kondisi tertentu juga harus lebih memperhatikan penggunaan suplemen melatonin, misalnya pada kehamilan dan menyusui.
Meski belum ada penelitian yang cukup mengenai tingkat keamanan suplemen ini, ibu hamil dan menyusui sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakannya.
Baca Juga: Ini Efek Samping Terlalu Sering Minum Obat Pencahar bagi Kesehatan
Efek Samping Suplemen Melatonin
Jika Anda tidak memperhatikan aturan penggunaan suplemen melatonin, ada sejumlah efek merugikan yang bisa dialami, di antaranya:
- Rasa kantuk atau lelah di siang hari.
- Sakit perut.
- Mual.
- Pusing.
- Sakit kepala.
- Mudah tersinggung dan gelisah.
- Mulut kering.
- Keringat malam.
- Kulit kering atau terasa gatal.
Selain efek samping yang umum di atas, suplemen melatonin juga bisa mendatangkan efek samping yang lebih parah, di antaranya:
- Merasa sedih dan rendah diri. Ini bisa menandakan gejala depresi.
- Penglihatan menjadi kabur atau mata lebih berair dari biasanya.
- Lemas hingga pingsan.
- Merasa bingung, pusing, atau vertigo.
- Perdarahan tidak berhenti.
- Muncul memar di kulit yang tidak diketahui penyebabnya.
- Terdapat darah di dalam urine.
- Terkena psoriasis.
Pada kasus yang sangat jarang terjadi, reaksi alergi bisa saja menimpa, bahkan bisa menjadi sangat serius (reaksi anafilaksis).
Kini Anda sudah mengetahui aturan penggunaan suplemen melatonin dan efek samping yang mesti diwaspadai. Jadi, gunakan suplemen ini sesuai aturan pakai. Bila masih ragu, konsultasikan kepada dokter terkait aturan penggunaan yang tepat dan tingkat keamanan suplemen sesuai dengan kondisi Anda.
- Anonim. 2022. Melatonin: What You Need To Know. https://www.nccih.nih.gov/health/melatonin-what-you-need-to-know. (Diakses pada 31 Oktober 2022).
- Anonim. Melatonin for Sleep: Does It Work? https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/melatonin-for-sleep-does-it-work. (Diakses pada 31 Oktober 2022).
- Anonim. Melatonin for Sleep Problems. 2019. https://www.nhs.uk/medicines/melatonin/. (Diakses pada 31 Oktober 2022).
- Summer, Jay. 2022. Melatonin Dosage for Kids. https://www.sleepfoundation.org/melatonin/melatonin-dosage-for-kids. (Diakses pada 31 Oktober 2022).
- Van De Walle, Gavin & Raman, Ryan. 2022. What Does Melatonin Do, and How Does It Work? https://www.healthline.com/nutrition/melatonin-and-sleep. (Diakses pada 31 Oktober 2022).